Tanjungpinang (ANTARA) - Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) Mochammad Bisri menyebutkan, berdasarkan estimasi jumlah orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di daerah itu mencapai 10.061 kasus per Oktober 2025.
"Dari jumlah tersebut, sebanyak 7.782 orang atau 77 persen telah ditemukan dan masih hidup. Artinya, masih ada sekitar 2.086 orang yang belum terjangkau layanan perawatan atau pengobatan HIV/AIDS yang disediakan pemerintah," katanya di Tanjungpinang, Selasa.
Baca juga: Bea Cukai Batam gagalkan penyelundupan 1,79 Kg sabu modus seret seorang WNA Malaysia
Dari 7.782 yang ditemukan, menurut dia, sebanyak 7.614 orang atau 98 persen sudah pernah masuk layanan, namun masih terdapat 169 orang yang "menghilang" setelah diagnosis sebelum memulai perawatan.
"Dari 7.614 pasien yang sudah pernah masuk layanan, terdapat 6.738 orang atau 88 persen telah memulai terapi antiretroviral (ARV), namun terdapat 876 orang yang sudah terdiagnosis tetapi belum memulai ARV," ujarnya.
Bisri menjelaskan ARV ialah pengobatan HIV dengan menggunakan kombinasi obat-obatan untuk menekan pertumbuhan virus, bukan untuk menyembuhkannya.
Selanjutnya, dari 6,738 yang memulai ARV, sebanyak 5.296 orang atau 68 persen masih aktif dalam pengobatan. Sisanya, terdiri atas pasien lost to follow-up (putus minum obat), pindah layanan, atau tidak aktif.
Dari yang masih aktif ARV, lanjut Bisri, terdapat 3.187 orang sudah menjalani pemeriksaan viral load, dan 3.073 di antaranya atau 58 persen telah mencapai supresi virus. Ini menunjukkan bahwa efektivitas pengobatan sudah baik.
Baca juga: Kejari Batam tunggu petunjuk Kejagung usai lelang kapal MT Arman
"Dengan hasil ini, fokus upaya ke depan adalah peningkatan penemuan kasus, pendampingan pasien menuju ARV, serta memperbaiki retensi agar target nasional 95-95-95 dapat tercapai secara menyeluruh," ungkapnya.
Biari melanjutkan, Dinkes Kepri bersama LSM pendamping dan penjangkau terus berupaya menemukan kasus HIV/AIDS sebanyak-banyaknya, untuk segera dilakukan pendampingan (konseling) dan diobati.
Menurut dia pemerintah punya program pemberian obat ARV atau kelompok obat yang digunakan untuk mengobati infeksi HIV/AIDS. ARV bukan obat penyembuh, tetapi membantu penderita HIV hidup lebih lama dan sehat serta mengurangi risiko penularan.
Selain itu, pemerintah juga menyiapkan tempat pelayanan program HIV/AIDS di puskesmas, yaitu dengan melakukan skrining atau pemeriksaan bagi yang berisiko HIV/AIDS.
"Penderita HIV/AIDS harus patuh minum obat guna menjaga kondisi imunitas tubuh. Tujuannya agar level virus bisa terjaga, sehingga tubuh mampu melawan infeksi HIV/AIDS," ungkap Bisri.
Baca juga: Donatur Singapura salurkan bantuan beasiswa melalui Yayasan Bintan Resort
Ia mengutarakan penderita HIV/AIDS di Kepri saat ini didominasi pria (77 persen). Pasien rata-rata dari kelompok usia produktif, mulai 15 sampai 45 tahun.
Pemicu HIV/AIDS di Kepri didominasi pergaulan bebas, khususnya seks bebas dan perilaku seksual menyimpang atau sesama jenis, termasuk dipicu pemakaian narkoba suntik bersama.
"Sebenarnya cukup mudah terhindar penyakit ini, yaitu jauhi seks bebas, apalagi seks menyimpang," ungkapnya.
Bisri menambahkan upaya sosialisasi dan edukasi terus dilakukan Dinkes Kepri kepada kelompok berisiko yang rentan terhadap HIV guna memutus penularan penyakit tersebut.
Selain itu, masyarakat diimbau memiliki kesadaran tinggi menjaga diri masing-masing dari penularan HIV, terutama kalangan remaja atau belum menikah harus menjauhi pergaulan bebas, terlebih seks bebas.
"Sedangkan bagi yang sudah menikah, diimbau tidak gonta-ganti pasangan dalam melakukan hubungan seksual," demikian Bisri
Baca juga:
Ketika Ngopi Tak Lagi Tunai: QRIS Jadi Rasa Baru di Tiap Transaksi
BMKG prakirakan cuaca Kepri hari ini berawan