Batam (ANTARA) - Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II A Batam melatih warga binaan pemasyarakatan (WBP) mengelola usaha kuliner dengan menyediakan Pojok Kuliner, tempat jual beli jajanan dan minuman khas daerah bagi warga binaan dan pegawai lapas.
Kepala Lapas Kelas II A Batam Heri Kusrita di Batam, Kamis (29/8), mengatakan bahwa keberadaan Pojok Kuliner bagian dari pembinaan bagi WBP.
Setelah mereka bebas, dia berharap dapat keahlian untuk bekerja di tengah masyarakat.
"Pojok Kuliner ini yang jualan WBP, yang beli WBP dan pegawai, yang masak juga WBP," kata Heri.
Pojok Kuliner Lapas Batam berada di dalam lingkungan lapas, tersedia stan kuliner yang dilengkapi dengan tenda dan tempat duduk. Tempat ini hanya bisa diakses oleh WBP dan pegawai lapas.
Baca juga: OJK Kepri luncurkan program EKI tingkatkan literasi desa
Menu yang tersedia di Pojok Kuliner Lapas Batam ini terbatas, baru ada mi Aceh, roti prata, dan teh tarik. Rencananya akan ada kedai kopi setelah ada pembinaan sebagai barista untuk warga binaan.
"Pojok Kuliner ini sudah ada sejak 2020. Sampai saat ini masih beroperasi," katanya.
Heri menyebut Pojok Kuliner Lapas Batam buka setiap hari mulai pukul 09.00 hingga 16.00 WIB dengan pengawasan pegawai. Transaksi jual beli secara nontunai, berbentuk kartu elektronik.
Harga jajanan di Pojok Kuliner Lapas Batam, untuk mi Aceh dijual mulai Rp15 ribu hingga Rp25 ribu, roti prata Rp10 ribu sampai dengan Rp20 ribu, dan teh tarik Rp10 ribu.
Kalapas menyebutkan rata-rata per hari pemasukan dari Pojok Kuliner Lapas Batam untuk semua menu mencapai Rp2,5 juta, belum dipotong modal bahan dan PNBP.
"Hasil dari jual beli ini ada premi (pembayaran atau gaji) untuk WBP dan PNBP," kata Heri.
Premi untuk WBP sudah dihitung, yakni 15 persen dari pemasukan per bulan.
Pojok Kuliner Lapas Batam dibuka apabila ada petugas yang mengawasi. Jika tidak ada pengawasan, ditutup.
Baca juga: OJK Kepri nilai sektor jasa keuangan stabil pada semester I-2024
Warga binaan yang mengelola Pojok Kuliner ini diseleksi berdasarkan hasil wawancara dan sudah melalui sidang pengamatan pemasyarakatan (TPP).
Kepala Seksi Kegiatan Kerja (Giatja) Lapas Batam Heri Aguswanto menambahkan bahwa Pojok Kuliner berdiri karena lapas memiliki PNBP khusus kegiatan kerja. Untuk itu, WBP punya keahlian atau tidak jenuh dalam menjalani hukuman.
Mengelola Pojok Kuliner, lanjut dia, juga sudah termasuk dalam program pembinaan WBP. Mereka dipekerjakan sesuai dengan SOP dan harus dalam pengawasan dari petugas.
Sebagai salah satu yang pernah mencicipi jajanan di Pojok Kuliner Lapas Batam, Heri mengaku masakan warga binaan terbilang enak.
"Karena saya Kasi Giatja jadi tahu rasanya, enak pastinya," ujar Heri.
Berbagi jenis pelatihan untuk WBP Lapas Batam selain keterampilan memasak, WBP juga dilatih sebagai montir sepeda motor, sablon digitan, konveksi, meubeler, serta pembuatan roti dan tempe.
Untuk keahlian meubeler, menurut dia, WBP Lapas Batam sudah teruji. Sejumlah lapas di Kepri memesan produk-produk meubeler yang dikerjakan oleh warga binaan. Bahkan, salah satu masjid di Bintang, memesan untuk dibuatkan mimbar.
Baca juga: Nuryanto siap mundur dari DPRD demi maju di Pilkada Batam