Batam (Antara Kepri) - Transaksi valuta asing, terutama dolar Singapura dan ringgit Malaysia di Kota Batam, Kepulauan Riau, meningkat 25 persen pada akhir tahun 2014 hingga awal 2015.
"Peningkatan transaksi valas sekitar 20 persen sampai 25 persen. Ini karena meningkatnya kunjungan wisata," kata Ketua Pembina Asosiasi Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing (KUPVA) Batam Amat Tantoso di Batam, Selasa.
Mayoritas konsumen yang menukarkan uangnya adalah wisatawan asal Singapura dan Malaysia yang berlibur ke Batam, juga WNI yang hendak berlibur ke Singapura dan Malaysia melalui Batam.
Pada awal Januari, kata dia, nilai rupiah terhadap Singapura di anjungan-anjungan KUPVA di Batam menguat. Pada 13 Januari menjadi Rp9.425 per dolar Singapura (beli) dan Rp9.445 per dolar Singapura (jual). Padahal sebelumnya sempat menyentuh pada level lebih dari Rp10.000.
Menurut Amat, penguatan rupiah pada awal tahun ini disebabkan banyak wisatawan mancanegara yang sudah pulang ke negara asalnya. WNI yang pulang berlibur dari negara tetangga juga sudah kembali ke Tanah Air dan menjual dolar Singapura.
"Seperti terjadi setiap tahun, pada Desember rupiah anjlok, kemudian mulai 20 Desember, banyak yang jual dolar Singapura, diiringi awal Januari, turis yang sudah kembali ke negara asalnya," kata dia.
Selain karena faktor penukaran valas oleh Wisman, pada Desember awal, banyak pelaku usaha yang menukarkan rupiah ke dolar Singapura untuk pasokan uang di kantornya. Itu dilakukan untuk mengantisipasi tutupnya penukaran uang saat libur panjang di akhir tahun.
Banyaknya transaksi menjual rupiah menyebabkan mata uang Indonesia itu anjlok.
Kemudian, pada Januari, pelaku usaha kembali menukarkan dolar Singapura ke rupiah, sehingga nilai mata uang Indonesia kembali menguat.
"Kebutuhan akan mata uang dolar Singapura dan ringgit Malaysia memang tinggi di Batam. Ini karena banyaknya importir di sini," kata dia. (Antara)
Editor: Rusdianto
"Peningkatan transaksi valas sekitar 20 persen sampai 25 persen. Ini karena meningkatnya kunjungan wisata," kata Ketua Pembina Asosiasi Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing (KUPVA) Batam Amat Tantoso di Batam, Selasa.
Mayoritas konsumen yang menukarkan uangnya adalah wisatawan asal Singapura dan Malaysia yang berlibur ke Batam, juga WNI yang hendak berlibur ke Singapura dan Malaysia melalui Batam.
Pada awal Januari, kata dia, nilai rupiah terhadap Singapura di anjungan-anjungan KUPVA di Batam menguat. Pada 13 Januari menjadi Rp9.425 per dolar Singapura (beli) dan Rp9.445 per dolar Singapura (jual). Padahal sebelumnya sempat menyentuh pada level lebih dari Rp10.000.
Menurut Amat, penguatan rupiah pada awal tahun ini disebabkan banyak wisatawan mancanegara yang sudah pulang ke negara asalnya. WNI yang pulang berlibur dari negara tetangga juga sudah kembali ke Tanah Air dan menjual dolar Singapura.
"Seperti terjadi setiap tahun, pada Desember rupiah anjlok, kemudian mulai 20 Desember, banyak yang jual dolar Singapura, diiringi awal Januari, turis yang sudah kembali ke negara asalnya," kata dia.
Selain karena faktor penukaran valas oleh Wisman, pada Desember awal, banyak pelaku usaha yang menukarkan rupiah ke dolar Singapura untuk pasokan uang di kantornya. Itu dilakukan untuk mengantisipasi tutupnya penukaran uang saat libur panjang di akhir tahun.
Banyaknya transaksi menjual rupiah menyebabkan mata uang Indonesia itu anjlok.
Kemudian, pada Januari, pelaku usaha kembali menukarkan dolar Singapura ke rupiah, sehingga nilai mata uang Indonesia kembali menguat.
"Kebutuhan akan mata uang dolar Singapura dan ringgit Malaysia memang tinggi di Batam. Ini karena banyaknya importir di sini," kata dia. (Antara)
Editor: Rusdianto