Batam (ANTARA) - Minggu pagi, semestinya adalah waktu libur yang dinanti para pekerja untuk berlama-lama berada di atas kasur, bermalas-malasan sebagai hadiah pada tubuhnya atas kerja keras selama enam atau lima hari kerja sebelumnya.
Minggu pagi, semestinya jalanan di Kota Batam, Kepulauan Riau, riang. Suara yang terdengar hanya kicau burung cerewet di atas pohon-pohon rindang dan senda gurau para pesepeda lipat atau pejalan kaki yang jogging di ruas jalan yang memang disiapkan pemerintah.
Minggu pagi ini, sama seperti Sabtu dan Ahad yang lalu-lalu, di sudut Jalan RE Martadinata Sekupang, seorang perempuan menghentikan laju sepeda motornya, menurunkan penumpang lelaki yang mengenakan warepack.
Keduanya tersenyum, dan si perempuan melepas lelakinya memasuki kawasan galangan kapal, setelah mencium tangan, takjub.
Bermenit-menit kemudian, pemandangan ini seperti video usang yang disetel berulang-ulang. Seorang pengendara sepeda motor menurunkan penumpangnya di depan perusahaan galangan kapal, pamit dengan mencium tangan, dan berpisah.
Namun yang berbeda, kadang pengendaranya adalah perempuan muda, kadang perempuan paruh baya, kadang lelaki muda, ada juga lelaki figur ayah yang melepas anaknya pergi bekerja.
Sementara ratusan kendaraan roda dua lain sudah terparkir di depan kawasan perusahaan galangan kapal.
Sebuah pemandangan menakjubkan dari para pekerja keras, di hari Minggu yang malas.
Ingin hati berkata, "Ini hari Minggu loh. Ayolah, tambah sedikit lagi waktu di atas kasur". Tapi tidak, ini Batam, Bung! Kota para bagi pejuang. Kota untuk meraih rezeki bagi pencari nafkah.
Suasana di sekitar kawasan galangan kapal di Kota Batam Kepulauan Riau, Minggu (29/10) (ANTARA/ Naim)
Ekonomi Indonesia
Ramainya pekerja yang tetap bekerja di akhir pekan seyogyanya sebuah gambaran bahwa geliat ekonomi di kota kepulauan itu tengah bergairah.
Perusahaan yang tetap beroperasi di hari Minggu merupakan pertanda bahwa masih ada orderan yang harus diselesaikan.
Bisa juga diartikan sebagai uang lembur masuk ke saku para pejuang nafkah. "Cring...cring," suara merdu bagi keluarga di rumah, dan juga di kampung.
Tidak hanya di kawasan galangan kapal, pemandangan serupa juga bisa disaksikan di kawasan industri manufaktur, tulang punggung ekonomi Batam.
Setidaknya di hari kerja. Pada jam-jam tertentu, keriuhan pekerja yang hendak berganti shift membuat kemacetan di beberapa sudut kota.
Apabila kawasan industri galangan kapal dipadati kaum lelaki, maka kawasan manufaktur dipadati perempuan.
Di jam pergantian shift, perempuan-perempuan muda hebat berjalan bergelombol, bersenda gurau, menuju dan keluar pabrik.
Usianya mungkin masih 20-an, tapi jangan dianggap remeh, mereka juga adalah pejuang nafkah, pengumpul rezeki untuk keluarga. Ada uang sekolah adik di kampung yang harus mereka kirim tiap bulan. Ada ibu di kampung yang menunggu uang bulanan.
Ya, mayoritas penduduk Batam adalah pendatang dari daerah lain, banyak di antaranya dari Sumatera dan Jawa, juga dari Kalimantan, hingga Nusa Tenggara.
Setiap tahun, puluhan ribu pendatang merantau ke Batam untuk mencari peruntungan.
Menurut catatan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Batam, dari Juni hingga Desember 2022, setidaknya ada sekitar 27 ribu pendatang baru ke Batam. Dan kebanyakan dari mereka datang untuk mencari pekerjaan.
Para pekerja merantau jauh-jauh ke Batam tidak hanya untuk mencari penghidupan diri sendiri, melainkan juga untuk dikirimkan ke kampung halaman.
Karena itulah ekonomi Batam harus tetap tumbuh, agar bisa ikut memutar roda perekonomian daerah lain.
Untungnya, daya serap tenaga kerja di Batam relatif baik, seiring dengan investasi yang terus meningkat.
Badan Pengusahaan (BP) Batam mencatat, nilai investasi pada penanaman modal asing semester I tahun 2023 mencapai 1,2 miliar dolar AS dan penanaman modal dalam negeri mencapai 168 juta dolar AS.
Jumlah nilai PMA tersebut, meningkat 1,56 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Ini adalah data realisasi, belum ditambah rencana-rencana investasi yang tengah diupayakan pemerintah.
Apalagi kalau pengembangan Pulau Rempang jadi terealisasi. Tentu semakin banyak peluang kerja terbuka.
BP Batam menyebutkan investasi "Rempang Eco City" dapat menciptakan hingga 30 ribu lapangan kerja baru.
Wah, berapa banyak keluarga yang bisa dinafkahi kalau proyek itu jadi? Ekonomi pun berputar. Tidak hanya perekonomian Batam, namun merembes ke daerah lain di seluruh Indonesia.
Iklim investasi
Badan Pusat Statistik mencatat, pertumbuhan ekonomi Kota Batam pada 2022 mencapai 6,84 persen, di atas nasional yang tercatat sebesar 5,31 persen.
Sebagai kawasan industri, tentu saja pertumbuhan ekonomi Batam banyak ditopang oleh investasi.
Kepercayaan penanam modal untuk berinvestasi adalah buah kerja keras pemerintah pusat yang terus bersinergi dengan pemerintah daerah dalam menjaga iklim investasi.
Kepala BP Batam yang juga menjabat sebagai Wali Kota Muhammad Rudi percaya bahwa kunci investasi adalah infrastruktur yang baik. Itu sebabnya, BP Batam terus melakukan pembangunan jalan dan sarana prasana lainnya.
Pelancong yang datang sesekali ke Batam akan terperangah dengan masifnya pembangunan di kota itu.
Seperti yang diungkap Dedi, warga Depok, yang terperangah saat melalui Jalan Gajah Mada Tiban, yang memang dilebarkan dari dua menjadi lima lajur.
"Tahun lalu, saya ke sini belum kayak begini ini. Sudah seperti di luar negeri saja," kata dia, kepada ANTARA.
Itu baru di daerah permukiman. Belum jalan-jalan ke arah bandara, kawasan perkantoran, kawasan perdagangan, kawasan industri. Semuanya diperlebar, bahkan hingga enam lajur.
Tidak hanya itu, BP Batam juga meningkatkan infrastruktur lain, di antaranya pengembangan bandara, pelabuhan, rumah sakit, dan penyediaan alat transportasi publik yang modern.
Semua berharap rencana-rencana pembangunan berjalan sesuai rancangan, investasi semakin banyak, sehingga menggerakkan roda perekonomian.
Buah manisnya tentu saja peningkatan kesejahteraan masyarakat, tidak hanya Batam, namun juga daerah lain di Indonesia.
Dan hari Minggu tak lagi malas di Batam.
Bukan bunyi nafas berat yang terdengar di kamar-kamar rumah, melainkan "ting...ting...," suara mobile banking, tanda uang masuk tambahan ke dalam tabungan. Alhamdulillah.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Minggu malas di kota para pekerja keras
Minggu pagi, semestinya jalanan di Kota Batam, Kepulauan Riau, riang. Suara yang terdengar hanya kicau burung cerewet di atas pohon-pohon rindang dan senda gurau para pesepeda lipat atau pejalan kaki yang jogging di ruas jalan yang memang disiapkan pemerintah.
Minggu pagi ini, sama seperti Sabtu dan Ahad yang lalu-lalu, di sudut Jalan RE Martadinata Sekupang, seorang perempuan menghentikan laju sepeda motornya, menurunkan penumpang lelaki yang mengenakan warepack.
Keduanya tersenyum, dan si perempuan melepas lelakinya memasuki kawasan galangan kapal, setelah mencium tangan, takjub.
Bermenit-menit kemudian, pemandangan ini seperti video usang yang disetel berulang-ulang. Seorang pengendara sepeda motor menurunkan penumpangnya di depan perusahaan galangan kapal, pamit dengan mencium tangan, dan berpisah.
Namun yang berbeda, kadang pengendaranya adalah perempuan muda, kadang perempuan paruh baya, kadang lelaki muda, ada juga lelaki figur ayah yang melepas anaknya pergi bekerja.
Sementara ratusan kendaraan roda dua lain sudah terparkir di depan kawasan perusahaan galangan kapal.
Sebuah pemandangan menakjubkan dari para pekerja keras, di hari Minggu yang malas.
Ingin hati berkata, "Ini hari Minggu loh. Ayolah, tambah sedikit lagi waktu di atas kasur". Tapi tidak, ini Batam, Bung! Kota para bagi pejuang. Kota untuk meraih rezeki bagi pencari nafkah.
Ekonomi Indonesia
Ramainya pekerja yang tetap bekerja di akhir pekan seyogyanya sebuah gambaran bahwa geliat ekonomi di kota kepulauan itu tengah bergairah.
Perusahaan yang tetap beroperasi di hari Minggu merupakan pertanda bahwa masih ada orderan yang harus diselesaikan.
Bisa juga diartikan sebagai uang lembur masuk ke saku para pejuang nafkah. "Cring...cring," suara merdu bagi keluarga di rumah, dan juga di kampung.
Tidak hanya di kawasan galangan kapal, pemandangan serupa juga bisa disaksikan di kawasan industri manufaktur, tulang punggung ekonomi Batam.
Setidaknya di hari kerja. Pada jam-jam tertentu, keriuhan pekerja yang hendak berganti shift membuat kemacetan di beberapa sudut kota.
Apabila kawasan industri galangan kapal dipadati kaum lelaki, maka kawasan manufaktur dipadati perempuan.
Di jam pergantian shift, perempuan-perempuan muda hebat berjalan bergelombol, bersenda gurau, menuju dan keluar pabrik.
Usianya mungkin masih 20-an, tapi jangan dianggap remeh, mereka juga adalah pejuang nafkah, pengumpul rezeki untuk keluarga. Ada uang sekolah adik di kampung yang harus mereka kirim tiap bulan. Ada ibu di kampung yang menunggu uang bulanan.
Ya, mayoritas penduduk Batam adalah pendatang dari daerah lain, banyak di antaranya dari Sumatera dan Jawa, juga dari Kalimantan, hingga Nusa Tenggara.
Setiap tahun, puluhan ribu pendatang merantau ke Batam untuk mencari peruntungan.
Menurut catatan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Batam, dari Juni hingga Desember 2022, setidaknya ada sekitar 27 ribu pendatang baru ke Batam. Dan kebanyakan dari mereka datang untuk mencari pekerjaan.
Para pekerja merantau jauh-jauh ke Batam tidak hanya untuk mencari penghidupan diri sendiri, melainkan juga untuk dikirimkan ke kampung halaman.
Karena itulah ekonomi Batam harus tetap tumbuh, agar bisa ikut memutar roda perekonomian daerah lain.
Untungnya, daya serap tenaga kerja di Batam relatif baik, seiring dengan investasi yang terus meningkat.
Badan Pengusahaan (BP) Batam mencatat, nilai investasi pada penanaman modal asing semester I tahun 2023 mencapai 1,2 miliar dolar AS dan penanaman modal dalam negeri mencapai 168 juta dolar AS.
Jumlah nilai PMA tersebut, meningkat 1,56 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Ini adalah data realisasi, belum ditambah rencana-rencana investasi yang tengah diupayakan pemerintah.
Apalagi kalau pengembangan Pulau Rempang jadi terealisasi. Tentu semakin banyak peluang kerja terbuka.
BP Batam menyebutkan investasi "Rempang Eco City" dapat menciptakan hingga 30 ribu lapangan kerja baru.
Wah, berapa banyak keluarga yang bisa dinafkahi kalau proyek itu jadi? Ekonomi pun berputar. Tidak hanya perekonomian Batam, namun merembes ke daerah lain di seluruh Indonesia.
Iklim investasi
Badan Pusat Statistik mencatat, pertumbuhan ekonomi Kota Batam pada 2022 mencapai 6,84 persen, di atas nasional yang tercatat sebesar 5,31 persen.
Sebagai kawasan industri, tentu saja pertumbuhan ekonomi Batam banyak ditopang oleh investasi.
Kepercayaan penanam modal untuk berinvestasi adalah buah kerja keras pemerintah pusat yang terus bersinergi dengan pemerintah daerah dalam menjaga iklim investasi.
Kepala BP Batam yang juga menjabat sebagai Wali Kota Muhammad Rudi percaya bahwa kunci investasi adalah infrastruktur yang baik. Itu sebabnya, BP Batam terus melakukan pembangunan jalan dan sarana prasana lainnya.
Pelancong yang datang sesekali ke Batam akan terperangah dengan masifnya pembangunan di kota itu.
Seperti yang diungkap Dedi, warga Depok, yang terperangah saat melalui Jalan Gajah Mada Tiban, yang memang dilebarkan dari dua menjadi lima lajur.
"Tahun lalu, saya ke sini belum kayak begini ini. Sudah seperti di luar negeri saja," kata dia, kepada ANTARA.
Itu baru di daerah permukiman. Belum jalan-jalan ke arah bandara, kawasan perkantoran, kawasan perdagangan, kawasan industri. Semuanya diperlebar, bahkan hingga enam lajur.
Tidak hanya itu, BP Batam juga meningkatkan infrastruktur lain, di antaranya pengembangan bandara, pelabuhan, rumah sakit, dan penyediaan alat transportasi publik yang modern.
Semua berharap rencana-rencana pembangunan berjalan sesuai rancangan, investasi semakin banyak, sehingga menggerakkan roda perekonomian.
Buah manisnya tentu saja peningkatan kesejahteraan masyarakat, tidak hanya Batam, namun juga daerah lain di Indonesia.
Dan hari Minggu tak lagi malas di Batam.
Bukan bunyi nafas berat yang terdengar di kamar-kamar rumah, melainkan "ting...ting...," suara mobile banking, tanda uang masuk tambahan ke dalam tabungan. Alhamdulillah.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Minggu malas di kota para pekerja keras