Batam (Antaranews Kepri) - Pada Februari ini sebanyak 70 perusahaan asing diprediksi berinvestasi di Kota Batam Provinsi Kepulauan Riau dengan nilai investasi Rp10 triliun.
Kepala Badan Pengusahaan (BP) Batam Lukita Dinarsyah Tuwo, di Batam, Rabu, mengatakan salah satu dari 70 perusahaan asing tersebut PT Royal Newport Plastic, sebuah perusahaan daur ulang plastik asal Tiongkok yang telah memanfaatkan fasilitas Izin Investasi Tiga Jam (i23j).
Menurut Lukita perusahaan yang bisa memanfaatkan fasilitas tersebut harus memiliki nilai investasi Rp50 miliar atau mampu menyerap seribu tenaga kerja dan PT Royal Newport Plastic menanamkan modalnya senilai Rp66 miliar.
“Kami seperti mendapat hadiah Imlek,” katanya.
Menurut Lukita, perusahaan tersebut berencana menanamkan modalnya secara bertahap selama beberapa periode dengan total nilai investasinya 30 juta dolar Amerika.
BP Batam, lanjut Lukita, siap melayani investor bukan hanya soal pelayanan perizinan, tapi turut mengawal pengurusan izin di lembaga lain dan meyakinkan para penanam modal bahwa proses di lembaga lain akan berjalan cepat dan aman.
Pihaknya komitmen akan memfasiltiasi investor mencari jalan keluar di setiap masalah yang mereka hadapi. Salah satu pemegang saham PT Royal Newport Plastic, Shanhua Yao kagum dengan kecepatan BP Batam memberikan layanan perizinan.
Menurutnya hanya dalam waktu tiga jam investor sudah bisa mendirikan perusahaan dan mengantongi sejumlah izin. Shanhua berharap kedepan pelayanan akan tetap cepat dan nyaman seperti saat ini.
Masuknya 70 investor Tiongkok ke Batam merupakan salah satu upaya BP Batam bersama Kadin Provinsi Kepri untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Batam.
Ketua Kadin Kepri Ahmad Ma’ruf Maulana optimistis Batam bisa mencapai target pertumbuhan ekonomi Batam, naik hingga tujuh persen dalam waktu satu tahun. Menurut Ahmad rata-rata investor yang masuk nantinya perusahaan produksi plastik yang hengkang akibat kebijakan negara asalnya karena adanya larangan impor plastik bekas sejak awal 2018.
Larangan tersebut membuat perusahaan daur ulang plastik di negara tersebut kesulitan mendapat bahan baku. Menurutnya setelah kebijakan tersebut dilakukan perusahaan daur ulang sampah plastik di negara tersebut untuk mencari tempat-tempat baru.
"Salah satu tujuan utama mereka adalah negara-negara ASEAN, khususnya Batam karena letaknya yang strategis dan insentif fiskal berupa pembebasan Bea Masuk, PPN dan PPNBM," katanya.
Perusahaan tersebut katanya akan memproduksi sol sepatu, cashing HP dan lain sebagainya yang berbahan dasar plastik. Ahmad menggaransi bahwa tidak akan ada masalah terkait isu lingkungan hidup yang mengikuti industri daur ulang plastik tersebut.
"Regulasi dalam negeri Indonesia telah memproteksi sedemikian rupa, sehingga dampak lingkungan hidup dari industri daur ulang plastik bisa dikendalikan," katanya.
Ahmad menyatakan setiap bahan baku industri daur ulang plastik yang masuk sudah disertifikasi lembaga yang berwenang di luar negeri sebelum masuk ke Indonesia. (Antara)
Editor: Rusdianto