Batam (Antara Kepri) - Kementerian Kelautan dan Perikanan mengimbau nelayan di perairan perbatasan seperti Natuna, Anambas, Maluku, berkelompok saat melaut menghindari kemungkinan pengejaran nelayan ilegal asing yang marah atas peledakan sejumlah kapal.

"Nelayan asing marah dan sakit hati atas peledakan kapal oleh Pemerintah Indonesia. Mereka melampiaskan kemarahannya dengan mengejar kapal-kapal Indonsia meski melaut di daerah sendiri," kata Direktur Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) Asep Burhanudin di Batam, Rabu.

Kasus pengejaran oleh nelayan-nelayan asing ilegal pada nelayan Indonesia sering terjadi di perairan Natuna, Anambas yang masuk Provinsi Kepri.

Kapal-kapal nelayan asing ilegal dengan ukuran lebih besar dan dalam jumlah banyak mengejar bahkan menabrak kapal-kapal nelayan lokal dengan ukuran kecil.

Meski hingga saat ini belum ada laporan korban jiwa, namun hal tersebut harus diwaspadai oleh nelayan-nelayan lokal.

"Untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan, sebaiknya nelayan Indonesia bergerombol saat melaut. Dengan cara itu diharapkan nelayan asing ilegal tidak berani mengejar," kata Asep.

Ia juga mengimbau pada masyarakat atau nelayan Indonesia melaporkan ke petugas jika melihat kapal asing beroperasi dan mengancam keselamatan mereka selama di laut.

"Petugas-petugas kami dan lembaga lain yang bertugas dilaut akan selalu siap untuk membantu dan menindaklanjuti setiap laporan. Karena sebagian besar nelayan ilegal asing yang beroperasi di perairan Indonesia adalah residivis," kata dia.

Upaya agar tidak ada lagi nelayan asing mengambil ikan diperairan Indonesia, kata dia, tidak akan berhasil tanpa dukungan seluruh masyakarat.

"Hingga Maret sudah ada 27 kapal yang diamankan. Seluruhnya diproses dan akan ditenggelamkan jika sudah ada ketetapan hukum. Dari sejumlah patroli dan peledakan yang dilakukan sudah mammpu menurunkan jumlah kapal asing di perairan Indonesia," kata Asep.

Berdasarkan informasi terkini, kata dia, jumlah kapal ilegal beroperasi di Indonesia khususnya wilayah Natuna berkurang dari ribuan menjadi hanya sekitar 100 unit.

Sebelumnya Bupati Natuna, Ilyas Sabli mengatakan jika malam tidak nampak lagi lampu-lampu nelayan asing yang beroperasi di kawasan Natuna.

"Dulu kalau malam seperti ada kota di tengah laut. Itu adalah lampu kapal-kapal asing ilegal. Saat ini tidak ada lagi," kata dia. (Antara)

Editor: Rusdianto

Pewarta :
Editor :
Copyright © ANTARA 2024