Mataram (ANTARA) - Guru Besar Bidang Ekologi Hewan Universitas Mataram (Unram) I Wayan Suana mengatakan fenomena supermoon dapat mempengaruhi perilaku hewan liar, terutama yang sensitif terhadap cahaya malam dan pasang surut air laut.
"Ada dua faktor pemicu utama perubahan perilaku hewan saat supermoon, yaitu cahaya bulan yang lebih terang dan pasang surut yang lebih ekstrem," ujarnya saat dihubungi di Mataram, Selasa.
Suana menuturkan supermoon atau dikenal Bulan Purnama Perigean memancarkan cahaya yang lebih terang ketimbang fase purnama biasa, sehingga hewan darat dan hewan laut dapat terpengaruh oleh sinar supermoon tersebut.
Menurutnya, hewan laut mengalami perubahan waktu migrasi, pemijahan, dan perilaku makan. Sebagai contoh ikan dan invertebrata yang mengandalkan pasang surut air laut dapat lebih aktif saat supermoon.
Hewan laut yang bisa terpengaruh supermoon adalah penyu, ikan-ikan kecil, plankton, kepiting, dan predator laut yang mengandalkan cahaya.
Sedangkan hewan darat yang perilakunya dapat terpengaruh akibat sinar supermoon adalah serangga malam, burung hantu, kelelawar, dan mamalia nokturnal.
Suana menjelaskan sama halnya dengan hewan darat, predator lebih mudah mencari mangsa dengan bantuan sinar bulan. Fenomena supermoon membuat mangsa lebih berhati-hati, bahkan mengurangi aktivitas saat malam hari.
"Hewan yang memang peka terhadap cahaya bulan (serangga malam, kelelawar) hampir selalu menunjukkan perubahan perilaku setiap kali ada supermoon," paparnya dosen yang mengajar pada Fakultas MIPA Unram tersebut.
Fenomena bulan purnama yang tampak besar tersebut dapat disaksikan secara langsung sejak 6 Oktober hingga 8 Oktober 2025 mendatang.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Guru Besar: Fenomena "supermoon" pengaruhi perilaku hewan liar

Komentar