Gorontalo (ANTARA) - Sebuah pagelaran seni Tari KsitiShri yang dibawakan oleh enam perempuan di Pesta Panen Rakyat Maa Ledungga 2022, merupakan pesan gerak tubuh untuk merawat bumi yang ditampilkan di Provinsi Gorontalo.
Para perempuan tersebut menari di sebuah bak jemur penggilingan padi di Desa Huntu Selatan Kecamatan Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolango, untuk menceritakan penderitaan bumi akibat ulah manusia yang sekarah dan memaksa bumi berproduksi melebihi kemampuannya.
“KsitiShri adalah sebuah koreografi eksploratif hasil kolaborasi enam perempuan lintas jaman dalam merespon masalah bumi, yang kami sajikan dalam gelaran tahunan Maa Ledungga tahun ini,” kata koreografer dan penari Diah Sitharesmi, Senin.
Menurut dia, karya itu untuk mengkritisi kondisi kehidupan para petani yang sederhana namun dicekoki dengan beragam program, termasuk dijadikan pasar oleh para produsen benih, pupuk kimia, racun serangga, hingga racun rumput.
Ia menjelaskan KsitiShri merupakan gabungan dua kata atau nama yaitu Ksiti atau Siti yang berarti tanah, bumi, pertiwi, dan Shri atau Sri berarti sang dewi padi atau padi itu sendiri.
“Keduanya adalah ibu kehidupan, karena itu tanah dan padi menjadi gagasan utama dalam pertunjukan ini,” katanya.
“KsitiShri menjadi pengingat para petani dan mereka yang bersimpati pada kehidupan agraris, bahwa kesederhanaan akan terasa lebih bermakna, menyintai bumi tanpa lecutan target produktifitas ekonomi, tanpa racun serangga, tanpa racun rumput, tanpa bahan kimia,” ujarnya.
Pesta Panen Rakyat Maa Ledungga 2022 merupakan gagasan para seniman, yang digelar pada 20 sampai 31 Oktober 2022 di Desa Huntu Selatan.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Tari KsitiShri sebuah pesan gerak tubuh perempuan untuk merawat bumi