Kota Gaza, Palestina (ANTARA) - Sebanyak 2.600 pasien, warga sipil pengungsi, serta staf medis, masih berada di dalam Rumah Sakit Indonesia yang dikepung Israel di Jalur Gaza utara.
Juru bicara Kementerian Kesehatan yang berbasis di Gaza Ahsraf al-Qudra di kota itu, Selasa, mengatakan "400 orang yang terluka dan pendamping mereka masih berada di dalam rumah sakit (Indonesia), selain 200 personel medis dan sekitar 2.000 pengungsi."
Al Qudra juga mengatakan ada 259 orang yang terluka, sejumlah warga sipil dan staf medis di dalam rumah sakit Al-Shifa.
Juru bicara kementerian kesehatan itu mengatakan belum ada tanggal pasti untuk evakuasi dari Rumah Sakit Al-Shifa yang saat ini sepenuhnya berada di bawah kendali Israel.
Al Qudra membenarkan bahwa seluruh rumah sakit di Kota Gaza dan wilayah utara Jalur Gaza telah berhenti beroperasi akibat serangan Israel yang terus berlanjut terhadap Gaza.
Dia menambahkan bahwa delegasi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengunjungi RS Al-Shifa beberapa hari lalu untuk berkoordinasi mengevakuasi mereka yang masih berada di dalam rumah sakit itu.
Israel melancarkan serangan udara dan darat tanpa henti di Jalur Gaza menyusul serangan lintas batas yang dilakukan kelompok Palestina Hamas pada 7 Oktober.
Pihak berwenang di Gaza mengatakan pada Senin bahwa jumlah korban tewas akibat serangan Israel yang sedang berlangsung di wilayah kantong tersebut sejak 7 Oktober telah melonjak menjadi lebih dari 13.300 orang, termasuk 5.600 anak-anak dan 3.550 wanita.
Sementara itu, korban tewas di Israel mencapai sekitar 1.200 orang, menurut data resmi.
Sementara itu, dari Jakarta dilaporkan, Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyebut serangan Israel ke Rumah Sakit Indonesia di Gaza pada Senin (20/11) sebagai tindakan terkutuk.
"Ini perbuatan yang sangat terkutuk yang tidak bisa diterima dengan alasan apa pun," kata Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional Sudarnoto Abdul Hakim dalam catatannya yang diterima di Jakarta, Selasa.
Sudarnoto menilai Israel buta, tuli, tidak berakal dan bernurani sehingga membabi buta membunuh siapa saja, bahkan orang-orang yang seharusnya dilindungi dan tempat yang seharusnya dilindungi.
Dia menyeru seluruh negara untuk terus bergerak bersama melakukan upaya diplomatik dan upaya lain yang lebih terukur serta efektif guna menekan Israel dan negara-negara pendukungnya.
"Presiden Amerika Serikat Joe Biden yang katanya telah berjanji berada di garda terdepan melawan teroris, telah berkhianat karena justru membela zionis Israel," kata Sudarnoto.
MUI mengimbau negara-negara yang cinta damai agar mengambil langkah-langkah terukur untuk meyakinkan, menyadarkan dan menekan AS agar membela kebenaran.
MUI juga mendorong para dokter dan tenaga medis serta seluruh elemen lintas agama, ormas, dan komunitas untuk membangun aliansi kemanusiaan guna menuntut dan mengajukan PM Israel Benjamin Netanyahu dan siapa saja yang terlibat dalam pembunuhan massal di Gaza, ke Mahkamah Pidana Internasional.
Sumber: Anadolu
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: 2.600 orang masih berada di dalam RS Indonesia yang dikepung Israel
Juru bicara Kementerian Kesehatan yang berbasis di Gaza Ahsraf al-Qudra di kota itu, Selasa, mengatakan "400 orang yang terluka dan pendamping mereka masih berada di dalam rumah sakit (Indonesia), selain 200 personel medis dan sekitar 2.000 pengungsi."
Al Qudra juga mengatakan ada 259 orang yang terluka, sejumlah warga sipil dan staf medis di dalam rumah sakit Al-Shifa.
Juru bicara kementerian kesehatan itu mengatakan belum ada tanggal pasti untuk evakuasi dari Rumah Sakit Al-Shifa yang saat ini sepenuhnya berada di bawah kendali Israel.
Al Qudra membenarkan bahwa seluruh rumah sakit di Kota Gaza dan wilayah utara Jalur Gaza telah berhenti beroperasi akibat serangan Israel yang terus berlanjut terhadap Gaza.
Dia menambahkan bahwa delegasi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengunjungi RS Al-Shifa beberapa hari lalu untuk berkoordinasi mengevakuasi mereka yang masih berada di dalam rumah sakit itu.
Israel melancarkan serangan udara dan darat tanpa henti di Jalur Gaza menyusul serangan lintas batas yang dilakukan kelompok Palestina Hamas pada 7 Oktober.
Pihak berwenang di Gaza mengatakan pada Senin bahwa jumlah korban tewas akibat serangan Israel yang sedang berlangsung di wilayah kantong tersebut sejak 7 Oktober telah melonjak menjadi lebih dari 13.300 orang, termasuk 5.600 anak-anak dan 3.550 wanita.
Sementara itu, korban tewas di Israel mencapai sekitar 1.200 orang, menurut data resmi.
Sementara itu, dari Jakarta dilaporkan, Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyebut serangan Israel ke Rumah Sakit Indonesia di Gaza pada Senin (20/11) sebagai tindakan terkutuk.
"Ini perbuatan yang sangat terkutuk yang tidak bisa diterima dengan alasan apa pun," kata Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional Sudarnoto Abdul Hakim dalam catatannya yang diterima di Jakarta, Selasa.
Sudarnoto menilai Israel buta, tuli, tidak berakal dan bernurani sehingga membabi buta membunuh siapa saja, bahkan orang-orang yang seharusnya dilindungi dan tempat yang seharusnya dilindungi.
Dia menyeru seluruh negara untuk terus bergerak bersama melakukan upaya diplomatik dan upaya lain yang lebih terukur serta efektif guna menekan Israel dan negara-negara pendukungnya.
"Presiden Amerika Serikat Joe Biden yang katanya telah berjanji berada di garda terdepan melawan teroris, telah berkhianat karena justru membela zionis Israel," kata Sudarnoto.
MUI mengimbau negara-negara yang cinta damai agar mengambil langkah-langkah terukur untuk meyakinkan, menyadarkan dan menekan AS agar membela kebenaran.
MUI juga mendorong para dokter dan tenaga medis serta seluruh elemen lintas agama, ormas, dan komunitas untuk membangun aliansi kemanusiaan guna menuntut dan mengajukan PM Israel Benjamin Netanyahu dan siapa saja yang terlibat dalam pembunuhan massal di Gaza, ke Mahkamah Pidana Internasional.
Sumber: Anadolu
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: 2.600 orang masih berada di dalam RS Indonesia yang dikepung Israel