Natuna (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Natuna, Kepulauan Riau (Kepri), mengimbau orang tua untuk membentuk karakter positif anak sejak usia dini atau usai 0-8 tahun.
Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kabupaten Natuna Yuli Ramadhanita dikonfirmasi dari Natuna, Sabtu, mengatakan karakter positif merupakan kepribadian yang hangat, memiliki kepedulian, sabar, pengertian, jujur, berintegritas, dan bijaksana.
Jika karakter positif terbentuk sejak dini, kata dia, akan memudahkan pengasuhan pada masa yang akan datang, sebab anak-anak akan lebih mudah untuk diarahkan.
Menurut dia, agar anak memiliki karakter ini, orang tua harus dengan konsisten mengajarkan anak melalui lisan dan memberikan contoh dengan berprilaku demikian, pasalnya anak usia dini merupakan peniru yang baik.
"Pengasuhan itu dimulai sejak anak dalam kandungan, karena anak belajar dengan mendengar dan melihat," ucap dia.
Sejalan dengan pendidikan berprilaku, orang tua juga pada fase tertentu sudah harus mengedukasi anak terhadap tanggung jawab, diri sendiri, tanggung jawab sebagai anak, sebagai ponakan, sebagai cucu, sebagai pelajar, dan sebagai bagian dari masyarakat.
"Kita ajarkan mulai kelas 1 SD misalnya, tentang shalat, belajar, kebersihan diri dan lingkungan, cara bergaul, menghormati orang tua, guru, dan prilaku lainnya yang harus baik yang harus dilakukan hingga yang dihindari," ujar dia.
Ia menjelaskan kenakalan remaja saat ini merupakan hasil dari pola asuh yang tidak tepat pada masa lalu, dan kondisi demikian harus segera diperbaiki, karena berpotensi menghancurkan masa depan anak. Namun, pola asuh yang diterapkan lebih kompleks dan dibutuhkan kesabaran, pikiran serta waktu yang ekstra, sebab karakter nakal itu sudah terbentuk lama.
"Kalau kita menemukan masalah pada waktu SMA, maka kita harus mundur ke belakang apa yang sudah anak alami pada waktu SMP, begitu seterusnya dan untuk menangani ini kita harus rido dulu, kemudian minta maaf. Selanjutnya bukalah dialog dengan anak, pada fase ini ketika anak bicara jangan dihakimi, cari tahu apa yang sebenarnya terjadi, kalo sudah tahu perbaiki," ucapnya.
Ia menegaskan pengasuhan yang baik akan melahirkan generasi yang siap bersaing pada masa akan datang. Oleh karenanya orang tua harus berkomitmen mewujudkannya, guna mewujudkan Generasi Emas 2045.
Meski demikian kata dia, membentuk karakter bangsa wajib dilakukan oleh semua lapisan masyarakat serta pemerintah dengan memberikan contoh berprilaku baik terhadap anak dan turut mengawasi tumbuh kembang mereka serta mempersempit ruang terjadinya kekerasan terhadap mereka.
Ia menambahkan Pemkab Natuna sudah berupaya untuk membentuk karakter anak ke arah positif yakni dengan berbagai sosialisasi dan kegiatan-kegiatan lainnya.
"Orang tua, guru, dan masyarakat, punya tanggung jawab karena anak belajar dengan melihat dan mendengar, namun tetap saja fondasinya dimulai dari rumah," ujarnya.
Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kabupaten Natuna Yuli Ramadhanita dikonfirmasi dari Natuna, Sabtu, mengatakan karakter positif merupakan kepribadian yang hangat, memiliki kepedulian, sabar, pengertian, jujur, berintegritas, dan bijaksana.
Jika karakter positif terbentuk sejak dini, kata dia, akan memudahkan pengasuhan pada masa yang akan datang, sebab anak-anak akan lebih mudah untuk diarahkan.
Menurut dia, agar anak memiliki karakter ini, orang tua harus dengan konsisten mengajarkan anak melalui lisan dan memberikan contoh dengan berprilaku demikian, pasalnya anak usia dini merupakan peniru yang baik.
"Pengasuhan itu dimulai sejak anak dalam kandungan, karena anak belajar dengan mendengar dan melihat," ucap dia.
Sejalan dengan pendidikan berprilaku, orang tua juga pada fase tertentu sudah harus mengedukasi anak terhadap tanggung jawab, diri sendiri, tanggung jawab sebagai anak, sebagai ponakan, sebagai cucu, sebagai pelajar, dan sebagai bagian dari masyarakat.
"Kita ajarkan mulai kelas 1 SD misalnya, tentang shalat, belajar, kebersihan diri dan lingkungan, cara bergaul, menghormati orang tua, guru, dan prilaku lainnya yang harus baik yang harus dilakukan hingga yang dihindari," ujar dia.
Ia menjelaskan kenakalan remaja saat ini merupakan hasil dari pola asuh yang tidak tepat pada masa lalu, dan kondisi demikian harus segera diperbaiki, karena berpotensi menghancurkan masa depan anak. Namun, pola asuh yang diterapkan lebih kompleks dan dibutuhkan kesabaran, pikiran serta waktu yang ekstra, sebab karakter nakal itu sudah terbentuk lama.
"Kalau kita menemukan masalah pada waktu SMA, maka kita harus mundur ke belakang apa yang sudah anak alami pada waktu SMP, begitu seterusnya dan untuk menangani ini kita harus rido dulu, kemudian minta maaf. Selanjutnya bukalah dialog dengan anak, pada fase ini ketika anak bicara jangan dihakimi, cari tahu apa yang sebenarnya terjadi, kalo sudah tahu perbaiki," ucapnya.
Ia menegaskan pengasuhan yang baik akan melahirkan generasi yang siap bersaing pada masa akan datang. Oleh karenanya orang tua harus berkomitmen mewujudkannya, guna mewujudkan Generasi Emas 2045.
Meski demikian kata dia, membentuk karakter bangsa wajib dilakukan oleh semua lapisan masyarakat serta pemerintah dengan memberikan contoh berprilaku baik terhadap anak dan turut mengawasi tumbuh kembang mereka serta mempersempit ruang terjadinya kekerasan terhadap mereka.
Ia menambahkan Pemkab Natuna sudah berupaya untuk membentuk karakter anak ke arah positif yakni dengan berbagai sosialisasi dan kegiatan-kegiatan lainnya.
"Orang tua, guru, dan masyarakat, punya tanggung jawab karena anak belajar dengan melihat dan mendengar, namun tetap saja fondasinya dimulai dari rumah," ujarnya.