Langsa, Aceh (ANTARA) - Lembaga kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) menyatakan, bahwa Gampong (Desa) Ie Suum di Kecamatan Mesjid Raya, Aceh Besar yang berjarak sekitar 35 kilometer dari Kota Banda Aceh dikembangkan sebagai lokasi penggembalaan ternak domba hasil wakaf.
"Kita berupaya mengembangkan lokasi peternakan ini sampai besar. Mudah-mudahan ke depan, hewan ternak di sini bisa menyuplai kebutuhan saat Hari Raya Kurban tiba," kata Kepala ACT Aceh, Husaini Ismail melalui sambungan telepon seluler di Langsa, Aceh, Selasa.
Ia mengaku, wilayah desa yang terletak di kaki Gunung Meuh itu, pada awal tahun sebelumnya atau ketika lokasi itu ditetapkan sebagai tempat penggembalaan ternak hanya terdapat lima ekor domba, namun kini meningkat menjadi 44 ekor domba dari hasil salah satu program pemberdayaan masyarakat oleh ACT Aceh di Gampong Ie Suum.
Ia berharap lokasi pengelolaan domba bisa berkembang sebesar Lumbung Ternak Wakaf (LTW) Global Wakaf di Blora, Jawa Tengah, yang mengelola puluhan ribu hewan ternak. Melalui LTW ini, masyarakat dapat diberdayakan ekonomi akibat adanya penyerapan tenaga kerja.
"Hasil peternakan di Gampong Ie Suum nantinya akan dimanfaatkan membantu membiayai Yayasan Balai Pengajian Insan Kamil, dan donasi untuk dunia kemanusiaan. Mudah-mudahan proses belajar mengajar di dayah (pesantren) tersebut semakin lancar, dan dalam menghasilkan lulusan berkualitas," kata dia.
Ia menyebut, program pengelolaan wakaf juga telah ada, dan dewasa ini telah berjalan di Gampong Lhok Geulumpang, Kecamatan Setia Bakti, Aceh Jaya.
Di gampong ini ACT Aceh telah dipercaya mengelola lahan wakaf seluas 110 hektare, dan sebagian di antaranya sudah ditanami serai wangi. Hasil produksi komoditas serai wangi itu, digunakan membiayai operasional Yayasan Al-Anshar yang menampung ratusan santri yatim dan kurang mampu.
"Wakaf yang dipercayakan, kami coba kelola secara produktif agar bisa dimanfaatkan masyarakat lebih luas," ujar Husaini.
Operation Manager Global Wakaf, Pungki M Kusuma sebelum menyebut, bahwa saat ini penerima manfaat dari pengelolaan lahan wakaf di Aceh Jaya terus bertambah.
"Wakaf produktif di Aceh ini menjadi salah satu wujud dari kebangkitan perekonomian masyarakat. Harapannya, semakin banyak pula orang yang terketuk hatinya untuk berwakaf," terangnya.
"Selain itu, wakaf adalah salah satu sarana orang beriman untuk menuju surga. Hal ini karena manfaat yang dirasakan untuk masyarakat sangat besar. Jadi, jangan ragu dan jangan ditunda karena Allah pasti ganti yang terbaik di dunia dan di akhirat kelak," tutur Pungki.
Baca juga: ACT Aceh ajak masyarakat bantu korban gempa Maluku
Baca juga: ACT Sulsel siapkan logistik sambut pengungsi Wamena
Baca juga: ACT Jatim galang bantuan bagi korban gempa Maluku
"Kita berupaya mengembangkan lokasi peternakan ini sampai besar. Mudah-mudahan ke depan, hewan ternak di sini bisa menyuplai kebutuhan saat Hari Raya Kurban tiba," kata Kepala ACT Aceh, Husaini Ismail melalui sambungan telepon seluler di Langsa, Aceh, Selasa.
Ia mengaku, wilayah desa yang terletak di kaki Gunung Meuh itu, pada awal tahun sebelumnya atau ketika lokasi itu ditetapkan sebagai tempat penggembalaan ternak hanya terdapat lima ekor domba, namun kini meningkat menjadi 44 ekor domba dari hasil salah satu program pemberdayaan masyarakat oleh ACT Aceh di Gampong Ie Suum.
Ia berharap lokasi pengelolaan domba bisa berkembang sebesar Lumbung Ternak Wakaf (LTW) Global Wakaf di Blora, Jawa Tengah, yang mengelola puluhan ribu hewan ternak. Melalui LTW ini, masyarakat dapat diberdayakan ekonomi akibat adanya penyerapan tenaga kerja.
"Hasil peternakan di Gampong Ie Suum nantinya akan dimanfaatkan membantu membiayai Yayasan Balai Pengajian Insan Kamil, dan donasi untuk dunia kemanusiaan. Mudah-mudahan proses belajar mengajar di dayah (pesantren) tersebut semakin lancar, dan dalam menghasilkan lulusan berkualitas," kata dia.
Ia menyebut, program pengelolaan wakaf juga telah ada, dan dewasa ini telah berjalan di Gampong Lhok Geulumpang, Kecamatan Setia Bakti, Aceh Jaya.
Di gampong ini ACT Aceh telah dipercaya mengelola lahan wakaf seluas 110 hektare, dan sebagian di antaranya sudah ditanami serai wangi. Hasil produksi komoditas serai wangi itu, digunakan membiayai operasional Yayasan Al-Anshar yang menampung ratusan santri yatim dan kurang mampu.
"Wakaf yang dipercayakan, kami coba kelola secara produktif agar bisa dimanfaatkan masyarakat lebih luas," ujar Husaini.
Operation Manager Global Wakaf, Pungki M Kusuma sebelum menyebut, bahwa saat ini penerima manfaat dari pengelolaan lahan wakaf di Aceh Jaya terus bertambah.
"Wakaf produktif di Aceh ini menjadi salah satu wujud dari kebangkitan perekonomian masyarakat. Harapannya, semakin banyak pula orang yang terketuk hatinya untuk berwakaf," terangnya.
"Selain itu, wakaf adalah salah satu sarana orang beriman untuk menuju surga. Hal ini karena manfaat yang dirasakan untuk masyarakat sangat besar. Jadi, jangan ragu dan jangan ditunda karena Allah pasti ganti yang terbaik di dunia dan di akhirat kelak," tutur Pungki.
Baca juga: ACT Aceh ajak masyarakat bantu korban gempa Maluku
Baca juga: ACT Sulsel siapkan logistik sambut pengungsi Wamena
Baca juga: ACT Jatim galang bantuan bagi korban gempa Maluku