Gunungkidul (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, menduga penyebaran antraks ke manusia disebabkan tradisi brandu atau porak di kalangan masyarakat.
Wakil Bupati Gunungkidul Heri Susanto di Gunungkidul, Ahad, mengatakan tradisi brandu atau porak ini sudah berlangsung secara turun temurun di kalangan masyarakat.
Tradisi ini sering terjadi ketika ada hewan ternak yang sakit maupun sudah mati dipotong dan dagingnya dijual untuk mengurangi kerugian pemilik ternak.
"Kami melakukan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat yang mempunyai ternak, supaya saat memiliki hewan ternak sakit atau mati tidak dikonsumsi," kata Heri.
Ia mengatakan Pemkab Gunungkidul tengah menyusun kajian hewan ternak yang mati akibat penyakit dan pemkab bisa langsung melakukan intervensi.
Saat ini, Pemkab Gunungkidul sedang melakukan analisa dan membuat kebijakan khusus supaya budaya atau tradisi brandu ditinggalkan oleh masyarakat.
"Kami mengupayakan ternak-ternak yang mati akibat penyakit, khususnya antraks mendapat ganti rugi dari pemkab. Kami juga menyiapkan skema bantuan premi asuransi ternak," kata dia.
Heri Susanto mengatakan fakta di lapangan, hewan ternak yang mati akibat penyakit atau virus, kalau tidak dikonsumsi tidak akan berdampak pada manusia.
Berita Terkait
Kurang air bersih, PBB sebut penyakit merebak di Jalur Gaza
Sabtu, 13 April 2024 17:48 Wib
Lebih dari 90 orang meninggal akibat kapal tenggelam di Mozambik
Selasa, 9 April 2024 11:18 Wib
Dinkes Kepri catat satu kasus cacar monyet di Batam
Selasa, 14 November 2023 16:20 Wib
Malaysia nyatakan waspada kemungkinan munculnya penyakit X
Jumat, 6 Oktober 2023 5:51 Wib
Karantina pertanian pastikan Kepri bebas wabah antraks
Jumat, 14 Juli 2023 16:26 Wib
Pemkab Gunungkidul asesmen bangunan rusak dampak gempa Bantul
Senin, 3 Juli 2023 10:23 Wib
Taman Budaya Gunungkidul rusak akibat Gempa Yogyakarta
Sabtu, 1 Juli 2023 7:56 Wib
Briptu MK jadi tersangka kasus warga tewas tertembak di Gunungkidul
Senin, 15 Mei 2023 21:39 Wib
Komentar