Batam (ANTARA) - Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies/ ASITA) Kepulauan Riau mendorong pemerintah untuk membuat kebijakan jalur perjalanan menggunakan bukti vaksinasi COVID-19 lengkap, atau Sea Vaccinated Travel Lane (VTL) dengan Johor, Malaysia.
"Travel agent berharap dukungan pemerintah daerah dan pemerintah pusat membuka 'border' antara Kepri dengan Malaysia dengan 'Sea VTL'," kata Sekretaris ASITA Kepri Enly Yunaeni di Batam, Selasa.
Menurut dia, kebijakan VTL laut Batam dan Johor sudah sangat dinantikan pelaku perjalanan di dua negara. Selama ini, ia banyak melayani pertanyaan warga Malaysia yang hendak datang ke Batam.
"Di Malaysia sangat banyak, dan antusias. Banyak yang menelepon," kata dia.
Sebelum pandemi COVID-19, arus lalu lintas warga dari Batam ke Johor dan sebaliknya relatif padat. Karenanya, ia optimistis, apabila kebijakan VTL laut ditetapkan, wisata akan hidup kembali.
Pelaku perjalanan dari Johor yang datang ke Batam tidak hanya untuk berlibur, namun juga untuk mengunjungi kerabat yang tinggal terpisah di dua negara.
Belum lagi penikmat olahraga golf dari Malaysia yang memang menggemari padang golf di Batam, sehingga mereka kerap datang ke kota kepulauan itu.
Ia menyatakan, saat ini VTL dengan Malaysia sudah berlaku, namun masih terbatas pada jalur penerbangan melalui Bandara Soekarno Hatta.
Karenanya ia meminta pemerintah membuka VTL melalui jalur laut, antara pelabuhan di Batam dan Johor. "Kami berharap VTL melalui Batam dan Johor, karena jalur feri," kata dia.
Apabila VTL laut dengan Johor dibuka, tidak hanya pelancong dari Malaysia yang bisa masuk ke Batam. Sebaliknya juga dari Batam bisa ke Negara Jiran.
Di tempat yang sama, Humas ASITA, Sumantri Endang menyatakan kebijakan yang paling cocok untuk pembukaan perbatasan adalah dengan skema VTL.
Ia menjabarkan, dengan VTL, pelaku perjalanan boleh melanjutkan perjalanan ke daerah lainnya. Misalnya, mereka hendak berbelanja ke daerah Nagoya di Batam, atau hendak ke Natuna.
Berbeda dengan kebijakan gelembung perjalanan (travel bubble), hanya daerah yang ditunjuk saja yang dapat dikunjungi. Pelancong tidak bebas bepergian ke luar wilayah gelembung.
"Kenapa ASITA fokus bisa mendapatkan 'sea VTL?', Karena Malaysia jiran kita, kita saling mengenal. Kalau VTL boleh belanja, boleh berkunjung ke kerabat. VTL yang paling cocok," kata dia.
"Travel agent berharap dukungan pemerintah daerah dan pemerintah pusat membuka 'border' antara Kepri dengan Malaysia dengan 'Sea VTL'," kata Sekretaris ASITA Kepri Enly Yunaeni di Batam, Selasa.
Menurut dia, kebijakan VTL laut Batam dan Johor sudah sangat dinantikan pelaku perjalanan di dua negara. Selama ini, ia banyak melayani pertanyaan warga Malaysia yang hendak datang ke Batam.
"Di Malaysia sangat banyak, dan antusias. Banyak yang menelepon," kata dia.
Sebelum pandemi COVID-19, arus lalu lintas warga dari Batam ke Johor dan sebaliknya relatif padat. Karenanya, ia optimistis, apabila kebijakan VTL laut ditetapkan, wisata akan hidup kembali.
Pelaku perjalanan dari Johor yang datang ke Batam tidak hanya untuk berlibur, namun juga untuk mengunjungi kerabat yang tinggal terpisah di dua negara.
Belum lagi penikmat olahraga golf dari Malaysia yang memang menggemari padang golf di Batam, sehingga mereka kerap datang ke kota kepulauan itu.
Ia menyatakan, saat ini VTL dengan Malaysia sudah berlaku, namun masih terbatas pada jalur penerbangan melalui Bandara Soekarno Hatta.
Karenanya ia meminta pemerintah membuka VTL melalui jalur laut, antara pelabuhan di Batam dan Johor. "Kami berharap VTL melalui Batam dan Johor, karena jalur feri," kata dia.
Apabila VTL laut dengan Johor dibuka, tidak hanya pelancong dari Malaysia yang bisa masuk ke Batam. Sebaliknya juga dari Batam bisa ke Negara Jiran.
Di tempat yang sama, Humas ASITA, Sumantri Endang menyatakan kebijakan yang paling cocok untuk pembukaan perbatasan adalah dengan skema VTL.
Ia menjabarkan, dengan VTL, pelaku perjalanan boleh melanjutkan perjalanan ke daerah lainnya. Misalnya, mereka hendak berbelanja ke daerah Nagoya di Batam, atau hendak ke Natuna.
Berbeda dengan kebijakan gelembung perjalanan (travel bubble), hanya daerah yang ditunjuk saja yang dapat dikunjungi. Pelancong tidak bebas bepergian ke luar wilayah gelembung.
"Kenapa ASITA fokus bisa mendapatkan 'sea VTL?', Karena Malaysia jiran kita, kita saling mengenal. Kalau VTL boleh belanja, boleh berkunjung ke kerabat. VTL yang paling cocok," kata dia.