Melihat sarana dan prasarana prajurit di Natuna

id Pangkoarmada RI,Natuna,Pulau Sekatung,Kepri,Perbatasan,KRI Sutedi Senoputra--378 Oleh Muhamad Nurman

Melihat sarana dan prasarana prajurit di Natuna

Pangkoarmada RI Laksamana Madya TNI Dr. Denih Hendrata (depan) saat menyapa parjurit KRI Sutedi Senoputra–378 di Perairan Kecamatan Bunguran Timur pada Rabu (2/7/2025) malam. ANTARA/Muhamad Nurman

Rabu (2/7) malam itu, langit Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, memayungi Pelabuhan Penagi dengan gelap. Angin laut bertiup kencang membawa aroma asin dan dingin. Laut beriak gelap, dan debur ombak menabrak sisi dermaga, seperti menyampaikan salam kepada siapa saja yang sedang menanti malam di dermaga itu.

Di tengah sepinya malam itu, ada satu kapal dengan cahaya terang memancar dari geladaknya. Kapal Angkatan Laut (KAL) Sengiap terlihat menonjol, lampunya menyala tajam menembus kegelapan, seolah menjadi lentera harapan di ujung negeri.

Di atas kapal itu, para awak berdiri tegak di berbagai titik, di anjungan, buritan, dek, bahkan di bagian atas kapal. Wajah mereka tampak serius, penuh siaga, seperti menantikan seseorang yang amat mereka hormati.

Baca juga: BMKG prakirakan cuaca Kepri hari ini berawan

Tidak lama berselang, suara kendaraan terdengar mendekat dari arah daratan. Beberapa mobil melaju perlahan menuju dermaga. Dari radio komunikasi di kapal, terdengar suara singkat namun penuh arti, "Panglima tiba. Seluruh personel siaga".

Dari salah satu mobil itu, turunlah seorang pria dengan postur gagah dan langkah penuh keyakinan. Seragam loreng TNI membalut tubuhnya. Di tangan kanannya, sebuah tongkat komando ia genggam erat. Pria itu tidak lain adalah Laksamana Madya TNI Dr Denih Hendrata, Panglima Komando Armada (Pangkoarmada) Republik Indonesia.

Malam itu, ia datang bukan untuk acara seremoni, bukan untuk kunjungan resmi yang dipenuhi pidato panjang atau barisan formal. Ia datang karena panggilan hati untuk memastikan bahwa para prajurit yang menjaga perbatasan negeri benar-benar dalam keadaan baik, sehat, waras, dan dihargai atas pengorbanan mereka.

Baca juga: Bulog Batam targetkan serap beras untuk Karimun pada Agustus mendatang

Tanpa upacara, Pangkoarmada langsung menaiki KAL Sengiap. Mesin dinyalakan, dan tali tambat dilepas dari dermaga. Kapal kecil itu pun perlahan bergerak membelah gelombang malam, bukan menuju samudera lepas, tetapi ke arah kapal perang yang tengah bersandar di perairan, yakni KRI Sutedi Senoputra–378.

Di atas gelombang yang tidak berhenti mengguncang, kapal kecil itu tetap melaju. Para awak dan rombongan tidak sedikit pun menunjukkan keluhan. Mereka tahu, misi malam ini lebih dari sekadar tugas. Ini adalah perjalanan kemanusiaan, perjalanan pemimpin yang ingin melihat wajah prajurit di ujung tapal batas, menyapa mereka bukan lewat layar, bukan lewat laporan, tapi melalui tatapan mata dan kehangatan tangan.

Saat KAL Sengiap mendekat, prajurit di atas KRI sudah bersiap. Mereka memegang tali tambat, menjaga jarak kapal agar tidak bertabrakan. Di tengah malam itu, di bawah langit tanpa bintang, dua kapal milik bangsa menyatu dalam terjangan ombak dan angin kencang.

Pangkoarmada RI Laksamana Madya TNI Dr. Denih Hendrata (Kedua kanan) saat saat melihat kondisi sarana dan prasarana di Pulau Sekatung, Kecamatan Pulau Laut pada Kamis (3/7/2025) malam. ANTARA/Muhamad Nurman

Menyapa

Ketika Pangkoarmada melangkah naik ke geladak KRI, para prajurit berdiri dalam barisan sempurna. Pemimpin pasukan memberikan instruksi kemudian diikuti dengan teriakan dan hentakan kaki yang seirama.

Suara gemuruh itu membuat salah satu awak media yang ikut menyaksikan berbisik pelan, "Aku merinding". Kata-kata itu tidak mengada-ada. Mereka yang hadir malam itu dapat merasakan bahwa ini adalah momen langka, karena dapat melihat para penjaga laut langsung saat mereka bertugas dan tetap bersemangat, meski sudah berhari-hari mengitari batas perairan negeri.

Pangkoarmada berdiri di hadapan para penjaga laut Natuna Utara. Ia tidak berbicara dengan nada tinggi, tapi dengan nada yang mengisi ruang hati. Ia menyampaikan pesan penting, jagalah diri, jagalah semangat, jagalah negeri ini dengan kebanggaan, bukan karena keterpaksaan.

Setelah prosesi penyambutan selesai, KRI Sutedi Senoputra mulai bergerak, membawa Pangkoarmada menuju Pulau Sekatung, salah satu pulau terdepan Indonesia yang berbatasan langsung dengan Malaysia dan Vietnam. Lima jam perjalanan malam mereka tempuh, membelah laut yang gelap dengan satu cahaya di anjungan.

Komandan KRI Sutedi Senoputra–378 Mayor Laut (P) Moechmamad Soeryo menyampaikan bahwa kapal tersebut bertugas menjaga keamanan di wilayah Laut Natuna Utara, namun saat ini sudah selesai, karena digantikan KRI lainnya, dan misi malam itu hanya membawa Pangkoarmada ke Pulau Sekatung, di Kecamatan Pulau Laut, Natuna.

KRI Sutedi beroperasi secara mobile, dilengkapi persenjataan dan puluhan prajurit terlatih, sesuai kebutuhan operasi di Laut Natuna Utara.

Pukul dua dini hari, kapal tiba di perairan dekat Pulau Laut. Di kejauhan, siluet Pulau Sekatung mulai terlihat, jangkar diturunkan, dan tidak ada persiapan lain, karena aktivitas akan kembali dilakukan pada pagi hari.

Baca juga: Polda Kepri-Ditjen KONTRA bersinergi cegah TPPO

Setelah Matahari menunjukkan cahayanya, persiapan dilakukan dengan cepat, namun tetap tenang. Para prajurit menurunkan kotak-kotak logistik dan bingkisan ke dalam speed boat kecil dan perahu pompong. Kotak-kotak itu berisi kebutuhan dasar, simbol kepedulian, dan juga harapan dari daratan utama.

Setelah Matahari semakin bersinar, rombongan bergerak menuju Pulau Sekatung. Kedatangan Pangkoarmada disambut dengan cara adat Natuna yang sederhana.

Kemudian, Pangkoarmada memberi arahan kepada puluhan prajurit yang bertugas, dilanjutkan dengan menyusuri bangunan demi bangunan di markas prajurit itu. Ia melihat tempat tinggal prajurit, pos jaga, peralatan komunikasi, dapur, hingga kamar mandi. Ia bertanya kepada komandan setempat, mencatat, dan memberi tanggapan. Tidak ada yang luput dari perhatian. Setiap tembok yang retak, setiap antena yang mulai aus, setiap generator yang tidak lagi prima semua dicatat.

Pemimpin itu tahu, pengabdian yang tulus dari prajurit tidak boleh dibalas dengan sarana yang seadanya. Mereka butuh dukungan, bukan hanya dari anggaran, tapi dari perhatian dan keberpihakan.

Beberapa jam di Pulau Sekatung berlalu begitu cepat, namun perjumpaan itu cukup untuk menyentuh hati setiap prajurit. Mereka tahu, pemimpin mereka peduli. Bahwa ada seseorang jauh di atas struktur komando pada mereka yang rela menempuh malam, melewati gelombang, hanya untuk melihat apakah para prajurit itu baik-baik saja.

Sebelum pergi, Pangkoarmada RI Laksamana Madya TNI Denih Hendrata menyampaikan bahwa TNI AL akan terus memperkuat kehadirannya di wilayah perbatasan. Ia tidak hanya ingin memastikan keamanan Laut Natuna Utara, tetapi juga ingin memastikan bahwa para penjaganya memiliki tempat tinggal yang layak, makanan yang cukup, dan keyakinan bahwa negara berdiri bersama mereka.

Rombongan pun berpisah. Helikopter telah menunggu di helipad kecil untuk membawa Pangkoarmada ke titik tugas berikutnya. Masih ada pos-pos lain yang harus ia kunjungi. Masih ada laporan yang perlu ia verifikasi dengan mata dan hati.

Para prajurit penjaga perbatasan kembali bekerja, sesuai tugas dan fungsi pokoknya.

Baca juga:
BIB komitmen bangun terminal 2 tahun depan, wujudkan Batam pusat logistik

BIB resmikan penerbangan langsung perdana dari Batam menuju Jeddah



Keterangan : Isi dan maksud tulisan sepenuhnya tanggung jawab penulis, bukan tanggung jawab redaksi

COPYRIGHT © ANTARA 2025


Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Komentar

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE