Tanjungpinang, Kepri (ANTARA) - Badan Pengendalian dan Pengawasan Mutu Hasil Kelautan dan Perikanan (BP2MHKP) Kota Tanjungpinang menyampaikan Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) mengekspor 10-15 ton ikan segar per hari ke negara Malaysia dan Singapura.
"Nilai ekonomis ekspor ikan segar dari Kepri ke negara tetangga mencapai Rp300 juta sampai Rp700 juta per hari," kata Kepala BP2MHKP Tanjungpinang Felix L Tobing di Tanjungpinang, Sabtu.
Felix menyebutkan ikan yang diekspor tersebut berasal dari hasil tangkapan nelayan di tujuh kabupaten/kota se-Kepri. Misalnya ikan dari Kabupaten Natuna dan Kabupaten Kepulauan Anambas dibawa ke Kijang, Kabupaten Bintan lalu baru diekspor ke Malaysia dan Singapura.
"Ikan yang diekspor seperti kakap dan kerapu," ungkapnya.
Selain itu, kata dia, Kepri juga mengekspor ikan napoleon langsung ke negara Hong Kong menggunakan jalur laut dari Natuna dan Anambas.
Ekspor napoleon dilakukan satu sampai dua kali dalam sebulan, dengan volume rata-rata 20-30 ton. Nilai ekonomisnya cukup besar, per kilogram mencapai Rp1 juta atau secara keseluruhan sekitar Rp900 juta hingga Rp1,5 miliar per sekali ekspor.
Pihaknya pun tengah berupaya membuat terobosan ekspor ikan tujuan negara Australia dan Amerika, namun masih dalam tahap pengiriman sampel ikan.
Di sisi lain, ekspor ke dua negara itu mengalami kendala transportasi. Sebagai contoh, produk ikan dari Natuna yang akan diekspor ke luar negeri harus dikirim dulu ke Muara Baru Jakarta, lalu dikemas ulang dan setelahnya baru diekspor ke negara tujuan.
"Tak ada yang direct atau langsung dari sini ke luar negeri, tapi harus melalui Jakarta dulu," ungkap Felix.
Felix menambahkan bahwa pihaknya bersama instansi terkait seperti Balai Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan (BKHIT) terus bersinergi mendukung percepatan sekaligus peningkatan ekspor di daerah tersebut.
Apalagi Kepri dengan letak geografis 96 persen lautan memiliki potensi ikan melimpah untuk diekspor keluar negeri.
"Peningkatan ekspor hasil perikanan diharapkan bisa memberikan dampak positif, seperti mendongkrak ekonomi nasional dengan meningkatkan devisa, memberdayakan potensi nelayan yang ada di pulau-pulau, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat," demikian Felix.
"Nilai ekonomis ekspor ikan segar dari Kepri ke negara tetangga mencapai Rp300 juta sampai Rp700 juta per hari," kata Kepala BP2MHKP Tanjungpinang Felix L Tobing di Tanjungpinang, Sabtu.
Felix menyebutkan ikan yang diekspor tersebut berasal dari hasil tangkapan nelayan di tujuh kabupaten/kota se-Kepri. Misalnya ikan dari Kabupaten Natuna dan Kabupaten Kepulauan Anambas dibawa ke Kijang, Kabupaten Bintan lalu baru diekspor ke Malaysia dan Singapura.
"Ikan yang diekspor seperti kakap dan kerapu," ungkapnya.
Selain itu, kata dia, Kepri juga mengekspor ikan napoleon langsung ke negara Hong Kong menggunakan jalur laut dari Natuna dan Anambas.
Ekspor napoleon dilakukan satu sampai dua kali dalam sebulan, dengan volume rata-rata 20-30 ton. Nilai ekonomisnya cukup besar, per kilogram mencapai Rp1 juta atau secara keseluruhan sekitar Rp900 juta hingga Rp1,5 miliar per sekali ekspor.
Pihaknya pun tengah berupaya membuat terobosan ekspor ikan tujuan negara Australia dan Amerika, namun masih dalam tahap pengiriman sampel ikan.
Di sisi lain, ekspor ke dua negara itu mengalami kendala transportasi. Sebagai contoh, produk ikan dari Natuna yang akan diekspor ke luar negeri harus dikirim dulu ke Muara Baru Jakarta, lalu dikemas ulang dan setelahnya baru diekspor ke negara tujuan.
"Tak ada yang direct atau langsung dari sini ke luar negeri, tapi harus melalui Jakarta dulu," ungkap Felix.
Felix menambahkan bahwa pihaknya bersama instansi terkait seperti Balai Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan (BKHIT) terus bersinergi mendukung percepatan sekaligus peningkatan ekspor di daerah tersebut.
Apalagi Kepri dengan letak geografis 96 persen lautan memiliki potensi ikan melimpah untuk diekspor keluar negeri.
"Peningkatan ekspor hasil perikanan diharapkan bisa memberikan dampak positif, seperti mendongkrak ekonomi nasional dengan meningkatkan devisa, memberdayakan potensi nelayan yang ada di pulau-pulau, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat," demikian Felix.