Gaza (ANTARA) - Kelompok perlawanan Palestina, Hamas, menyebutkan usulan gencatan senjata Gaza sebagai “tabir asap" atau tipu daya karena tidak mencakup penghentian perang Israel atau penarikan pasukan Zionis dari daerah kantong itu.
Anggota senior Hamas, Izzat al-Rishq, pada Sabtu (2/11) mengatakan usulan gencatan senjata yang diajukan dalam beberapa hari terakhir tidak mencakup penghentian serangan Israel, penarikan dari Gaza, atau pemulangan warga Palestina yang mengungsi ke wilayah mereka.
"Kami terlibat secara positif dengan semua usulan dan ide yang memastikan penghentian agresi dan penarikan pasukan pendudukan dari Gaza," tambahnya.
Rishq menuduh pemimpin Israel Benjamin Netanyahu menggunakan negosiasi sebagai kedok untuk melanjutkan agresi rezim Zionis.
"Permainan pertukaran peran antara pendudukan dan pemerintahan Amerika Serikat sedang berlangsung di Lebanon, seperti halnya di Gaza," katanya.
Sebelumnya, Hamas pada Selasa (29/10) mengumumkan bahwa mereka telah menanggapi permintaan mediator untuk membahas usulan baru mengenai gencatan senjata di Gaza dan untuk menyelesaikan kesepakatan pertukaran sandera dengan Israel.
Kementerian Luar Negeri Qatar juga menyatakan bahwa upaya mediasi sedang berlangsung terkait gencatan senjata di Gaza.
Upaya mediasi yang dipimpin oleh AS, Mesir, dan Qatar sejauh ini gagal mencapai gencatan senjata di Gaza, tetapi Washington berpendapat bahwa pembunuhan pemimpin Hamas Yahya Sinwar oleh Israel pada 18 Oktober dapat memicu terobosan dalam negosiasi.
Namun, Hamas mengatakan konflik hanya akan berakhir ketika Israel menghentikan kampanye militernya di wilayah kantong yang terblokade, yang telah menewaskan lebih dari 43.300 orang sejak Oktober 2023.
Serangan Israel menyebabkan hampir seluruh penduduk wilayah tersebut mengungsi di tengah blokade yang sedang berlangsung, yang menyebabkan kekurangan parah terhadap makanan, air bersih, dan obat-obatan.
Israel juga menghadapi kasus genosida di Pengadilan Internasional atas tindakannya yang brutal di Gaza.
Sumber : Anadolu
Dalam pemberitaan sebelumnya disebutkan, media pemerintah Israel melaporkan bahwa operasi serangan darat intensif di Lebanon selatan akan segera diakhiri.
Mengutip sumber-sumber militer, Israeli Public Broadcasting Corporation pada Jumat malam melaporkan bahwa setelah satu bulan melakukan serangan darat, militer Israel hampir menyelesaikan tahap intensif di Lebanon selatan.
Ribuan tentara aktif dan cadangan juga dilaporkan telah diberi cuti untuk pemulihan.
Media pelat merah itu juga melaporkan bahwa Israel sedang bersiap mengerahkan pasukan di sepanjang perbatasan Lebanon di tengah wacana soal gencatan senjata yang dimediasi oleh Amerika Serikat.
Sementara itu, Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati mengkritik pendekatan Israel dalam pertemuan dengan komandan UNIFIL, pasukan sementara PBB di Lebanon.
Menurut dia, sinyal diplomatik dari Israel menunjukkan "sifat keras kepala" dan komitmen mereka untuk terus melakukan agresi.
Israel meningkatkan serangan udara di Lebanon sejak September dengan dalih menumpas kelompok Hizbullah, hampir satu tahun setelah rezim Zionis melancarkan serangan membabi buta di Jalur Gaza, wilayah kantong Palestina.
Israel memperluas konflik di Gaza dengan melancarkan serangan ke Lebanon selatan pada 1 Oktober. Hampir 2.900 orang tewas dan lebih dari 13.000 lainnya terluka oleh pasukan Israel dalam konflik tersebut.
Sumber: Anadolu
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Hamas: Usulan gencatan senjata hanya tipu daya dan tak akhiri perang