Gaza City, Palestina (ANTARA) - Ribuan warga Palestina dari pengungsian mulai kembali ke Gaza utara menggunakan berbagai kendaraan pada Senin (27/1) lewat Koridor Netzarim, yang memisahkan wilayah selatan dan utara Gaza, demikian menurut kesaksian warga setempat.
“Kendaraan yang membawa warga pengungsi beserta barang-barang mereka mulai melintasi Koridor Netzarim melalui Jalan Salah al-Din, setelah menjalani pemeriksaan keamanan,” kata seorang saksi mata kepada Anadolu.
Hal itu terjadi beberapa jam setelah puluhan ribu warga Palestina kembali dengan berjalan kaki melalui Jalan Al-Rashid di pesisir pantai menuju Gaza utara berdasarkan perjanjian gencatan senjata antara Israel dan Hamas.
Kendaraan seharusnya mulai melewati Koridor Netzarim pada pukul 09.00 waktu setempat (07.00 GMT), tetapi perjalanan tertunda karena tim teknis yang bertugas melakukan pemeriksaan datang terlambat, menurut laporan Anadolu.
Sesuai perjanjian gencatan senjata, kendaraan yang melintas di Koridor Netzarim harus melalui alat pemindai sinar-X sebelum diizinkan memasuki Gaza utara.
Menurut laporan media Israel, Walla, pada Kamis lalu, dua perusahaan Amerika dan satu perusahaan Mesir mengelola mekanisme tersebut guna memfasilitasi kembalinya warga Palestina yang mengungsi ke Gaza utara dan menjaga keamanan.
Kembalinya warga Palestina itu terjadi beberapa jam setelah Qatar memediasi kesepakatan antara Hamas dan Israel, di mana Hamas setuju untuk membebaskan tawanan asal Israel, Arbel Yehud, bersama dua tawanan lainnya, pada Jumat mendatang.
Fase pertama perjanjian gencatan senjata berlangsung selama enam pekan dan mulai berlaku pada 19 Januari.
Gencatan senjata itu menghentikan serangan besar-besaran Israel yang telah menewaskan lebih dari 47.000 warga Palestina, mayoritas perempuan dan anak-anak, serta melukai lebih dari 111.000 orang sejak 7 Oktober 2023.
Sejauh ini, tujuh tawanan Israel, termasuk empat tentara, telah dibebaskan dalam pertukaran dengan 290 tahanan Palestina sejak perjanjian itu diberlakukan.
Serangan Israel telah menyebabkan lebih dari 11.000 orang hilang, serta kehancuran besar-besaran dan krisis kemanusiaan yang merenggut nyawa banyak lansia dan anak-anak. Ini merupakan salah satu bencana kemanusiaan terburuk di dunia.
Sumber: Anadolu
PBB tolak relokasi...
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Senin (27/1) menolak usulan Presiden AS Donald Trump untuk merelokasi warga Palestina ke luar Jalur Gaza.
“Kami menentang setiap rencana yang akan menyebabkan pemindahan paksa penduduk atau mengarah pada pembersihan etnis dalam bentuk apa pun,” ujar juru bicara PBB, Stephane Dujarric, dalam konferensi pers.
Pada Sabtu, Trump menyerukan untuk "membersihkan" Gaza dan memindahkan warga Palestina ke Mesir dan Yordania, dengan menyebut wilayah tersebut sebagai "lokasi yang telah hancur total" akibat perang genosida Israel.
Dujarric mengingatkan bahwa Mesir, Yordania, dan Liga Arab juga telah menolak usulan Trump tersebut.
Mesir, Yordania, Liga Arab, dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) mengeluarkan pernyataan yang dengan tegas menolak segala seruan untuk pemindahan atau relokasi warga Palestina dari tanah mereka.
Situasi di Tepi Barat
Menanggapi pertanyaan dari Anadolu terkait wilayah pendudukan Tepi Barat yang berpotensi menjadi "Gaza baru" di tengah meningkatnya serangan militer Israel, Dujarric menyatakan: “Kami sangat prihatin dengan memburuknya situasi di Tepi Barat.”
Ia dengan tegas mengkritik “aktivitas kekerasan tak terkendali oleh pemukim Israel terhadap warga sipil Palestina di Tepi Barat.”
Dujarric juga mengimbau semua pihak untuk tidak “mengalihkan perhatian dari bagian-bagian lain,” meskipun Gaza tetap menjadi fokus utama.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Ribuan warga Palestina kembali ke Gaza utara lewat Koridor Netzarim