Kairo (ANTARA) - Sekjen Liga Arab, Ahmed Aboul Gheit, menegaskan bahwa perang yang dikobarkan Israel di wilayah-wilayah Palestina yang diduduki, Lebanon dan Suriah telah memasuki babak baru yang benar-benar gegabah, yakni sengaja melanggar kesepakatan, menginvasi negara-negara dan membunuh lebih banyak warga sipil.

Melalui sebuah pernyataan pada Jumat, Aboul Gheit memperingatkan dampak dari kelambanan global terhadap ketidakpatuhan Israel yang terang-terangan terhadap norma-norma hukum internasional.

"Tampaknya mesin perang Israel tidak mau berhenti selagi para pemimpin penjajah bersikeras menghadapi krisis internal mereka dengan mengekspornya ke luar negeri, dan situasi ini menjadi jelas bagi semua orang," katanya.

Ia menggambarkan terjadinya kembali pembunuhan di Lebanon sebagai pelanggaran perjanjian gencatan senjata yang tidak dapat diterima dan terkutuk, yang membahayakan stabilitas kawasan dan berisiko menciptakan eskalasi yang tak terbendung.

Ia menegaskan bahwa tindakan Israel itu bertujuan untuk mengacaukan Suriah dan Lebanon melalui provokasi militer yang tidak bertanggung jawab, yang didorong melalui agenda domestik dengan mengorbankan nyawa warga sipil dan perdamaian kawasan.

Sumber: SPA

 

PBB nyatakan...


 Kepala Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), Philippe Lazzarini, menyatakan bahwa Israel menggunakan bantuan makanan dan kemanusiaan sebagai senjata dalam perang yang terus berlangsung di Jalur Gaza, Palestina.

Dalam pernyataannya pada Kamis (3/4), Lazzarini menyuarakan keprihatinan mendalam atas situasi yang terus memburuk di Jalur Gaza, di mana Israel terus memberlakukan blokade dan melakukan tindakan agresif terhadap warga sipil.

“Kelaparan dan keputusasaan semakin meluas, sementara bantuan makanan dan kemanusiaan dijadikan alat perang,” ujarnya.

“Sudah lebih dari sebulan Gaza berada dalam kondisi pengepungan total. Otoritas Israel masih melarang masuknya kebutuhan pokok seperti makanan, obat-obatan, dan bahan bakar -- ini merupakan bentuk hukuman kolektif,” tambahnya.

Lazzarini juga menegaskan bahwa kondisi itu menunjukkan “runtuhnya tatanan sipil” akibat pengepungan yang terus berlangsung.

Ia menekankan bahwa rakyat Palestina di Gaza “sangat lelah karena terus-menerus terkurung di sebidang tanah kecil,” dan mendesak agar bantuan segera diizinkan masuk serta pengepungan dihentikan.

Sejak 2 Maret, Israel menutup seluruh perbatasan Jalur Gaza untuk pengiriman bantuan kemanusiaan, medis, dan logistik, menyebabkan krisis kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Kondisi ini dikonfirmasi oleh laporan pemerintah lokal maupun lembaga hak asasi manusia.

Berbagai organisasi HAM internasional dan badan-badan PBB telah berulang kali memperingatkan dampak buruk dari pengetatan blokade tersebut, yang mendorong penduduk Jalur Gaza ke jurang kelaparan dan kesengsaraan ekstrem.

Pada Minggu lalu, pemimpin otoritas Israel Benjamin Netanyahu menyatakan akan meningkatkan serangan di Gaza, seiring dengan upaya pelaksanaan rencana Presiden AS Donald Trump untuk memindahkan warga Palestina dari wilayah tersebut.

Sejak serangan militer Israel dimulai pada Oktober 2023, lebih dari 50.500 warga Palestina telah tewas di Gaza, sebagian besar di antaranya adalah perempuan dan anak-anak.

Mahkamah Pidana Internasional (ICC) telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Netanyahu dan mantan kepala pertahanan, Yoav Gallant, atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

Selain itu, Israel juga sedang menghadapi gugatan kasus genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) terkait perang yang dilancarkan di wilayah tersebut.

Sumber: Anadolu



Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Liga Arab sebut Israel sengaja langgar kesepakatan

Pewarta : Asri Mayang Sari
Editor : Yuniati Jannatun Naim
Copyright © ANTARA 2025