Batam (ANTARA) - Direktur Utama Perusahaan Listrik Negara Nusantara Renewable (PLNNR) Harjono menyoroti pentingnya mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) skala nasional, khususnya PLTS terapung karena lebih efisien dan ekonomis ketimbang sistem berbasis darat.
Direktur Utama PLNNR di Batam, Jumat menegaskan bahwa proyek-proyek PLTS Terapung Cirata, PLTS di Ibu Kota Nusantara (IKN), dan PLTS Terapung Karangkates menjadi bagian dari strategi PLN dalam mendukung transisi energi hijau di Indonesia.
Ia memaparkan bahwa pihaknya kini mengelola beberapa proyek strategis seperti PLTS Terapung Cirata, PLTS di IKN, dan PLTS Terapung Karangkates, yang seluruhnya akan disambungkan ke jaringan PLN dengan tegangan 150 kiloVolt (kV) setelah melalui proses konversi dari Direct Current (DC) ke Alternating Current (AC).
Baca juga: BPJN sebut 95 persen jalan nasional di Kepri dalam kondisi baik
“Mekanisme ini memastikan listrik dari pembangkit terapung bisa masuk ke jaringan utama (grid) PLN dan dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat,” tambahnya.
Harjono menjelaskan bahwa PLTS terapung memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan PLTS berbasis darat, terutama dalam aspek kemudahan pengadaan lahan dan efisiensi pemasangan.
Menurutnya, salah satu tantangan terbesar dalam pengembangan PLTS darat adalah keterbatasan lahan, terutama di Pulau Jawa, yang menyebabkan biaya pengadaan tanah menjadi sangat tinggi.
“Kalau kita bangun PLTS darat, kita harus berhadapan dengan keterbatasan dan kebebasan lahan terutama di Jawa. Dengan PLTS terapung, kami bisa memanfaatkan waduk, danau, atau perairan yang luas tanpa harus mengalokasikan lahan khusus,” kata dia.
Baca juga: Pabrik floater PLTS terapung diresmikan di Kota Batam untuk transisi energi
Namun, Harjono mengakui bahwa teknologi pemasangan PLTS terapung memiliki tantangan tersendiri, terutama dalam hal stabilitas pelampung yang membutuhkan pemasangan jangkar agar tetap stabil di permukaan air.
Dari segi ekonomi, Harjono menegaskan bahwa PLTS Terapung semakin kompetitif dibandingkan sumber energi lain seperti gas atau batu bara. PLTS Terapung Cirata saat ini sudah memiliki tarif listrik di bawah 6 sen dolar per kiloWatt-Hour (kWh), yang tergolong cukup ekonomis dan kompetitif.
“Dengan perkembangan teknologi, biaya produksi panel surya dan pelampung akan terus menurun, sehingga harga listrik dari PLTS terapung akan semakin kompetitif di masa depan,” ujarnya.
PLNNR berkomitmen untuk terus memperbanyak pembangkit berbasis energi hijau, sejalan dengan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN yang fokus pada pengurangan ketergantungan terhadap energi fosil dan peningkatan penggunaan energi terbarukan.
Baca juga:
7.715 e-paspor diterbitkan Imigrasi Batam di awal tahun
Polresta Tanjungpinang tangkap 16 tersangka narkotika di awal 2025
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Dirut PLNNR: Optimalkan pengembangan PLTS terapung skala nasional