NATUNA (ANTARA) - TNI Angkatan Udara (AU) di Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau melakukan rehabilitasi mangrove di pesisir pantai Markas Komando Pangkalan TNI Angkatan Udara Raden Sadjad (Lanud RSA) di Kecamatan Bunguran Timur. Tidak tanggung-tanggung, mangrove yang akan ditanam sebanyak 50 ribu batang di lahan seluas lima hektare.
Pada program ini TNI AU bekerja sama dengan Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM), yang merupakan lembaga di Indonesia yang bertugas merehabilitasi mangrove dan merestorasi gambut.
Program yang dijalankan oleh TNI AU ini merupakan operasi militer selain perang (OMSP). Salah satu sasaran pada operasi ini adalah meningkatkan ekonomi masyarakat Natuna sebab ia berbatasan langsung dengan beberapa negara seperti Malaysia, Vietnam, Kamboja dan Cina.
TNI AU berpendapat peningkatan ekonomi masyarakat merupakan tugas bersama, oleh karena itu mereka terus berupaya untuk mengambil peran dalam hal tersebut.
Menurut TNI AU mangrove merupakan salah satu cara untuk meningkatkan ekonomi masyarakat, pasalnya mangrove memiliki ekosistem yang kompleks. Pada ekosistem mangrove terdapat berbagai biota laut seperti kepiting, ikan, udang, burung dan hewan-hewan lainnya. Biota yang ada menjadi peluang bisnis bagi masyarakat dan menjadi sumber pangan bagi masyarakat.
Wisata
Selain peluang bisnis di bidang perikanan, hutan mangrove yang terbentuk, juga disiapkan oleh TNI AU sebagai objek wisata, objek wisata mangrove merupakan peluang bisnis untuk pemerintah meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) apabila dikelola dengan baik, pasalnya mangrove merupakan wisata seksi, yang diminati oleh para wisatawan mancanegara.
Mangrove menjadi seksi untuk dijadikan wisata karena termasuk wisata bahari langka sebab tidak semua negara memiliki mangrove.
Jika mangrove dimanfaatkan sebagai objek wisata, maka lapangan pekerjaan baru akan muncul dan pelaku usaha kecil menengah (UKM) memiliki pasar baru untuk menjual produk mereka.
Hal ini juga akan berefek pada kegiatan ekonomi lainnya mulai dari penginapan, rumah makan hingga penyewaan kendaraan, pasalnya wisatawan membutuhkan hal tersebut.
Selain disiapkan sebagai investasi masa depan untuk masyarakat di perbatasan, rehabilitasi yang dilakukan juga bertujuan untuk memberikan suplai oksigen kepada masyarakat dan makhluk hidup lainnya.
Mereka sengaja memilih mangrove dikarenakan mengetahui segudang manfaat yang bisa diberikan hutan mangrove kepada masyarakat.
Mangrove merupakan penyeimbang alam, tanaman ini bisa menyerap karbon dioksida (CO²) dan bisa menghasilkan oksigen (O²). Tidak hanya itu, mangrove juga bisa menahan laju abrasi.
Menurut TNI AU abrasi merupakan ancaman tersembunyi dari segi geografi, pasalnya abrasi bisa membuat wilayah darat berkurang bahkan bisa menghilangkan pulau. Hal ini bisa memicu konflik dan akhirnya akan berdampak buruk bagi keutuhan NKRI dan keselamatan rakyat.
Kerjasama TNI AU dan BRGM ini bukan wacana belaka, BRGM telah membentuk kelompok masyarakat untuk melakukan rehabilitasi. Selain itu, para prajurit Lanud RSA Natuna juga akan diturunkan untuk membantu penanaman.
Pada program ini TNI AU bekerja sama dengan Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM), yang merupakan lembaga di Indonesia yang bertugas merehabilitasi mangrove dan merestorasi gambut.
Program yang dijalankan oleh TNI AU ini merupakan operasi militer selain perang (OMSP). Salah satu sasaran pada operasi ini adalah meningkatkan ekonomi masyarakat Natuna sebab ia berbatasan langsung dengan beberapa negara seperti Malaysia, Vietnam, Kamboja dan Cina.
TNI AU berpendapat peningkatan ekonomi masyarakat merupakan tugas bersama, oleh karena itu mereka terus berupaya untuk mengambil peran dalam hal tersebut.
Menurut TNI AU mangrove merupakan salah satu cara untuk meningkatkan ekonomi masyarakat, pasalnya mangrove memiliki ekosistem yang kompleks. Pada ekosistem mangrove terdapat berbagai biota laut seperti kepiting, ikan, udang, burung dan hewan-hewan lainnya. Biota yang ada menjadi peluang bisnis bagi masyarakat dan menjadi sumber pangan bagi masyarakat.
Wisata
Selain peluang bisnis di bidang perikanan, hutan mangrove yang terbentuk, juga disiapkan oleh TNI AU sebagai objek wisata, objek wisata mangrove merupakan peluang bisnis untuk pemerintah meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) apabila dikelola dengan baik, pasalnya mangrove merupakan wisata seksi, yang diminati oleh para wisatawan mancanegara.
Mangrove menjadi seksi untuk dijadikan wisata karena termasuk wisata bahari langka sebab tidak semua negara memiliki mangrove.
Jika mangrove dimanfaatkan sebagai objek wisata, maka lapangan pekerjaan baru akan muncul dan pelaku usaha kecil menengah (UKM) memiliki pasar baru untuk menjual produk mereka.
Hal ini juga akan berefek pada kegiatan ekonomi lainnya mulai dari penginapan, rumah makan hingga penyewaan kendaraan, pasalnya wisatawan membutuhkan hal tersebut.
Selain disiapkan sebagai investasi masa depan untuk masyarakat di perbatasan, rehabilitasi yang dilakukan juga bertujuan untuk memberikan suplai oksigen kepada masyarakat dan makhluk hidup lainnya.
Mereka sengaja memilih mangrove dikarenakan mengetahui segudang manfaat yang bisa diberikan hutan mangrove kepada masyarakat.
Mangrove merupakan penyeimbang alam, tanaman ini bisa menyerap karbon dioksida (CO²) dan bisa menghasilkan oksigen (O²). Tidak hanya itu, mangrove juga bisa menahan laju abrasi.
Menurut TNI AU abrasi merupakan ancaman tersembunyi dari segi geografi, pasalnya abrasi bisa membuat wilayah darat berkurang bahkan bisa menghilangkan pulau. Hal ini bisa memicu konflik dan akhirnya akan berdampak buruk bagi keutuhan NKRI dan keselamatan rakyat.
Kerjasama TNI AU dan BRGM ini bukan wacana belaka, BRGM telah membentuk kelompok masyarakat untuk melakukan rehabilitasi. Selain itu, para prajurit Lanud RSA Natuna juga akan diturunkan untuk membantu penanaman.