Batam (ANTARA) - Pemerintah Kota Batam, Kepulauan Riau menyebutkan rembuk stunting merupakan salah satu upaya mempercepat penurunan prevalensi stunting di wilayah setempat.
Sekretaris Daerah Kota Batam Jefridin Hamid di Batam, Sabtu, mengatakan melalui Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan (Bapelitbang) Kota Batam, rembuk stunting dilaksanakan untuk penyusunan perencanaan pencegahan dan penurunan stunting pada 2025.
"Melalui rembuk stunting ini saya harap dilakukan perencanaan dan hitung anggaran yang dibutuhkan untuk pencegahan stunting ini. Jika memang anggaran kita kurang, kita bisa minta bantuan kepada pengusaha melalui program Bapak Asuh. Tujuannya agar prevelensi stunting di Kota Batam menurun," ujar Jefridin.
Ia menambahkan stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kekurangan gizi kronis terutama pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), sehingga menjadi perhatian Presiden RI karena angka stunting Indonesia masih cukup tinggi.
Menurut Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022 angka stunting Indonesia 21,6 persen dan di Kota Batam pada angka 15,2 persen.
Sementara menurut data elektronik-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis masyarakat (e-PPGBM) dari posyandu prevalensi stunting Kota Batam tahun 2023 adalah 1,72 persen yaitu 1.022 anak stunting.
"Sampai dengan bulan Februari 2024 angka stunting di Kota Batam 1,5 persen menurun menjadi 899 anak. Mari Kita semua bersama dan bersinergi dalam pencegahan dan penanggulangan stunting Ini. Sehingga prevalensi stunting di Kota Batam menjadi zero stunting," kata Jefridin.
Menurut dia, persoalan stunting tidak selalu tentang masalah kesehatan, tetapi juga menyangkut masalah ekonomi, pendidikan dan pola asuh, kesehatan lingkungan, ketersediaan air bersih dan juga sarana prasarana hidup layak dan sehat.
Melalui perangkat daerah dan tim percepatan penurunan stunting tingkat kota sampai tingkat kelurahan pihaknya telah melakukan berbagai kegiatan intervensi baik spesifik maupun sensitif untuk menyelesaikan masalah stunting.
"Bahwa masalah stunting tidak dapat kita selesaikan hanya dari bidang kesehatan saja namun dari semua sektor. Untuk itu perlu peran serta semua pihak untuk dapat bersinergi bersama, mengatasi masalah stunting di Kota Batam ini," ujar dia.
Sekretaris Daerah Kota Batam Jefridin Hamid di Batam, Sabtu, mengatakan melalui Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan (Bapelitbang) Kota Batam, rembuk stunting dilaksanakan untuk penyusunan perencanaan pencegahan dan penurunan stunting pada 2025.
"Melalui rembuk stunting ini saya harap dilakukan perencanaan dan hitung anggaran yang dibutuhkan untuk pencegahan stunting ini. Jika memang anggaran kita kurang, kita bisa minta bantuan kepada pengusaha melalui program Bapak Asuh. Tujuannya agar prevelensi stunting di Kota Batam menurun," ujar Jefridin.
Ia menambahkan stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kekurangan gizi kronis terutama pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), sehingga menjadi perhatian Presiden RI karena angka stunting Indonesia masih cukup tinggi.
Menurut Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022 angka stunting Indonesia 21,6 persen dan di Kota Batam pada angka 15,2 persen.
Sementara menurut data elektronik-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis masyarakat (e-PPGBM) dari posyandu prevalensi stunting Kota Batam tahun 2023 adalah 1,72 persen yaitu 1.022 anak stunting.
"Sampai dengan bulan Februari 2024 angka stunting di Kota Batam 1,5 persen menurun menjadi 899 anak. Mari Kita semua bersama dan bersinergi dalam pencegahan dan penanggulangan stunting Ini. Sehingga prevalensi stunting di Kota Batam menjadi zero stunting," kata Jefridin.
Menurut dia, persoalan stunting tidak selalu tentang masalah kesehatan, tetapi juga menyangkut masalah ekonomi, pendidikan dan pola asuh, kesehatan lingkungan, ketersediaan air bersih dan juga sarana prasarana hidup layak dan sehat.
Melalui perangkat daerah dan tim percepatan penurunan stunting tingkat kota sampai tingkat kelurahan pihaknya telah melakukan berbagai kegiatan intervensi baik spesifik maupun sensitif untuk menyelesaikan masalah stunting.
"Bahwa masalah stunting tidak dapat kita selesaikan hanya dari bidang kesehatan saja namun dari semua sektor. Untuk itu perlu peran serta semua pihak untuk dapat bersinergi bersama, mengatasi masalah stunting di Kota Batam ini," ujar dia.