Tanjungpinang (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau (Pemprov Kepri) berhasil meraih rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) untuk pemakaian Kebaya Labuh sebanyak 2.775 orang dan sajian kue Tepung Gomak sebanyak 2.408 keping.
Piagam MURI diserahkan langsung Senior Customer Relation Manager MURI Andre Purwandono kepada Ketua Tim Penggerak-Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Kepri Dewi Kumalasari Ansar dan Ketua Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kepri Nong Rochaiza Adi Prihantara pada acara Tabligh Akbar di Gedung Daerah, Kota Tanjungpinang, Jumat.
"Piagam MURI layak diberikan karena Kebaya Labuh dan Tepung Gomak merupakan budaya lokal khas Kepri yang perlu diangkat, tak hanya di skala nasional tapi juga dunia internasional," kata Senior Customer Relation Manager MURI Andre Purwandono.
Andre menyebut pemberian piagam rekor MURI tersebut sudah melalui tahapan penilaian dan verifikasi sejak diajukan Pemprov Kepri melalui TP-PKK dan DWP sekitar setahun terakhir.
Ia berharap pemecahan rekor MURI tersebut memicu masyarakat lebih peduli sekaligus melestarikan kebudayaan lokal, khususnya di Kepri.
"Kita harus lebih peduli dengan kebudayaan lokal yang semakin memudar karena pengaruh budaya asing masuk ke Indonesia," ujar Andre.
Sementara, Gubernur Kepri Ansar Ahmad mengapresiasi inisiasi TP-PKK, DWP, serta organisasi kewanitaan se-Kepri yang berhasil memecahkan dua rekor dunia MURI sebagai wujud pelestarian budaya tak benda.
Menurutnya, hal ini adalah bagian dari komitmen Pemprov Kepri yang telah melestarikan serta mengembangkan lebih dari 100 warisan budaya tak benda di Bumi Melayu tersebut.
"Warisan budaya ini merupakan jembatan penting antar generasi, sehingga harus terus dipertahankan eksistensinya," ujar Ansar.
Ketua Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kepri Nong Rochaiza Adi Prihantara menjelaskan Kebaya Labuh adalah pakaian adat Kepri untuk wanita yang berbentuk kebaya dengan panjang hingga ke bawah lutut.
Kebaya Labuh juga digunakan untuk acara-acara resmi seperti upacara adat dan perkawinan. Kebaya Labuh dipadukan dengan kain batik sebagai bawahan.
"Kebaya Labuh juga sudah diusulkan sebagai warisan budaya tak benda ke UNESCO," ungkap Rochaiza.
Sedangkan kue Tepung Gomak merupakan jajanan khas Melayu yang begitu populer di Kepri. Dalam bahannya tidak menggunakan tepung kanji, melainkan tepung ketan.
Berbentuk bulat pipih, pada bagian dalam kue ini berisi serundeng kelapa yang memiliki rasa gurih. Rasanya semakin nikmat ketika bagian luarnya dibalut menggunakan tepung yang dibuat dari kacang hijau. Dinamakan dengan tepuk Gomak karena memang bentuknya putih menyerupai bedak.
Jajanan tersebut dapat ditemukan dengan mudah saat berkunjung ke Kepri, khususnya di Pulau Bintan. Kue ini banyak dijajakan oleh para pedagang kuliner, selain itu juga biasa disajikan pada perayaan hari-hari besar.
"Pengunjung atau wisatawan bisa menjadikan jajanan ini sebagai buah tangan ketika berkunjung ke Kepri," ucapnya pula.*
Piagam MURI diserahkan langsung Senior Customer Relation Manager MURI Andre Purwandono kepada Ketua Tim Penggerak-Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Kepri Dewi Kumalasari Ansar dan Ketua Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kepri Nong Rochaiza Adi Prihantara pada acara Tabligh Akbar di Gedung Daerah, Kota Tanjungpinang, Jumat.
"Piagam MURI layak diberikan karena Kebaya Labuh dan Tepung Gomak merupakan budaya lokal khas Kepri yang perlu diangkat, tak hanya di skala nasional tapi juga dunia internasional," kata Senior Customer Relation Manager MURI Andre Purwandono.
Andre menyebut pemberian piagam rekor MURI tersebut sudah melalui tahapan penilaian dan verifikasi sejak diajukan Pemprov Kepri melalui TP-PKK dan DWP sekitar setahun terakhir.
Ia berharap pemecahan rekor MURI tersebut memicu masyarakat lebih peduli sekaligus melestarikan kebudayaan lokal, khususnya di Kepri.
"Kita harus lebih peduli dengan kebudayaan lokal yang semakin memudar karena pengaruh budaya asing masuk ke Indonesia," ujar Andre.
Sementara, Gubernur Kepri Ansar Ahmad mengapresiasi inisiasi TP-PKK, DWP, serta organisasi kewanitaan se-Kepri yang berhasil memecahkan dua rekor dunia MURI sebagai wujud pelestarian budaya tak benda.
Menurutnya, hal ini adalah bagian dari komitmen Pemprov Kepri yang telah melestarikan serta mengembangkan lebih dari 100 warisan budaya tak benda di Bumi Melayu tersebut.
"Warisan budaya ini merupakan jembatan penting antar generasi, sehingga harus terus dipertahankan eksistensinya," ujar Ansar.
Ketua Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kepri Nong Rochaiza Adi Prihantara menjelaskan Kebaya Labuh adalah pakaian adat Kepri untuk wanita yang berbentuk kebaya dengan panjang hingga ke bawah lutut.
Kebaya Labuh juga digunakan untuk acara-acara resmi seperti upacara adat dan perkawinan. Kebaya Labuh dipadukan dengan kain batik sebagai bawahan.
"Kebaya Labuh juga sudah diusulkan sebagai warisan budaya tak benda ke UNESCO," ungkap Rochaiza.
Sedangkan kue Tepung Gomak merupakan jajanan khas Melayu yang begitu populer di Kepri. Dalam bahannya tidak menggunakan tepung kanji, melainkan tepung ketan.
Berbentuk bulat pipih, pada bagian dalam kue ini berisi serundeng kelapa yang memiliki rasa gurih. Rasanya semakin nikmat ketika bagian luarnya dibalut menggunakan tepung yang dibuat dari kacang hijau. Dinamakan dengan tepuk Gomak karena memang bentuknya putih menyerupai bedak.
Jajanan tersebut dapat ditemukan dengan mudah saat berkunjung ke Kepri, khususnya di Pulau Bintan. Kue ini banyak dijajakan oleh para pedagang kuliner, selain itu juga biasa disajikan pada perayaan hari-hari besar.
"Pengunjung atau wisatawan bisa menjadikan jajanan ini sebagai buah tangan ketika berkunjung ke Kepri," ucapnya pula.*