Tanjungpinang(Antaranes Kepri) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat lima fenomena gerhana selama pada 2018, merupakan fenomena gerhana terbanyak dari tahun sebelumnya.

"Gerhana Bulan Total (31/1), Gerhana Matahari Parsial (15/2), Gerhana Matahari Parsial (13/7), dan akan terjadi yaitu Gerhana Bulan Total (28/7), serta Gerhana Matahari Parsial (11/8)," kata Prakirawan BMKG Tanjungpinang, Ardhito, Jumat.

Dari jumlah tersebut, 2 fenomena gerhana yang dapat disaksikan dari Kepulauan Riau yaitu, Gerhana Bulan Total (31/1) dan Gerhana Bulan Total yang terjadi Sabtu (28/7).

Lanjut dia, bila dibandingkan dengan 2017 lalu peristiwa gerhana terjadi hanya 4 kali, itupun tidak semua dapat dilihat dari Kepulauan Riau.

Kata Ardhito, banyaknya peristiwa gerhana terjadi pada 2018 ini disebabkan garis edar bulan sendiri miring kurang lebih 5 derajat terhadap garis ekliptika bumi.

"Dampaknya, mungkin yang perlu diwaspadai kenaikan pasang surut air laut akibat gerhana ini," tegasnya.

Sementara itu, Kepala Global Atmosphere Watch (GAW) di Bukit Tinggi, Padang (27/7), Hartanto mengatakan bahwa fenomena gerhana bulan dan matahari sebenarnya dapat dihitung secara pasti. 

"Tapi kejadian yang terlihat pada masing-masing daerah berbeda," kata Hartanto pada Antaranews.

Menurut dia, fenomena gerhana diikuti oleh pasang naik air laut yang lebih tinggi dari biasanya.

"Tidak permanen, karena memang tidak ada perubahan yang permanen diakibatkan oleh fenomena gerhana," kata Hartanto.

Artinya, setelah proses gerhana, volume pasang surut air laut kembali normal.

Pewarta : Saud MC Kashmir
Editor : Rusdianto Syafruddin
Copyright © ANTARA 2024