Karimun (Antaranews Kepri) - Desa Pangke, Kecamatan Meral, Kabupaten Karimun menggunakan dana desa untuk mengembangkan kerajinan tanjak, sejenis songkok khas Melayu yang terbuat dari kain songket.
"Tahap awal kami telah memberikan pelatihan kepada 15 perajin tanjak dengan menggunakan dana desa sebesar Rp27 juta," kata Kepala Desa Pangke Efendi di Karimun, Kamis (8/11).
Efendi mengatakan, pihaknya mendatangkan pelatih sehingga 15 perajin mampu membuat beraneka jenis ragam tanjak Melayu.
Menurut Efendi, tanjak merupakan bagian dari pakaian raja-raja atau bangsawan pada zaman Kerajaan Melayu-Lingga, yang dewasa ini mulai kembali populer di kalangan warga masyarakat.
Setiap jenis dan bentuk tanjak, kata dia, memiliki filosofi tersendiri. Tanjak untuk pemuda berbeda dengan model tanjak untuk orang tua, atau untuk bangsawan.
"Tanjak yang diproduksi para perajin kita pamerkan dalam Expo UKM Pemuda Pancasila dan HUT Kabupaten Karimun ke-19," katanya.
Kerajinan tanjak, menurut dia, akan menjadi usaha unggulan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Pangke, dan diharapkan bisa menumbuhkan perekonomian masyarakat, di samping melestarikan khazanah budaya Melayu.
Dijelaskannya, BUMDes Pangke sebagai instrumen untuk mengangkat perekonomian masyarakat masih dalam transisi pergantian pimpinan. Namun ke depan, dia berharap BUMDes akan menggarap kerajinan tanjak sebagai unit usaha unggulan Pangke.
Sementara, Ketua Badan Perwakilan Desa (BPD) Pangke Arwan mengatakan, pemanfaatan dana desa untuk pengembangan kerajinan tanjak sangat tepat karena memiliki efek ganda bagi daerah.
"Tanjak sebagai bagian dari budaya Melayu harus dilestarikan. Tanjak makin diminati sehingga memiliki prospek untuk dijadikan peluang usaha, dan mudah-mudahan bisa menjadi produk unggulan untuk ditawarkan kepada wisatawan," tuturnya.
Menurut Arwan, sejak pemerintah pusat menggelontorkan dana desa, ekonomi kerakyatan di Desa Pangke mulai menggeliat, setidaknya mulai tumbuh dengan munculnya wirausahawan-wirausahawan baru.
Selain pelatihan membuat tanjak, pemerintah desa juga telah melaksanakan program pengembangan sumberdaya manusia, antara lain pelatihan sablon, pelatihan teknik pola dan menjahit dan pelatihan membuat makanan dari pisang.
"Dana desa yang dicairkan sangat bermanfaat dan tepat sasaran. Penggunaannya terarah berdasarkan proposal perencanaan kegiatan," kata Arwan.
"Tahap awal kami telah memberikan pelatihan kepada 15 perajin tanjak dengan menggunakan dana desa sebesar Rp27 juta," kata Kepala Desa Pangke Efendi di Karimun, Kamis (8/11).
Efendi mengatakan, pihaknya mendatangkan pelatih sehingga 15 perajin mampu membuat beraneka jenis ragam tanjak Melayu.
Menurut Efendi, tanjak merupakan bagian dari pakaian raja-raja atau bangsawan pada zaman Kerajaan Melayu-Lingga, yang dewasa ini mulai kembali populer di kalangan warga masyarakat.
Setiap jenis dan bentuk tanjak, kata dia, memiliki filosofi tersendiri. Tanjak untuk pemuda berbeda dengan model tanjak untuk orang tua, atau untuk bangsawan.
"Tanjak yang diproduksi para perajin kita pamerkan dalam Expo UKM Pemuda Pancasila dan HUT Kabupaten Karimun ke-19," katanya.
Kerajinan tanjak, menurut dia, akan menjadi usaha unggulan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Pangke, dan diharapkan bisa menumbuhkan perekonomian masyarakat, di samping melestarikan khazanah budaya Melayu.
Dijelaskannya, BUMDes Pangke sebagai instrumen untuk mengangkat perekonomian masyarakat masih dalam transisi pergantian pimpinan. Namun ke depan, dia berharap BUMDes akan menggarap kerajinan tanjak sebagai unit usaha unggulan Pangke.
Sementara, Ketua Badan Perwakilan Desa (BPD) Pangke Arwan mengatakan, pemanfaatan dana desa untuk pengembangan kerajinan tanjak sangat tepat karena memiliki efek ganda bagi daerah.
"Tanjak sebagai bagian dari budaya Melayu harus dilestarikan. Tanjak makin diminati sehingga memiliki prospek untuk dijadikan peluang usaha, dan mudah-mudahan bisa menjadi produk unggulan untuk ditawarkan kepada wisatawan," tuturnya.
Menurut Arwan, sejak pemerintah pusat menggelontorkan dana desa, ekonomi kerakyatan di Desa Pangke mulai menggeliat, setidaknya mulai tumbuh dengan munculnya wirausahawan-wirausahawan baru.
Selain pelatihan membuat tanjak, pemerintah desa juga telah melaksanakan program pengembangan sumberdaya manusia, antara lain pelatihan sablon, pelatihan teknik pola dan menjahit dan pelatihan membuat makanan dari pisang.
"Dana desa yang dicairkan sangat bermanfaat dan tepat sasaran. Penggunaannya terarah berdasarkan proposal perencanaan kegiatan," kata Arwan.