Tanjungpinang (ANTARA) - Dosen Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Kementerian Kesehatan Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau (Kepri) melatih kader posyandu mengolah pangan lokal untuk mencegah stunting di Kelurahan Kampung Bugis.
Kegiatan dilaksanakan dalam rangkaian program pengabdian masyarakat oleh dosen Poltekkes Kemenkes Tanjungpinang.
"Tujuannya untuk menanggulangi masalah stunting yang masih menjadi tantangan, khususnya di wilayah Kampung Bugis," kata Dosen Poltekkes Kemenkes Tanjungpinang sekaligus Ketua Pengabdian Masyarakat Rahmadona, Kamis.
Rahmadona menyebut melalui pelatihan ini, pihaknya mendorong pemanfaatan potensi bahan pangan lokal, khususnya ikan untuk diolah menjadi panganan tinggi protein guna pencegahan stunting.
Menurutnya ada beberapa faktor penyebab stunting, di antaranya kurangnya konsumsi pangan tinggi protein yang adekuat (kebutuhan gizi bayi memadai), serta buruknya hygiene dan sanitasi.
Oleh karena itu, katanya, program pelatihan kader posyandu tersebut menawarkan solusi melalui dua pendekatan utama, yakni pelatihan teknik pengolahan bahan pangan lokal agar makanan yang dihasilkan tetap bergizi dan layak dikonsumsi tanpa mengurangi kandungan nutrisinya.
Kemudian, edukasi mengenai hygiene dan sanitasi dapur sehat, yang menekankan pentingnya kebersihan dalam pengolahan ikan sebagai bahan pangan utama.
"Dengan solusi ini, diharapkan angka stunting di Kampung Bugis dapat ditekan secara signifikan," ujarnya.
Ia melanjutkan bahwa salah satu permasalahan utama di Kampung Bugis adalah kurangnya pemanfaatan pangan lokal yang sebenarnya kaya protein, seperti ikan.
Makanya, ia berharap kader posyandu setempat dapat berperan lebih aktif dalam mengedukasi masyarakat tentang pentingnya pengolahan yang tepat, sehingga gizi dari ikan dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk mencegah stunting.
Dalam kesempatan ini, Rahmadona dan tim mendemonstrasi pengolahan pangan lokal dimsum anemi ikan bilis (Si-Danis). Kegiatan ini diawali dengan demonstrasi pembuatan olahan pangan lokal yang menggunakan hasil laut, yaitu ikan bilis.
"Ikan bilis atau ikan teri, yang kaya akan zat besi, diolah menjadi dimsum Si-Danis sebuah inovasi dari dosen Poltekkes Kemenkes Tanjungpinang," katanya.
Demonstrasi yang dilakukan menunjukkan cara pengolahan praktis dan bergizi. Dimsum ini dikembangkan guna memenuhi kebutuhan zat besi bagi ibu hamil, sehingga dapat mencegah anemia, salah satu faktor yang berkontribusi terhadap stunting.
Inovasi dimsum Si-Danis ini dirancang agar ibu hamil dan anak-anak bisa mendapatkan asupan gizi yang lebih baik dengan cara yang praktis dan mudah diterima oleh selera lokal.
"Pemilihan bahan ikan bilis karena kandungan zat besinya yang tinggi," ungkapnya.
Selain demonstrasi pengolahan makanan, kegiatan ini juga melibatkan simulasi langsung praktik hygiene dan sanitasi dapur. Para kader Posyandu dilatih untuk memastikan kebersihan dapur, alat masak, dan bahan pangan selama proses pengolahan demk mengurangi risiko infeksi yang dapat memperburuk masalah kesehatan pada anak-anak, termasuk stunting.
Ia menambahkan dengan adanya pelatihan ini, diharapkan kader posyandu dapat menyebarluaskan pengetahuan dan keterampilan yang mereka peroleh kepada masyarakat luas.
Baca juga: Poltekkes Tanjungpinang optimalisasi kesejahteraan janin melalui aplikasi Si-RAJA Bumil di Kelurahan Kampung Bugis
Kegiatan dilaksanakan dalam rangkaian program pengabdian masyarakat oleh dosen Poltekkes Kemenkes Tanjungpinang.
"Tujuannya untuk menanggulangi masalah stunting yang masih menjadi tantangan, khususnya di wilayah Kampung Bugis," kata Dosen Poltekkes Kemenkes Tanjungpinang sekaligus Ketua Pengabdian Masyarakat Rahmadona, Kamis.
Rahmadona menyebut melalui pelatihan ini, pihaknya mendorong pemanfaatan potensi bahan pangan lokal, khususnya ikan untuk diolah menjadi panganan tinggi protein guna pencegahan stunting.
Menurutnya ada beberapa faktor penyebab stunting, di antaranya kurangnya konsumsi pangan tinggi protein yang adekuat (kebutuhan gizi bayi memadai), serta buruknya hygiene dan sanitasi.
Oleh karena itu, katanya, program pelatihan kader posyandu tersebut menawarkan solusi melalui dua pendekatan utama, yakni pelatihan teknik pengolahan bahan pangan lokal agar makanan yang dihasilkan tetap bergizi dan layak dikonsumsi tanpa mengurangi kandungan nutrisinya.
Kemudian, edukasi mengenai hygiene dan sanitasi dapur sehat, yang menekankan pentingnya kebersihan dalam pengolahan ikan sebagai bahan pangan utama.
"Dengan solusi ini, diharapkan angka stunting di Kampung Bugis dapat ditekan secara signifikan," ujarnya.
Ia melanjutkan bahwa salah satu permasalahan utama di Kampung Bugis adalah kurangnya pemanfaatan pangan lokal yang sebenarnya kaya protein, seperti ikan.
Makanya, ia berharap kader posyandu setempat dapat berperan lebih aktif dalam mengedukasi masyarakat tentang pentingnya pengolahan yang tepat, sehingga gizi dari ikan dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk mencegah stunting.
Dalam kesempatan ini, Rahmadona dan tim mendemonstrasi pengolahan pangan lokal dimsum anemi ikan bilis (Si-Danis). Kegiatan ini diawali dengan demonstrasi pembuatan olahan pangan lokal yang menggunakan hasil laut, yaitu ikan bilis.
"Ikan bilis atau ikan teri, yang kaya akan zat besi, diolah menjadi dimsum Si-Danis sebuah inovasi dari dosen Poltekkes Kemenkes Tanjungpinang," katanya.
Demonstrasi yang dilakukan menunjukkan cara pengolahan praktis dan bergizi. Dimsum ini dikembangkan guna memenuhi kebutuhan zat besi bagi ibu hamil, sehingga dapat mencegah anemia, salah satu faktor yang berkontribusi terhadap stunting.
Inovasi dimsum Si-Danis ini dirancang agar ibu hamil dan anak-anak bisa mendapatkan asupan gizi yang lebih baik dengan cara yang praktis dan mudah diterima oleh selera lokal.
"Pemilihan bahan ikan bilis karena kandungan zat besinya yang tinggi," ungkapnya.
Selain demonstrasi pengolahan makanan, kegiatan ini juga melibatkan simulasi langsung praktik hygiene dan sanitasi dapur. Para kader Posyandu dilatih untuk memastikan kebersihan dapur, alat masak, dan bahan pangan selama proses pengolahan demk mengurangi risiko infeksi yang dapat memperburuk masalah kesehatan pada anak-anak, termasuk stunting.
Ia menambahkan dengan adanya pelatihan ini, diharapkan kader posyandu dapat menyebarluaskan pengetahuan dan keterampilan yang mereka peroleh kepada masyarakat luas.
Baca juga: Poltekkes Tanjungpinang optimalisasi kesejahteraan janin melalui aplikasi Si-RAJA Bumil di Kelurahan Kampung Bugis