Batam (ANTARA) - Pemerintah Kota Batam Kepulauan Riau menyusun rencana sertifikasi higenitas di sektor pariwisata, demi memupuk kepercayaan pelancong untuk berwisata di sana, memasuki era normal baru COVID-19.
"Yang penting kita pupuk kepercayaan wisatawan, agar mau datang ke Batam, salah satu caranya dengan sertifikasi 'hygine'," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Batam Ardiwinata, Jumat.
Disbudpar akan menggandeng Dinas Kesehatan dan sejumlah lembaga lainnya untuk menyusun rencana sertifikasi higenitas itu.
Sertifikasi higenitas tidak diwajibkan kepada seluruh pelaku usaha pariwisata. Namun tentu, usaha pariwisata yang memiliki sertifikasi itu akan mendapatkan kepercayaan lebih dari pelancong.
Ia mengatakan meski saat ini Singapura dan Malaysia belum membuka lalu lintas internasional, namun Batam terus bersiap dengan berbagai protokol kesehatan demi mendapatkan kepercayaan wisman untuk datang berkunjung.
"Yang penting siap dulu. Makanya pemerintah melakukan penyisiran terus, di mana-mana. Itu untuk meningkatkan kepercayaan keluar. Itu usaha agar orang percaya ke Batam," kata Ardi.
Ia melanjutkan, pelaku usaha sebenarnya belum menerbitkan protokol normal baru.
"Tapi kita adaptasi dan mengadopsi yang lain yang disesuaikan dengan kita," kata dia.
Misalnya saja, terapis spa harus mengenakan sarung tangan, pembatasan jumlah penumpang pada bus dan lainnya.
Ketua Batam Promotion Tourist Board, Rahman Usman menyatakan, sesungguhnya warga dan pemerintah Singapura dan Malaysia ingin mengetahui kebijakan yang diterapkan pemerintah Batam dalam penanganan COVID-19, termasuk penerapan protokol kesehatan di hotel dan pelabuhan.
Menurut dia, penting untuk menambatkan kepercayaan warga dan pemerintah Singapura dan Malaysia, bahwa penanganan COVID-19 di Batam baik.
"Kalau kita ngomong, orang tak percaya. Kita ubah citra yang tadi merah, dengan pelaku wisata insya Allah mereka datang," kata Rahman.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua DPD Asita Kepri, Andika Lim menyatakan, sudah saatnya Batam membidik turis domestik.
"Kita berteriak bebas COVID-19 tapi jika Malaysia dan Singapura masih tutup sama saja bohong, sebab sampai sekarang orang Singapura ke Batam diancam karantina," kata dia.
Komentar