Tanjungpinang (ANTARA) - Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Kesehatan Hewan (DKP2KH) Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) menyampaikan permintaan hewan kurban Idul Adha 1446 Hijriah/2025 Masehi meningkat sekitar 13 persen dibanding tahun lalu.
"Tahun ini permintaan hewan kurban di Kepri naik jadi 17 ribu ekor atau sekitar 13 persen, dibanding tahun lalu yang sebanyak 15 ribu ekor," kata Kepala DKP2H Kepri Rika Azmi di Tanjungpinang, Rabu.
Rika menyebut peningkatan itu dipengaruhi beberapa faktor, di antaranya meningkatnya kesadaran masyarakat untuk berkurban, hingga kondisi pertumbuhan ekonomi yang mulai membaik.
Dia menyampaikan kebutuhan hewan kurban di Kepri tahun ini mayoritas didatangkan dari provinsi lain, seperti Lampung, Sumatera Utara, Riau, dan Nusa Tenggara Timur (NTT).
"Pasokannya dipastikan cukup, terdiri dari sepuluh ribu ekor sapi, dan tujuh ribu ekor kambing, totalnya 17 ribu ekor untuk kebutuhan Idul Adha 2025," ujarnya.
Selain itu, katanya, harga hewan kurban tahun ini relatif stabil atau hampir sama dengan tahun lalu. Untuk harga sapi di kisaran Rp21 juta hingga Rp30 juta per ekor. Sedangkan kambing di antara Rp3 juta sampai Rp5 juta per ekor.
Rika juga memastikan DKP2KH Kepri bersama pihak-pihak terkait tetap memperketat pengawasan lalu-lintas hewan kurban dari luar daerah pengawasan ke Kepri.
Para peternak yang mendatangkan ternak kurban dari luar daerah diminta memenuhi prosedur kesehatan hewan kurban, mulai dari mencuci dan ditambah pemeriksaan penyakit antraks dan penyakit mulut dan kuku (PMK), sebelum dijual kepada masyarakat.
Saat ini, lanjutnya, sejumlah dokter hewan pun tengah melakukan pemeriksaan kesehatan hewan kurban dari kandang ke kandang peternak, guna memastikan hewan kurban aman dan sehat untuk dikonsumsi masyarakat.
"Sejauh ini hasil pemeriksaan kami, tidak ditemukan penyakit hewan kurban di Kepri, seperti PMK maupun antraks," ucap Rika.
Secara terpisah, Kepala Karantina Provinsi Kepri Herwintarti menyampaikan pihaknya terus bersinergi dengan dinas terkait guna menjamin ternak dari luar ke Kepri dalam kondisi sehat dan terbebas penyakit mengancam, misalnya PMK, antraks hingga jembrana.
"Kepri bukan penghasil ternak karena daerah kepulauan, makanya sebagian besar hewan kurban didatangkan dari luar daerah," ujarnya.
Sebagai daerah kepulauan, kata dia, Karantina Kepri sebagai garda terdepan memiliki tantangan dalam mengawasi, mencegah serta meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman penyakit zoonosis pada hewan ternak.
Pihaknya siap mengawal lalu lintas hewan kurban ke Kepri yang melonjak sangat tinggi jelang Idul Adha.
Berdasarkan catatan Karantina Kepri, selama periode Januari hingga Mei sudah ada 7.251 ekor sapi masuk ke Kepri dengan 45 frekuensi pemasukan. Hal ini menunjukkan animo masyarakat sangat tinggi untuk memeriahkan hari raya kurban.
"Kami pastikan hewan kurban yang masuk ke Kepri aman dan sehat untuk dikonsumsi masyarakat pada perayaan Idul Adha tahun ini," kata Herwintarti.*
Komentar