Batam (ANTARA) - Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/BKKBN --- Sebagai kota industri, Batam memiliki sekitar 1.309 industri unggul, baik Penanaman Modal Asing (PMA) maupun Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), dengan 169.000 pekerja dari sektor produksi migas maupun  non migas.

Sejalan dengan pertumbuhan penduduk yang sangat pesat, Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam (disingkat BP Batam)  melihat bahwa  peluang usaha di sektor PMDN harus dijadikan  peluang  untuk membangun industri unggulan, yang akan bermuara pada peningkatan Usaha Kecil dan Menengah (UMKM). 

Dengan diterapkannya prioritas industri unggulan, diharapkan aktivitas industri dapat membawa efek ganda yang luas bagi peningkatan nilai tambah bahan baku dalam negeri, penyerapan tenaga kerja lokal, dan penerimaan devisa dari ekspor. (Sumber: BP Batam)

Mengintip Sejarah Muka Kuning

Salah satu kawasan industri di Batam adalah Batamindo. Muka Kuning. Muka Kuning adalah salah satu daerah yang terkenal dan terpadat di Kota Batam. 

Di Muka Kuning berdiri kawasan industri pertama di Kota Batam dan terbesar di Asia Tenggara. Dikenal dengan nama  Batamindo Industrial Park. 

Awalnya, Muka Kuning adalah sebuah lahan perkebunan yang banyak digarap suku Tionghoa dan Flores, Nusa Tenggara Timur. Ketika itu Muka Kuning masih bernama Sungai Mekah Kuning. 

Nama Mekah Kuning diambil dari nama jenis ikan seiring yang berwarna kuning dan banyak terdapat di sungai tersebut. Dari sinilah awal mula penduduk di sekitarnya memberi nama Mekah Kuning. 

Karena perubahan waktu dan pengaruh berbagai dialek, maka akhirnya nama Mekah Kuning berubah menjadi Muka Kuning.

Kawasan Industri Batamindo, dengan luas 320 hektare berlokasi di Jl. Rasamala No.1, Muka Kuning, Kecamatan Sei Beduk, Kota Batam, Kepulauan Riau. 

Kawasan ini dibangun pada tahun 1990 berdasarkan kesepakatan kerja sama ekonomi tahun 1989 antara pemerintah Indonesia-Singapura melalui Gallant Venture Ltd dan PT Batamindo Investment Cakrawala. 

Sejak beroperasi, kawasan ini telah berkembang menjadi kawasan industri multinasional.

Kawasan ini memiliki lokasi strategis, hanya berjarak 8 km dari pusat Kota Batam, 20 km dari Bandara Hang Nadim, dan 8 km dari Pelabuhan Batu Ampar. 

Selain itu, kawasan ini dilengkapi infrastruktur seperti pembangkit listrik, pengolahan air limbah, telekomunikasi, sistem sanitasi, pemadam kebakaran dan fasilitas medis, serta manajemen kawasan dan fasilitas pendukung kerja yang baik.

Fasilitas penunjang lainnya yang tersedia di kawasan ini meliputi perbankan, perumahan karyawan, fasilitas medis, tempat ibadah, mal, pusat kota, pusat makanan, klub aktivitas, dan asrama pekerja. 

Kawasan ini memiliki 68 tenant, termasuk beberapa perusahaan yang beroperasi di Kawasan Industri Batamindo. Antara lain, PT. Infineon, PT. Schneider dan lainnya. Jumlah pekerja diperkirakan sekitar 45 ribu orang. Terdiri dari 80% pekerja wanita dan 20% pekerja pria. (Sumber: Batamindo Investment Cakrawala)

Rumah Asuh Terintegrasi dan Pencegahan Stunting 

Sebagaimana  kita pahami, stunting adalah gagal tumbuh pada bayi atau anak karena kekurangan gizi kronis yang terjadi waktu persiapan kehamilan, dalam kandungan, setelah dilahirkan bahkan waktu pengasuhan dalam rentang usia baduta dan balita.

Rumah Asuh Terintegrasi sebagai Upaya Pencegahan Stunting atau dikenal juga dengan sebutan MASA GENTING adalah frasa dalam bahasa melayu/Indonesia yang merujuk kepada situasi yang sangat kritikal atau sulit.  

Biasanya frasa ini digunakan untuk menggambarkan keadaan di mana keputusan atau tindakan yang cepat, dan efektif sangat diperlukan untuk mengatasi masalah atau krisis.

MASA menunjukkan waktu/periode. Sedangkan GENTING merupakan situasi yang kritis atau sulit yang perlu menjadi perhatian serius bagi calon orang tua/ibu, di mana perkembangan anak sangat di pengaruhi oleh pola asuh pada periode 1000 hari pertama kehidupan.  Periode di  saat ibu dinyatakan hamil sampai bayi berumur dua tahun.

Rumah identik dengan wadah/tempat. Harapannya dapat menjadi wadah untuk intervensi pencegahan stunting yang tepat kepada keluarga berisiko stunting. Menyasar pada  calon pengantin (catin),  ibu hamil (bumil), ibu menyusui (busui), baduta dan balita. 

Melalui wadah ini akan tercipta upaya yang lebih efektif dan terkoordinasi dalam mengatasi masalah stunting pada tingkat individu dan keluarga di Provinsi Kepulauan Riau. 

Dengan  menyepadankan data Keluarga Berisiko Stunting (KRS), dan merujuk pada hasil penelitian yang dilakukan oleh World Health Organization (WHO, 2014) di berbagai negara, seperti Peru, Bolivia, Brazil dan Maharashtra India, diketahui satu hal.  

Penelitian itu menegaskan, bahwa memperkuat penanganan dari hulu -- terkait  kebijakan dalam peningkatan kondisi/status kesehatan dan gizi ibu dimulai sejak masa remaja hingga masa pre-dan postnatal kelahiran -- akan menghasilkan intervensi yang tepat waktu dan sesuai dengan kebutuhan spesifik. 

Strategi yang dimulai dari tingkat keluarga ini menjadi sangat penting dikarenakan stunting terkait erat dengan faktor-faktor sosial, ekonomi, dan gizi yang kompleks. Dan pendekatan yang terintegrasi memungkinkan respons yang lebih holistik.

Melalui wadah ini akan tercipta upaya yang lebih efektif dan terkoordinasi dalam mengatasi masalah stunting pada tingkat individu dan keluarga di Kepulauan Riau, dengan memanfaatkan tiga sumber data. Yaitu, data calon pengantin (catin) dari Kementerian Agama, data Keluarga Berisiko Stunting  dari hasil Pendataan Keluarga tahun 2023 (PK23), dan data hasil Intervensi Serentak dari aplikasi elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM).

Belum tersedianya tempat penitipan anak yang teritegrasi sesuai segmentasi pola pengasuhan yang memenuhi standar kesehatan, akan membuahkan dampak yang kurang bagi upaya pembangunan SDM berkualitas. 

Untuk itu, diperlukan suatu wadah (rumah asuh yang terintegrasi). Termasuk di kawasan industri. Ini merupakan terobosan yang seharusnya digunakan sebagai upaya intervensi pencegahan stunting. 

Kegiatan yang dapat dilakukan di rumah asuh terintegrasi, antara lain Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE), praktik baik kepada kelompok-kelompok Bina Keluarga Balita (BKB), ibu hamil, ibu menyusui dan catin. 

Pola pengasuhan yang terintegrasi diyakini dapat memantau sejak dini tumbuh kembang anak. Sekaligus mengefektifkan penggunaan dana bantuan bagi keluarga berisiko stunting yang berasal dari  Bapak/Bunda Asuh Anak Stunting (BAAS).

Atau bantuan dalam bentuk Beras Telur dan Sedekah (BTS), Corporate Social Responsibility (CSR), Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), dan bantuan  lainnya dari berbagai stakeholder. 
  Seorang ibu menyuapi anaknya memakan makanan tambahan. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) menghadirkan Rumah Asuh Terintegrasi sebagai upaya mengatasi persoalan stunting dari hulu. (ANTARA/ HO-BKKBN Kepri)
Rumah Asuh Terintegrasi Generasi Emas "Gemas"

Pengelola Batamindo Industrial Park tampaknya paham dan sadar akan strategisnya rumah asuh, menyusul adanya niatan BKKBN Kepri mendirikan rumah asuh tersebut.

Ibarat gayung bersambut. Keduanya bersinergi. Maka, terealisasi "mimpi" bersama itu. Peresmian Rumah Asuh Terintegrasi Generasi Emas “GEMAS” berlangsung pada Selasa, 22 Oktober 2024, bertempat di Batamindo Industrial Park Blok P-18 No.01-03, 01-04 Kecamatan Sei Beduk Kota Batam.

Kepala BKKBN Kepri, Rohina mengatakan bahwa kehadiran rumah asuh ini untuk  mengoptimalkan tumbuh kembang anak, membantu orang tua dalam melaksanakan peran pengasuhan, pendidikan, perawatan dan perlindungan anak selama orang tua bekerja. 

Kini, para perempuan pekerja yang menitipkan badutanya dapat lebih fokus dalam pekerjaan dan produktifitasnya. 

“Rumah Asuh Terintegrasi 'Generasi Emas'  di Kawasan Industri Batamindo didirikan sebagai upaya pencegahan stunting, diperuntukkan bagi bayi di bawah dua tahun yang ibunya bekerja di kawasan industri Batamindo," ujar Rohina. 

Tidak hanya sebatas pengasuhan, tetapi pelayanan  konseling juga disediakan, terkait dengan calon pengantin, penyiapan ibu yang akan melahirkan, dan pemberian ASI eksklusif balita.

Di samping itu ada sesi konseling gratis seputar keluarga , mulai dari parenting, masalah psikologis anak, remaja, dan dewasa, termasuk masalah anak-anak yang berkebutuhan khusus dan keluarga sakinah, dengan menghadirkan konselor, psikolog dan penyuluh yang kompeten di bidangnya.

Adapun jadual pelayanan Rumah Asuh Terintegrasi Gemas Batamindo bagi anak usia 1-2 tahun (baduta):  pk. 06.30 – 07.30, menyambut kedatangan anak; pk. 07.30 – 07.45, pemeriksaan kesehatan anak (dicatat dalam kartu khusus); pk. 07.45 – 08.15, motorik kasar di luar ruangan (berjemur/mandi matahari); pk. 08.15 – 08.30, transisi (toilet training).

Pk. 08.30 – 09.00, pemberian ASI/ susu formula/snack pagi/ kudapan pagi; pk. 09.00 – 10.00, tidur; pk. 10.00 – 11.00, stimulasi dan kegiatan bermain (mendengarkan doa, lagu, melatih motorik, bahasa); pk. 11.00 – 12.00, makan siang. Pk. 12.00 – 13.00, kegiatan bermain edukatif (akhlak, motorik, berdongeng).

Pk. 13.00 – 14.00, tidur siang; pk. 14.00 – 15.00, stimulasi (melatih motorik, bahasa, sosialisasi); pk.15.00 – 15.30, mandi sore; pk. 15.30 – 16.00 snack sore (snack berprotein tinggi); pk. 16.00 – 17.00  bersosialisasi sambil menunggu jemputan (mendengarkan lagu-lagu, main tepuk, cilukba); pk. 17.00, pulang.

Mengutip pernyataan Plt Gubernur Kepulauan Riau, Marlin Agustina,  rumah asuh ini merupakan  satu-satunya dan pertama di tingkat nasional, yang bertempat di kawasan industri. 

Kehadirannya menjadi solusi, karena banyak pekerja industri atau perusahaan yang menitipkan anaknya, tetapi tingkat keamanan, perkembangan dan pertumbuhan anak tidak terpantau.

Program ini merupakan hasil kolaborasi lintas sektor, instansi pemerintah dan swasta, bahkan organisasi profesi di Kepulauan Riau, yang menunjukkan semangat besar untuk mendukung para pekerja di Batam. Khususnya para ibu  dalam memastikan kesejahteraan anak-anak mereka.

Rumah asuh terintegrasi di Kawasan Industri Batamindo Industrial Park ini diharapkan menjadi role model bagi pembentukan rumah asuh terintegrasi lainnya di kawasan industri  maupun perusahaan se-Kepulauan Riau.*


*) Penulis adalah Pranata Humas sekaligus Ketua Tim Kerja Hubungan Antar Lembaga, Advokasi KIE dan Kehumasan di Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Riau 


Editor : Sandjojo Rahardjo

Pewarta : Dewita Sari *)
Editor : Yuniati Jannatun Naim
Copyright © ANTARA 2024