Batam (ANTARA) - Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Batam, Kepulauan Riau menambah 16 unit armada angkutan sampah di tahun 2025 guna mengatasi persoalan persampahan di kota itu.
Kepala DLH Kota Batam Herman Rozie di Batam, Jumat, mengatakan 16 armada itu terdiri atas 14 amrol sampah dan dua dam truck.
Selain itu, pihaknya juga menambah satu alat berat buldoser serta 40 bin kontainer sampah.
“Tahun ini ada penambahan armada, alat berat. Ganti alat yang rusak saja. Yang rusak sekarang 34 unit,” kata Herman.
Dengan begitu ia mengajak seluruh masyarakat Batam untuk dapat melakukan pemilahan sampah organik dan anorganik. Melalui hal tersebut dapat mengurangi penumpukan sampah setiap harinya.
“Pilah sampah itu sederhana, misalnya sampah organik, sampah basah, sampah rumah tangga, makanan, sayur. Yang anorganik itu botol, plastik, sendiri tempatnya,” kata dia.
Selain itu, untuk sampah anorganik yang bisa didaur ulang dapat disalurkan ke bank sampah hingga menghasilkan rupiah.
“Kalau ini bisa dipilah, nanti yang anorganik ini pemulung bisa ambil langsung. Tetapi kalau disatukan sulit lagi mencarinya. Nilai ekonomisnya juga turun karena sampahnya tidak bersih. Kalau bersih lebih mahal,” kata dia.
Dalam sehari, masyarakat Kota Batam menghasilkan 1.200 ton sampah, belum termasuk sampah rumah makan, industri, hingga mal.
Sebelumnya, Pemerintah Kota Batam, Kepulauan Riau mengajak masyarakat memanfaatkan sampah organik menjadi kompos guna mengurangi volume sampah di wilayah setempat.
Sekretaris Daerah Kota Batam Jefridin Hamid di Batam, Selasa, mengatakan setiap orang menghasilkan sampah per hari sekitar 0,7 hingga 0,9 kilogram, sehingga apabila tidak ditangani dengan baik akan menjadi persoalan di kemudian hari.
Dengan begitu, menurut dia, harus ada langkah yang dilakukan, salah satunya mengurangi sampah dengan cara memilah sampah.
"Memilah sampah merupakan salah satu langkah untuk menyelesaikan masalah sampah di Kota Batam. Jika ini dilakukan oleh masyarakat, bukan hanya lingkungan bersih tetapi juga dapat menambah pendapatan ekonomi keluarga," kata Jefridin.