Industri Perkapalan Batam Masih Lesu

id Industri,Perkapalan,Batam

Dua faktor tersebut memang berdampak. Dulu saat ekspor bahan tambang mentah diizinkan, semua ramai pesanan tongkang. Namun sekarang sepi. Apalagi ditambah harga batubara menurun
Batam (Antara Kepri) - Badan Pengusahaan Batam menyatakan hingga saat ini industri perkapalan khususnya pembuatan tongkang dan tugboat masih lesu terdampak larangan impor tambang mentah dan melemahnya harga batu bara.

"Galangan kapal khususnya untuk yang membuat tongkang memang masih lesu," kata Kepala Badan Pengusahaan (BP) Batam, Mustofa Widjaja di Batam, Selasa.

Namun demikian, Mustofa belum mengetahui persis seberapa besar dampak atas pemberlakuan kebijakan pelarangan ekspor hasil tambang mentah tersebut terhadap industri perkapalan Batam.

"Yang paling tahu tentu pelaku usahanya. Namun saya harap dengan instruksi Presiden Joko Widodo bagi seluruh lembaga, BUMN, Kementerian untuk menggunakan kapal produksi dalam negeri akan kembali menggairahkan industri di Batam," kata dia.

Saat ini, jumlah galangan kapal di Batam mencapai sekitar 110 perusahaan. Sejumlah perusahaan dikabarkan mengurangi karyawan akibat sepinya order pembuatan berbagai jenis kapal.

Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Firdausi Manti juga menyatakan saat ini perusahaan galangan kapal khususnya yang membuat tongkang tengah lesu.

"Dua faktor tersebut memang berdampak. Dulu saat ekspor bahan tambang mentah diizinkan, semua ramai pesanan tongkang. Namun sekarang sepi. Apalagi ditambah harga batubara menurun," kata dia.

Ia mengatakan, jumlah tongkang yang beroperasi di Indonesia khususnya untuk pengangkut hasil tambang jumlahnya sangat besar.

"Harapannya sekarang agar seluruh instansi memesan kapal dalam negeri. Sehingga order bagi perusahaan perkapalan kembali meningkat," kata dia.

Firdausi mengatakan, pemerintah juga akan mendorong peningkatan perusahaan galangan kapal di wilayah timur Indonesia karena selama ini perusahaan terpusat di Indonesia bagian barat.

"Untuk efektivitas, pemerintah tengah mendorong agar investor mau membangun perusahaan di Indonesia timur. Karena selama ini kapal-kapal yang berlayar ke wilayah timur Indonesia harus melakukan perawatan di wilayah barat sehingga tidak efektif," kata dia. (Antara)

Editor: Rusdianto 

Komentar

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE