Batam (Antara Kepri) - Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau mencatat daerah ini mengalami deflasi 0,5 persen (mtm) atau 5,58 persen (yoy) pada Februari 2015, didorong oleh penurunan harga bahan bakar serta meredanya gejolak harga pangan yang harganya diatur pasar.

"Deflasi Februari meningkat dibanding bulan lalu sebesar 0,32 persen (mtm) atau 6,39 persen (yoy)," kata Kepala Kantor BI Kepri Gusti Raizal Eka Putra di Batam, Jumat.

Deflasi di Kepri juga tercatat lebih tinggi dibanding nasional yang mencatatkan deflasi 0,36 persen (mtm) atau 6,29 persen (yoy).

Berdasarkan hitungan BI bersama Tim Pengendali Inflasi Daerah Kepri, kelompok "administered" price menjadi penyumbang deflasi sebesar 1,59 persen (mtm) dengan andil minus 0,34 persen.

Deflasi itu didorong oleh penurunan harga BBM di akhir Januari yang dampaknya masih terasa di Februari.

"Selain itu pengetatan pengawasan harga elpiji 3 kg melalui inspeksi langsung dan operasi pasar terbukti cukup efektif yang berpengaruh pada harga BBM rumah tangga menyatatkan deflasi pada bulan laporan," kata dia.

Sementara koreksi harga yang signifikan pada kelompok volatile food mendorong deflasi 2,97 persen (mtm) dengan andil minus 5,8 persen.

Capaian itu di bawah rata-rata historis inflasi Februari periode 2011-2014 dengan inflasi 0,23 persen (mtm). Penurunan laju inflasi volatile food disebabkan meredanya tekanan harga aneka cabai karena panen di sentra produksi serta meningkatnya pasokan sayur-sayuran dan komoditas ayam ras.

"Berkurangnya gangguan distribusi akibat faktor cuaca juga turut mendorong kelancaran distribusi barang, khususnya bahan makanan ke Kepri. Selain itu pelaksanaan penyaluran Raskin selama periode Januari-Februari mampu meredam gejolak harga beras di pasaran," kata dia.

Sementara inflasi kelompok inti menunjukkan perkembangan moderat 0,71 persen mtm dengan andil 0,42 persen.

Menurut Gusti, tekanan inflasi terutama diakibatkan depresiasi rupiah yang menyapai 1,2 persen pada Februari, serta konsumsi yang meningkat berkenaan dengan momen perayaan Imlek.

Komoditas tukang bukan mandor, pemeliharaan, sotong, SLTA, biaya sewa rumah dan batu bata menjadi penyumbang utama inflasi kelompok inti. (Antara)

Editor: Rusdianto

Pewarta :
Editor :
Copyright © ANTARA 2024