Pelni, bahtera sakti bangun negeri

id pelni, tambelan

Pelni, bahtera sakti bangun negeri

Salah satu armada Pelni, KM Sabuk Nusantara 83 sandar di Kuala Maras. Foto ANTARA/Saud Mc Kashmir.

Tanjungpinang (ANTARA) - Kami adalah anak bangsa yang tinggal di pulau-pulau kecil dalam peta Nusantara. Pulau kami tidak luas, sehingga tidak heran bila sulit dilihat dengan perbandingan skala biasa.

Sebut saja Tambelan, keberadaan pulau ini tergolong cukup jauh dengan jarak perjalanan laut sekitar 300 mil dari arah Timur Pulau Bintan. Sehingga Tambelan masuk sebagai salah satu kecamatan yang berada di wilayah Tertinggal, Terluar, Terpencil, dan Perbatasan (3TP).

Masuk ke dalam wilayah 3TP yang disandang Kecamatan Tambelan memberikan deskriptif yang berbeda bila dibandingkan dengan sejumlah pulau yang sedikit lebih dekat dengan Pulau Bintan sebagai ibu kota kabupaten. Lantaran keberadaan pulau yang jauh tersebut, maka bentuk layanan, pembangunan fisik, maupun sumber daya manusia menjadi terhambat. 

Namun, perihal itu pula membuat pemerintah justru berusaha untuk lebih memperhatikan Tambelan. Sebagaimana target kerja Pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla pada Periode Pertama yang fokus dalam memberdayakan perekonomian dan sumber daya masyarakat desa di daerah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar (3T) alias 3TP. 

Bukan tanpa sebab Presiden Jokowi fokus memperhatikan kondisi masyarakat di wilayah 3TP. Mungkin salah satunya adalah tentang kondisi masyarakat di Kepulauan Riau (Kepri) yaitu  Kecamatan Tambelan, Bintan.

Kilas balik terjadi sekitar 1990 silam, masyarakat Tambelan sudah mengenal yang namanya transportasi laut. Baik itu kapal kayu maupun kapal bermaterial besi yang akrab disebut kapal perintis.

Kapal perintis yang dimaksud bukanlah kapal milik negara. Melainkan kapal swasta yang di dalamnya terdapat muatan logistik dan manusia, seperti KM Kabul, KM Trigas, dan masih banyak lagi. Percampuran antara barang dan penumpang dalam kapal tersebut membuat masyarakat Tambelan khususnya mengeluhkan kondisi armada. 

Kejenuhan juga dirasakan dari durasi perjalanan yang katanya 24 jam bisa molor menjadi 27 jam, 30 jam, bahkan lebih. Selama itu pula penumpang berkerumun tidur di bawah terpal, dilangkahi sesama penumpang, dengan kata lain kondisi kapal saat itu kurang layak. Tentunya aroma keringat dan bahan bakar bercapur dalam 1 hirupan udara yang saat ini mungkin berpotensi Covid-19. 

Situasi sepintas tentang Tambelan di Kepri tersebut berkemungkinan membuat Presiden Joko Widodo  fokus membangun Indonesia dari daerah terdepan yang berbatasan langsung dengan negara tetangga.   Sehingga muncul istilah Tol Laut yang merupakan konsep pengangkutan logistik melalui jalur perairan di daerah tersebut.

Siapa yang mampu mewujudkan harapan presiden di perairan Indonesia yang begitu luas? Maka tidak lain jawabanya adalah Pelni.  Ya, satu dari banyak Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang transportasi laut, itulah PT Pelayaran Nasional Indonesia (Persero).

Pada 2018 PT Pelni (Persero) mendapat alokasi 15 kapal Sabuk Nusantara baru dari pemerintah. Di antaranya adalah KM Sabuk Nusantara 80 yang merupakan kapal tipe 2000 GT untuk menggantikan KM Sanus 39 kapal tipe 1200 GT yang sebelumnya telah beroperasi di Kepri. Mendapat tambahan satu kapal perintis, maka saat itu Kepri memiliki 3 armada perintis yakni KM Sanus 80, 62, dan 30.

Dilihat dari tipe kapal, maka daya tampung juga semakin banyak. Contoh KM Sanus 80 sebanyak 550 penumpang dari KM Sanus 39 yang berkapasitas 400 orang.  Sanus 62 sebanyak 400 penumpang dan Sanus 30 mampu mengangkut sebanyak 265 penumpang. 

Selain itu, rute perjalanan juga dikemas Pelni secara bervariasi , contohnya KM Sanus 80 dari Pontianak (Kalbar) - Serasan - Subi - Ranai - Pulau Laut - Sedanau - Selat Lampa - Pulau Tiga -  Midai - Tarempa - Kuala Maras - Tanjungpinang.  KM. Sanus 30 dari Tanjungpinang - Kuala Maras - Tarempa - Midai - Pulau Tiga - Ranai - Subi - Serasan - Sintete (Kalbar) - Tambelan - Tanjunpinang. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada warga Kepulauan Riau yang tidak bisa diangkut, dan tidak ada pula pulau berpenduduk di Kepri yang tidak disinggahi oleh armada Pelni.

Percepatan konektivitas mulai tampak dari peran Pelni dalam melayani angkutan, mulai dari penumpang, logistik dan muatan lain. Beberapa peristiwa yang akan dikenang selamanya di Kepri tidak terlapas dari peran Sabuk Nusantara.

Pernah pada 2018 Tambelan mengalami banjir bandang yang menenggelamkan hampir seluruh pemukiman masyarakat. Pasca musibah itu, pemerintah daerah memberikan bantuan dalam jumlah besar menggunakan KM Sabuk Nusantara 39.

Tidak hanya Sanus 39, KM Sanus 48 juga pernah menjadi armada pengemban misi kemanusian membawa bantuan obat-obatan serta Satgas Tanggap Bencana Polri yang terdiri dari Bidang Dokter dan Kesehatan (Biddokkes) Polda Kepri, ahli psikologi, dan ahli struktur bangunan untuk memulihkan kondisi Tambelan pasca banjir ke dua pada 2019.

Armada Pelni juga berperan penting dalam  peristiwa paling bersejarah bagi masyarakat Kecamatan Tambelan Kabupaten Bintan. Yaitu peristiwa perubahan pola listrik dari 12 jam menjadi 24 jam. Memiliki kapasitas muatan yang besar, maka kapal Pelni aman untuk melintasi laut Tiongkok Selatan yang membawa sejumlah komponen kelistirkan seperti tiang, kabel, gardu yang mulai 28 Oktober 2019 Tambelan mendapat pelayanan listik 24 jam.

Tercatat bahwa PT Pelni (Persero) kini telah mengoperasikan sebanyak 26 kapal penumpang dan menyinggahi 83 pelabuhan dan melayani 1.100 ruas. Selain menjadi angkutan laut bagi penumpang, ternyata Pelni juga melayani 45 trayek kapal perintis yang menjadi sarana aksesibilitas bagi mobilitas penduduk di daerah 3TP yang memiliki kapal perintis menyinggahi 275 pelabuhan dengan 3.739 ruas, dan mengoperasikan sebanyak 20 kapal Rede. Ditambah lagi untuk pelayanan bisnis logistik, Pelni juga telah mengoperasikan 4 kapal barang, 8 kapal tol laut serta 1 kapal khusus ternak.

Kehadiran kapal Pelni memberikan harapan baru untuk masyarakat di pulau-pulau kecil, sebagai contoh di Tambelan, Kabupaten Bintan. Pulau yang diceritakan memiliki banyak keterbatasan, kini berangsur berubah 180 derajat ke arah lebih baik. Dengan pembenahan dan trobosan yang dilakukan Pelni dapat merubah paradigma masyarakat Kepri terhadap kapal perintis sebagai angkutan laut.

Komentar

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE