Tanjungpinang (ANTARA) - Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau (Kepri) mengembangkan aplikasi e-Posyandu Kesehatan (ePoK) untuk memberdayakan orang tua dalam memantau pertumbuhan dan perkembangan balita.
Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungpinang yang sekaligus Ketua Pengabdian Masyarakat Melly Damayanti mengatakan aplikasi ePok telah dirancang dengan menerapkan sistem lima meja.
"Dalam aplikasi ini disediakan beberapa fitur yang dapat memberikan informasi kesehatan bagi ibu balita, chat room, serta fitur reminder jadwal imunisasi, vitamin A, dan obat cacing," kata Melly saat kegiatan pengabdian masyarakat, sekaligus sosialisasi aplikasi ePok di Kelurahan Kampung Bugis, Tanjungpinang, Jumat.
Melly berharap penggunaan aplikasi ePoK dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan orang tua dalam memantau kesehatan anak, sehingga dapat meningkatkan partisipasi orang tua dalam melakukan pemantauan pertumbuhan perkembangan anak.
Ia menyampaikan balita sering disebut golden age, merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat yaitu pertumbuhan fisik, perkembangan psikomotorik, mental, dan sosial.
Pada usia ini, katanya, anak-akan semakin berkembang dalam berpikir, berbicara, panca indra dan kemampuan motorik. Oleh karena itu penting bagi orangtua untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak selama berada di masa keemasan.
"Proses pertumbuhan dan perkembangan anak mempunyai ciri-ciri yang saling berkaitan. Banyak faktor yang dapat berpengaruh terhadap proses pertumbuhan dan perkembangan anak," katanya.
Dia juga menekankan pentingnya orangtua untuk mengetahui hal-hal yang normal dalam rangka mendeteksi penyimpangan. Dengan mempelajari tumbuh kembang akan memberikan efek terhadap penilaian perubahan fisik, intelektual, sosial, dan emosional.
Baca juga: Dosen Poltekkes Tanjungpinang latih kader posyandu mengolah pangan lokal
Jika dalam proses tersebut ditemukan adanya kelainan atau keterlambatan dalam segi perubahan fisik, intelektual, sosial, maupun emosional, orangtua dapat dengan segera memberitahukan atau mengkonsultasikan ke tenaga kesehatan.
Ia mengatakan perkembangan teknologi memicu masyarakat luas untuk menggunakan media yang praktis, menarik, dan dapat digunakan dalam situasi kondisi apapun. Untuk memenuhi segala kebutuhan masyarakat telah tersedia berbagai aplikasi, fitur, media online serta dapat memberikan bantuan dalam memecahkan masalah masyarakat, terutama di bidang kesehatan.
"Kemajuan teknologi dapat digunakan sebagai salah satu pilihan untuk meningkatkan kesehatan. Penggunaan aplikasi ePok ini dapat menumbuhkan pengetahuan dan kemandirian untuk memantau kesehatan diri," ujar Melly.
Melly menambahkan kegiatan pengabdian masyarakat di Kampung Bugis menyasar ibu balita beserta puluhan balita yang menderita stunting, memiliki status gizi kurang, berat badan yang tidak naik serta balita yang mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan lainnya. Kegiatan ini melibatkan pihak kelurahan, puskesmas dan kader posyandu di wilayah setempat.
Melly turut memaparkan berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Tanjungpinang tahun 2021, pada Kelurahan Kampung Bugis terdapat balita dengan status gizi kurang sebesar 2,8 persen, balita stunting/pendek 1,8 persen dan balita kurus 0,1 persen.
"Sekitar 68,2 persen balita yang melakukan penimbangan secara rutin di fasilitas kesehatan setempat, sehingga deteksi dini dan stimulasi menjadi tidak maksimal," katanya.
Baca juga: Pemkot Batam dorong transformasi layanan primer kesehatan lewat Posyandu Prima
Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungpinang yang sekaligus Ketua Pengabdian Masyarakat Melly Damayanti mengatakan aplikasi ePok telah dirancang dengan menerapkan sistem lima meja.
"Dalam aplikasi ini disediakan beberapa fitur yang dapat memberikan informasi kesehatan bagi ibu balita, chat room, serta fitur reminder jadwal imunisasi, vitamin A, dan obat cacing," kata Melly saat kegiatan pengabdian masyarakat, sekaligus sosialisasi aplikasi ePok di Kelurahan Kampung Bugis, Tanjungpinang, Jumat.
Melly berharap penggunaan aplikasi ePoK dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan orang tua dalam memantau kesehatan anak, sehingga dapat meningkatkan partisipasi orang tua dalam melakukan pemantauan pertumbuhan perkembangan anak.
Ia menyampaikan balita sering disebut golden age, merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat yaitu pertumbuhan fisik, perkembangan psikomotorik, mental, dan sosial.
Pada usia ini, katanya, anak-akan semakin berkembang dalam berpikir, berbicara, panca indra dan kemampuan motorik. Oleh karena itu penting bagi orangtua untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak selama berada di masa keemasan.
"Proses pertumbuhan dan perkembangan anak mempunyai ciri-ciri yang saling berkaitan. Banyak faktor yang dapat berpengaruh terhadap proses pertumbuhan dan perkembangan anak," katanya.
Dia juga menekankan pentingnya orangtua untuk mengetahui hal-hal yang normal dalam rangka mendeteksi penyimpangan. Dengan mempelajari tumbuh kembang akan memberikan efek terhadap penilaian perubahan fisik, intelektual, sosial, dan emosional.
Baca juga: Dosen Poltekkes Tanjungpinang latih kader posyandu mengolah pangan lokal
Jika dalam proses tersebut ditemukan adanya kelainan atau keterlambatan dalam segi perubahan fisik, intelektual, sosial, maupun emosional, orangtua dapat dengan segera memberitahukan atau mengkonsultasikan ke tenaga kesehatan.
Ia mengatakan perkembangan teknologi memicu masyarakat luas untuk menggunakan media yang praktis, menarik, dan dapat digunakan dalam situasi kondisi apapun. Untuk memenuhi segala kebutuhan masyarakat telah tersedia berbagai aplikasi, fitur, media online serta dapat memberikan bantuan dalam memecahkan masalah masyarakat, terutama di bidang kesehatan.
"Kemajuan teknologi dapat digunakan sebagai salah satu pilihan untuk meningkatkan kesehatan. Penggunaan aplikasi ePok ini dapat menumbuhkan pengetahuan dan kemandirian untuk memantau kesehatan diri," ujar Melly.
Melly menambahkan kegiatan pengabdian masyarakat di Kampung Bugis menyasar ibu balita beserta puluhan balita yang menderita stunting, memiliki status gizi kurang, berat badan yang tidak naik serta balita yang mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan lainnya. Kegiatan ini melibatkan pihak kelurahan, puskesmas dan kader posyandu di wilayah setempat.
Melly turut memaparkan berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Tanjungpinang tahun 2021, pada Kelurahan Kampung Bugis terdapat balita dengan status gizi kurang sebesar 2,8 persen, balita stunting/pendek 1,8 persen dan balita kurus 0,1 persen.
"Sekitar 68,2 persen balita yang melakukan penimbangan secara rutin di fasilitas kesehatan setempat, sehingga deteksi dini dan stimulasi menjadi tidak maksimal," katanya.
Baca juga: Pemkot Batam dorong transformasi layanan primer kesehatan lewat Posyandu Prima