Seoul (ANTARA) - Militer Korea Selatan pada Senin mulai mencopot pengeras suara untuk siaran propaganda yang dipasang di sepanjang perbatasan dengan Korea Utara yang menjadi langkah untuk meredakan ketegangan antar-Korea, menurut pernyataan Kementerian Pertahanan.

Langkah tersebut diambil kurang dari dua bulan setelah Presiden Lee Jae-myung memerintahkan penghentian siaran melalui pengeras suara di wilayah garis depan pada 11 Juni, sebagai bagian dari upaya memperbaiki hubungan yang tegang dengan Korea Utara.

“Ini adalah langkah praktis yang dapat membantu meredakan ketegangan antar-Korea tanpa memengaruhi postur kesiapan militer,” kata Kementerian Pertahanan Korea Selatan dalam pemberitahuan kepada wartawan.

Untuk menanggapi langkah pengiriman balon berisi sampah oleh Pyongyang melintasi perbatasan Korea Selatan, Seoul sempat kembali menyalakan kampanye pengeras suara untuk pertama kalinya dalam enam tahun pada Juni tahun lalu lalu.

Kampanye sebelumnya dilakukan secara sporadis menyusul uji coba nuklir keempat Korea Utara pada 2016.

Sebelumnya pada 11 Juni, Kantor Kepresidenan mengatakan bahwa Presiden Lee Jae-myung memerintahkan penghentian siaran pengeras suara ke arah Korea Utara di sepanjang perbatasan, sebagai bagian dari langkah untuk menurunkan ketegangan dan membangun kembali kepercayaan.

Beberapa jam sebelum Kantor Kepresidenan memberi pengarahan kepada wartawan, pihak militer Korea Selatan mengatakan bahwa pihaknya telah menghentikan siaran pengeras suara anti-Pyongyang.

“Presiden telah menginstruksikan otoritas militer untuk menghentikan siaran pengeras suara yang dipasang di wilayah garis depan yang diarahkan ke Korea Utara, efektif pukul 14.00 hari ini,” kata juru bicara kepresidenan Kang Yu-jung kepada wartawan.

“Langkah ini mencerminkan komitmen pemerintah untuk memulihkan kepercayaan dalam hubungan antar-Korea dan mewujudkan perdamaian di Semenanjung Korea,” tambahnya.

Penghentian siaran pengeras suara merupakan salah satu janji kampanye Lee terkait isu antar-Korea sebelum memenangkan pemilu pada 3 Juni. Sebagai calon presiden, Lee juga pernah berjanji akan menghentikan pengiriman selebaran anti-Pyongyang ke wilayah Korea Utara.

Sebagai presiden, Lee telah menyampaikan niatnya untuk memperbaiki hubungan dengan Korea Utara, meskipun hubungan tersebut masih berada dalam kondisi yang tegang setelah Pyongyang memutuskan hubungan dengan Seoul dan menyatakan Korea Selatan sebagai musuh utama dari negara komunis tersebut.

Sumber: Yonhap-OANA


Korut tolak ajakan dialog di bawah kepemimpinan presiden baru Korsel...


Sebelumnya, Korea Utara, Senin (28/7) menolak dialog dengan Korea Selatan dalam pernyataan resmi pertamanya sejak Presiden Korea Selatan Lee Jae Myung dilantik pada Juni 2025.

Pyongyang mengkritik aliansi militer antara Seoul dan Washington serta pendekatan konfrontatif mereka terhadap Korea Utara.

Kim Yo Jong, saudara perempuan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un sekaligus pejabat senior yang berkuasa, dalam pernyataan yang disampaikan Korean Central News Agency (KCNA) mengatakan, “Apa pun kebijakan yang diambil atau apa pun usulan yang dibuat di Seoul, kami tidak tertarik.”

Ia mengatakan tidak ada alasan bagi Korea Utara untuk bertemu dengan Korea Selatan, dan menambahkan bahwa pemerintahan Lee memiliki “kepercayaan buta” terhadap aliansi dengan Amerika Serikat dan mencoba untuk “berkonfrontasi” dengan Pyongyang, nyaris sama dengan sikap yang dipegang pendahulunya, Yoon Suk Yeol.

Korea Selatan tidak akan pernah menjadi mitra rekonsiliasi dan kerja sama, ucap Kim Yo Jong.

Tak lama setelah dilantik, Presiden Lee memerintahkan militer Korea Selatan untuk menghentikan siaran propaganda menggunakan pengeras suara di sepanjang perbatasan dengan Korea Utara, sebagai upaya meredakan ketegangan di Semenanjung Korea.

Siaran tersebut sebelumnya dilanjutkan kembali setelah dihentikan selama enam tahun, di bawah kepemimpinan Yoon, yang mengambil sikap keras terhadap Pyongyang.

Namun, Kim Yo Jong menyebut langkah tersebut tidak lain hanyalah pembalikan sementara atas tindakan yang seharusnya tidak dilakukan sejak awal.

Ia menolak menganggapnya sebagai perkembangan yang patut diapresiasi dan menyebut sebagai kesalahan perhitungan jika Korea Selatan percaya mereka dapat membalikkan semua dampak yang telah terjadi hanya dengan beberapa kata yang sentimental.

Merujuk pada spekulasi di media Korea Selatan bahwa Kim Jong Un mungkin diundang ke KTT APEC yang dijadwalkan berlangsung di Gyeongju pada November mendatang, Kim Yo Jong menyindir bahwa Presiden Lee sedang "bermimpi di siang bolong."

Presiden Lee mulai menjabat pada awal Juni, menggantikan Yoon Suk Yeol yang sebelumnya menciptakan kekacauan politik dengan penerapan darurat militer yang berlangsung singkat.

Sumber: Kyodo-OANA

 

 

 



Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Korsel copot pengeras suara di perbatasan Korut demi redakan tensi

Pewarta : Kuntum Khaira Riswan
Editor : Nadilla
Copyright © ANTARA 2025