Bandung (ANTARA News) - Hizbut Tahrir Indonesia meyakini penetapan Idul Fitri 1432 Hijriah pada Selasa dengan metode rukyat global merupakan metode yang paling syar'i atau sesuai dengan ajaran agama, kata Humas DPD HTI Jawa Barat, Lutfi Affandi.

"Hari ini kami menggelar Shalat Id di Lapangan Banteng, Jalan Soekarno-Hatta, bukan karena metode yang kami tetapkan sama dengan Muhammadiyah, karena kami menggunakan metode rukyat global yang sesuai hadis Rasululloh SAW," katanya di Bandung, Selasa.

Menurut dia, metode yang digunakan Muhammadiyah menggunakan metode hisab, sedangkan metode yang digunakan HTI merupakan metode rukyat yang bersifat global atau tidak terbatas oleh batasan wilayah atau negara.

"Dengan metode ini meski di Indonesia belum terlihat hilal, namun bila di belahan bumi lainnya seperti Afrika sudah terlihat hilal, maka awal bulan Hijriah dapat ditetapkan," jelasnya.

Menurut dia, kasus perbedaan dalam menetapkan hari raya Islam sering terjadi, karena umat Nabi Muhammad SAW saat ini berada dalam kondisi tercerai berai atau terpecah.

"Hal itu menyebabkan di antara sesama kaum Muslim sendiri sering merasa memiliki otoritas dalam menentukan awal Shaum maupun Idul Fitri, sehingga perbedaan sering terjadi, karena umat Islam tidak bersatu (dalam satu metode)," ujarnya.

Ia menjelaskan masing-masing negara memiliki otoritas masing-masing dalam menetapkan hal itu sehingga Malaysia, Indonesia, dan Arab Saudi juga saling mendaku (klaim).

"Karena itu dalam perjuangannya HTI selalu memperjuangkan suatu imperium Khilafah Islamiah yang semuanya mencakup dari negara-negara muslim," jelasnya.

Dengan adanya satu negara dan satu pemimpin maka perpecahan dapat dihindari karena otoritas penentuan awal Shaum dan Idul Fitri ditetapkan oleh Khalifah dan hal itu yang selalu diperjuangkan oleh pihaknya.

Selain HTI, kalangan Nahdlatul Ulama (NU) juga menggunakan metode rukyat, namun metode rukyat NU tidak bersifat global, karena para ulama NU menilai bola dunia itu memiliki dua belahan waktu yakni belahan waktu pertama dari Saudi hingga AS bagian timur dan belahan waktu kedua dari AS bagian barat hingga sebelum Arab Saudi, termasuk di belahan waktu kedua adalah Asia Tenggara.

(ANT-PSO-278/E011/Btm1)

Pewarta :
Editor :
Copyright © ANTARA 2024