Damaskus/Latakia (ANTARA) - Dengan runtuhnya rezim Baath Suriah pada Ahad dan berakhirnya era keluarga Assad, warga Suriah merobohkan patung Hafez al-Assad, mendiang ayah dari Presiden Bashar al-Assad yang digulingkan, di berbagai kota di seluruh negeri.
Ketika kota-kota terbesar di negara itu lepas dari kendali rezim, banyak warga turun ke jalan dan merobohkan patung-patung mendiang Assad dan menghancurkan foto-foto putranya, Bashar.
Dari Ibu Kota Damaskus hingga kampung halaman keluarga Assad di pesisir Latakia, di antara kota-kota lainnya, semua simbol rezim dirobohkan.
Di Damaskus, orang-orang juga menyerbu istana Bashar al-Assad.
Keberadaan Bashar masih belum diketahui, sementara perayaan terus berlanjut di banyak bagian negara itu.
Media internasional melaporkan berbagai klaim bahwa Assad meninggalkan negara itu, dengan laporan yang belum dikonfirmasi menyebut bahwa ia mungkin telah melakukan perjalanan ke Rusia atau negara tetangga Timur Tengah.
Dalam beberapa hari terakhir, ribuan orang di seluruh dunia telah menggunakan program pelacakan penerbangan untuk melacak rute penerbangan ke dan dari Damaskus dan Latakia.
Sumber: Anadolu
Rusia,,,
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menegaskan komitmennya terhadap kedaulatan dan integritas teritorial Suriah, dalam pertemuan dengan mitra dari Turki dan Iran.
Pertemuan itu berlangsung pada Sabtu (7/12), beberapa jam sebelum jatuhnya rezim Baath di Suriah setelah Ibu Kota Damaskus diambil alih pasukan anti-rezim.
"Kami dengan tegas menegaskan kembali integritas teritorial, kedaulatan, dan persatuan Republik Arab Suriah. Kami menyerukan diakhirinya segera kegiatan permusuhan," kata Lavrov, dalam pernyataan Kementerian Luar Negeri Rusia.
Menurut dia, baik Rusia, Turki, maupun Iran menginginkan agar Resolusi Dewan Keamanan PBB 2254 dilaksanakan sepenuhnya dan menyerukan dialog antara pemerintah Suriah dan oposisi—sebagaimana diatur dalam resolusi tersebut.
Pada Forum Doha ke-22 di Qatar, Lavrov mengkritik tindakan kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS) yang merebut wilayah-wilayah Suriah dengan melanggar perjanjian yang ada, khususnya Resolusi 2254.
Ia menegaskan tindakan salah satu penggerak utama oposisi di Suriah itu "tidak dapat diterima".
"Jika kita berbicara tentang Hayat Tahrir al-Sham secara khusus, pada 2018 dan 2020 dalam kerangka Format Astana, dua perjanjian ditandatangani yang dengan jelas memperkuat tekad bersama untuk tidak membiarkan Hayat Tahrir al-Sham berkuasa di Idlib. Dan perjanjian ini belum dilaksanakan. Dan sekarang perjanjian tersebut dilanggar secara besar-besaran," katanya.
Pada Minggu dini hari, setelah pertemuan Lavrov dengan menlu Turki dan Iran, Ibu Kota Damaskus jatuh di bawah kendali pasukan anti-rezim. Peristiwa itu sekaligus mengakhiri 61 tahun kekuasaan Partai Baath.
Sumber: Anadolu
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Rezim Baath jatuh, warga Suriah robohkan patung ayah Bashar al-Assad