Batam (ANTARA) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Batam, Kepulauan Riau (Kepri) menyebutkan empat rumah sakit di Batam melayani pengobatan bagi penderita gangguan jiwa yaitu RS BP Batam, RSUD Embung Fatimah, RS Soedarsono Darmosoewito, dan RS Bhayangkara.
"Pasien yang dipasung itu bukan berarti pasien yang kakinya dipasangkan kayu ataupun dirantai seperti gambaran orang awam, melainkan hanya sebatas pembatasan gerak dalam aktivitas sehari-hari dengan menempatkannya di suatu ruangan," kata Kepala Bidang (Kabid) Kesehatan Masyarakat Dinkes Kota Batam Anna Hashina di Batam, Jumat.
Ia menyebutkan penyebab utama terjadinya gangguan jiwa disebabkan oleh faktor ekonomi. Selain itu, pemicu lainnya yaitu karena kerap mengonsumsi narkoba, mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) dan perundungan.
Baca juga: BPBD Natuna: Embung Sebayar jadi solusi kekeringan
"Ketidakberdayaan ekonomi karena tidak memiliki pekerjaan menjadi penyebab terbanyak warga setempat mengalami gangguan jiwa," katanya.
Untuk mencegah, mendeteksi, dan menangani gangguan jiwa di wilayah itu, Dinkes Kota Batam memiliki Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat (TPKJM) yang terdiri dari petugas kesehatan seperti dokter spesialis kejiwaan, petugas dari Dinas Sosial, dan Satpol PP.
"Apabila ada ODGJ yang terlantar, kita langsung tangani dengan dinas terkait. Kami juga ada program skrining kesehatan jiwa ke sekolah-sekolah dan OPD. Ada juga perusahaan yang memang meminta kami untuk datang melakukan skrining ke tempat mereka," kata Ana Hashina.
Baca juga: BPBD berhasil padamkan kebakaran lahan di Kecamatan Bunguran Batubi Natuna
Dinkes Kota Batam mencatat terdapat 952 Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) mengalami gangguan jiwa berat yakni skizofrenia dan psikotik akut.
"Mayoritas penderita gangguan jiwa didominasi oleh usia produktif. Seluruh pasien tersebut sudah mendapatkan penanganan dan pelayanan. Penderita gangguan jiwa di Batam ini kebanyakan laki-laki dibandingkan perempuan," kata Anna Hashina.
Baca juga: Polresta Barelang bentuk tim usut tewasnya warga negara China di Batu Ampar
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Dinkes ungkap penyebab utama gangguan jiwa di Batam
"Pasien yang dipasung itu bukan berarti pasien yang kakinya dipasangkan kayu ataupun dirantai seperti gambaran orang awam, melainkan hanya sebatas pembatasan gerak dalam aktivitas sehari-hari dengan menempatkannya di suatu ruangan," kata Kepala Bidang (Kabid) Kesehatan Masyarakat Dinkes Kota Batam Anna Hashina di Batam, Jumat.
Ia menyebutkan penyebab utama terjadinya gangguan jiwa disebabkan oleh faktor ekonomi. Selain itu, pemicu lainnya yaitu karena kerap mengonsumsi narkoba, mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) dan perundungan.
Baca juga: BPBD Natuna: Embung Sebayar jadi solusi kekeringan
"Ketidakberdayaan ekonomi karena tidak memiliki pekerjaan menjadi penyebab terbanyak warga setempat mengalami gangguan jiwa," katanya.
Untuk mencegah, mendeteksi, dan menangani gangguan jiwa di wilayah itu, Dinkes Kota Batam memiliki Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat (TPKJM) yang terdiri dari petugas kesehatan seperti dokter spesialis kejiwaan, petugas dari Dinas Sosial, dan Satpol PP.
"Apabila ada ODGJ yang terlantar, kita langsung tangani dengan dinas terkait. Kami juga ada program skrining kesehatan jiwa ke sekolah-sekolah dan OPD. Ada juga perusahaan yang memang meminta kami untuk datang melakukan skrining ke tempat mereka," kata Ana Hashina.
Baca juga: BPBD berhasil padamkan kebakaran lahan di Kecamatan Bunguran Batubi Natuna
Dinkes Kota Batam mencatat terdapat 952 Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) mengalami gangguan jiwa berat yakni skizofrenia dan psikotik akut.
"Mayoritas penderita gangguan jiwa didominasi oleh usia produktif. Seluruh pasien tersebut sudah mendapatkan penanganan dan pelayanan. Penderita gangguan jiwa di Batam ini kebanyakan laki-laki dibandingkan perempuan," kata Anna Hashina.
Baca juga: Polresta Barelang bentuk tim usut tewasnya warga negara China di Batu Ampar
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Dinkes ungkap penyebab utama gangguan jiwa di Batam