Densus 88 dan TNI harus turun atasi peristiwa di Sigi

id Sahroni,MIT,Sigi,DPR,poso,densus 88, tni

Densus 88 dan TNI harus turun atasi peristiwa di Sigi

Wakil Ketua Komisi III DPR RI Ahmad Sahroni. (Istimewa)

Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua Komisi III DPR RI Ahmad Sahroni meminta Detasemen Khusus Antiteror 88 Mabes Polri dan TNI turun tangan mengatasi peristiwa pembunuhan di Sigi, Sulawesi Tengah, karena diduga dilakukan kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Ali Kalora.

"Densus 88 dan TNI harus turun tangan dan dikerahkan demi segera membasmi para teroris dan menjaga keamanan negara," kata Sahroni di Jakarta, Senin.

Dia mengatakan langkah cepat dan tepat harus segera diambil pemerintah karena bukan tidak mungkin aksi di Sigi tersebut bisa mengarah ke aksi yang lebih besar lagi.

Sahroni khawatir muncul aksi lagi yang yang bertujuan menciptakan konflik SARA yang berpotensi mengganggu stabilitas negara.



Dia juga menyampaikan bahwa dirinya mengecam keras peristiwa pembunuhan terhadap satu keluarga di Sigi, Sulawesi Tengah, Jumat (27/11).

"Saya mengecam keras kejadian pembunuhan di Sigi, dan menginstruksikan kepada Kapolri dan Kapolda Sulawesi Tengah untuk mengusut kasus ini sampai tuntas," ujarnya.

Politisi Partai NasDem itu menilai peristiwa di Sigi tersebut merupakan kejadian teror yang mengerikan sehingga negara harus segera bertindak tegas.

Sebelumnya, Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah, Inspektur Jenderal Polisi Abdul Rakhman Baso, menyebut delapan orang DPO kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Poso pimpinan Ali Kalora yang diduga pelaku kekerasan di Sigi.

"Dari keterangan saksi yang melihat langsung saat kejadian yang kita konfirmasi dengan foto-foto DPO MIT Poso, ada kemiripan," ujar Kapolda Sulteng Irjen Pol. Abdul Rakhman Baso, di Palu, Minggu (29/11).

Dia mengatakan kekerasan tersebut terjadi pada hari Jumat (27/11) sekitar jam sembilan pagi, yang salah satu rumah warga di Desa Lemba Tongoa, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, didatangi oleh OTK sebanyak delapan orang.

"Masuk lewat belakang mengambil beras kurang lebih 40 kilo, setelah itu melakukan penganiayaan tanpa ada basa basi apa pun, menggunakan senjata tajam tanpa perikemanusiaan mengakibatkan empat orang korban," ungkap Kapolda.

Menurut dia, tidak cukup sampai di situ, para pelaku kemudian melakukan pembakaran rumah sebanyak kurang lebih enam rumah warga setempat.

Komentar

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE