Tanjungpinang (ANTARA) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau (Kepri), menggalakkan Program Gerakan Serentak Pemberantasan Sarang Nyamuk (Gertak PSN) guna mewaspadai terjadinya peningkatan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di daerah tersebut.
"Secara keseluruhan periode Januari sampai September 2025 sudah ada 279 kasus DBD dengan satu kasus kematian. Angka ini sudah melewati kasus DBD tahun 2024 sebanyak 277 kasus selama setahun," kata Kepala Dinkes Tanjungpinang Rustam di Tanjungpinang, Rabu.
Ia mengatakan dalam tiga hingga empat bulan terakhir terjadi peningkatan kasus DBD dengan rata-rata satu bulan mencapai 40 sampai 50 kasus. Kondisi ini menjadi ancaman serius yang harus diwaspadai bersama.
Semua daerah di Tanjungpinang, menurutnya, berpotensi tertular DBD. Dalam dua tahun terakhir hanya satu kelurahan saja yang tak dilaporkan ada DBD yaitu Pulau Penyengat.
Sedangkan selebihnya terdapat kasus DBD, dengan sebaran tertinggi di Kelurahan Batu 9, Melayu Kota Piring, Tanjung Ayun Sakti, Dompak, Kampung Baru, dan Pinang Kencana.
"Hal itu dipicu kepadatan pendudukan dan masih minimnya upaya bersama masyarakat dalam membersihkan sarang nyamuk di lingkungan masing-masing," kata Rustam.
Rustam menyebut sebagian masyarakat sudah memahami penyakit DBD dan upaya pencegahannya, salah satunya melalui Program Gertak PSN. Namun diakuinya masih ada masyarakat yang belum melakukan tindakan tersebut.
Baca juga: Berikut spesifikasi seri iPhone 17 Pro dan 17 Pro Max
Ia menjelaskan Gertak PSN merupakan upaya bersama yang melibatkan masyarakat, pemerintah, dan berbagai pihak lain untuk mencegah penyebaran DBD dengan cara membasmi sarang nyamuk Aedes aegypti secara serentak di lingkungan rumah tangga dan masyarakat.
Kegiatan utama dalam gerakan ini adalah melaksanakan 3M Plus, yaitu Menguras, Menutup, dan Mendaur ulang barang-barang yang bisa menampung air, ditambah tindakan pencegahan lain seperti menghindari gigitan nyamuk dan memantau jentik secara rutin.
"Kami terus mendorong setiap kecamatan, kelurahan, hingga RT/RW agar menggerakkan warganya melakukan Gertak PSN. Ini harus dikuatkan bukan sekadar memberantas DBD, tapi juga menyangkut kebersihan dan keindahan lingkungan," ungkap Rustam.
Selain itu ia Rustam mendorong gerakan satu rumah satu petugas juru pemantau jentik (Jumantik), misalnya melalui peran ayah atau ibu yang bertugas memantau kemungkinan potensi jentik di lingkungan rumah dan sekitarnya.
"Contohnya, membersihkan dinding bak mandi rumah rutin tiga hari sekali guna mencegah sarang nyamuk, karena asal muasal DBD dari nyamuk," ucapnya.
Rustam menambahkan DBD dipicu infeksi akibat Virus Dengue yang dibawa nyamuk. Gejala DBD biasanya berupa demam tinggi bisa di atas 38/39 derajat Celcius, ditambah sakit kepala, mual, serta gangguan pencernaan.
Warga yang merasakan gejala tersebut selama lebih dari tiga hari harus segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat supaya bisa ditangani, karena bahaya DBD berisiko pada kematian.
Baca juga: Kapolda Kepri: Kerjasama stakeholder jaga iklim investasi yang kondusif