Batam (ANTARA) - Rumah Sakit Badan Pengusahaan (RSBP) Batam berhasil melaksanakan tindakan pemasangan Implantable Cardioverter Defibrillator (ICD) perdana di Provinsi Kepri, pada Jumat (5/7).
Operasi ini dilaksanakan oleh satu-satunya Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah-Konsultan Aritmia di Batam, dr. Fandi Ahmad, SpJP(K) bersama rekannya, Sekretaris Jenderal Perhimpunan Dokter Ahli Aritmia Indonesia, dr. Agung Fabian, SpJP(K).
Kolaborasi ini dilakukan sebagai transfer ilmu dan pengalaman, mengingat hanya terdapat 50 dokter ahli aritmia di Indonesia.
dr. Fandi menjelaskan, sebelum dibawa ke rumah sakit, pasien yang merupakan seorang pria berusia 39 tahun tersebut ditemukan sang istri dalam kondisi kejang dan tak sadarkan diri selama kurang lebih 2 menit.
Baca juga: Polres Bintan tilang dan tahan motor yang terjaring razia gabungan balap liar
Setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut di UGD RSBP Batam melalui rekam jantung, ditemukan kelainan pada irama jantung pasien.
“Dalam medis, penyakit ini disebut Sindrom Brugada yang merupakan kelainan pada irama jantung. Penyakit ini disebabkan oleh kelainan genetik,” ujar dr. Fandi.
Ia menambahkan, sindrom ini dinilai sangat mematikan karena mengakibatkan henti jantung tanpa mengenal waktu dan usia.
“Mulai dari anak-anak hingga dewasa tidak luput dari penyakit ini,” imbuhnya.
Baca juga: SAR temukan pria hilang di Bintan dalam kondisi meninggal
Pemasangan ICD sendiri dipilih sebagai opsi tindakan paling tepat untuk menangani Sindrom Brugada, dengan mengimplan alat tersebut ke dalam jantung.
“Alatnya diimplan ke dalam jantung tanpa proses pembedahan, cukup satu sayatan kecil di dada untuk memasukkan alatnya dan menyimpan generator di bawah kulit bagian dada,”
Adapun prinsip kerja ICD adalah memberikan kejut listrik kepada pasien henti jantung untuk menormalkan kembali irama jantung pasien.
“Tindakan berlangsung lancar tanpa komplikasi. Dengan demikian, RSBP Batam berhasil mencatat sejarah baru, karena pemasangan ICD hari ini adalah yang pertama kalinya terselenggara di rumah sakit se-Provinsi Kepri,” ujar dr. Fandi.
Baca juga: Ketua BPW KKSS Kepri berikan beasiswa kepada seorang pelajar asal Bintan
Karena Sindrom Brugada berhubungan erat dengan faktor genetik, dr. Fandi menyarankan agar masyarakat rutin untuk melakukan Medical Check Up sedari dini.
“Terutama pemeriksaan rekam jantung (EKG) untuk deteksi awal kelainan atau gangguan irama jantung,” saran dr. Fandi.
Ia juga mengajak masyarakat untuk menjaga pola hidup sehat dan rutin berolahraga untuk menjaga kesehatan jantung.
Baca juga:
Satu suro di Desa Tapau Natuna disambut dengan pegelaran budaya
Pemprov Kepri bersama BKMT gelar pawai 1 Muharram diikuti 7.000 peserta
Berita Terkait
Polda Kepri kerahkan 285 personel untuk amankan kampanye Pilkada 2024
Minggu, 6 Oktober 2024 12:14 Wib
Kisah nenek Warsi, Palestina dan Baitullah
Minggu, 6 Oktober 2024 10:58 Wib
Kasgogapwilhan I ajak masyarakat untuk sukseskan peralihan kepemimpinan RI
Minggu, 6 Oktober 2024 9:14 Wib
Pemprov Kepri tempatkan 71.182 pekerja selama tiga tahun terakhir
Minggu, 6 Oktober 2024 5:41 Wib
BIB Batam gaet kunjungan wisman dengan memperluas akses penerbangan
Sabtu, 5 Oktober 2024 19:29 Wib
DKPP RI ajak kaum perempuan tangkis politik uang pada Pilkada Serentak 2024
Sabtu, 5 Oktober 2024 17:22 Wib
Bawaslu Batam: Peran perempuan jadi tolak ukur keberhasilan Pilkada 2024
Sabtu, 5 Oktober 2024 16:25 Wib
Jumlah perjalanan wisatawan nusantara di Kepri mencapai 2,21 juta orang
Sabtu, 5 Oktober 2024 15:46 Wib
Komentar