Kepala Dinas Kesehatan Bintan Gama AF Isnaeni di Bintan, Kamis, mengatakan pengawasan intensif dilakukan terhadap pasien yang masih berusia anak-anak, karena virus hepatitis akut yang sampai sekarang masih diteliti itu menyerang anak-anak.
Pengawasan dilakukan berdasarkan inisiatif mandiri karena sampai sekarang Kementerian Kesehatan belum mengeluarkan petunjuk pelaksanaan dalam penanganan penyakit ini.
Baca juga:
KKP Batam lakukan pengawasan cegah penularan Hepatitis Akut
Batam siapkan SKDR terkait hepatitis akut berat
Pasien yang mengidap penyakit itu memiliki gejala mata kuning, sakit perut, muntah-muntah dan diare mendadak, buang air kecil berwarna teh tua, buang air besar berwarna pucat, kejang, penurunan kesadaran.
"Jika ada anak-anak yang memiliki gejala itu agar segera memeriksakannya ke fasilitas layanan kesehatan terdekat. Di Bintan sampai sekarang belum ditemukan pasien anak-anak yang mengidap gejala itu," ujarnya.
Gama mengemukakan virus hepatitis ini menjadi isu global, karena sudah menyerang berbagai negara sehingga ditetapkan sebagai kejadian luar biasa. Virus ini juga sudah masuk ke Singapura, negara yang berbatasan dengan Bintan.
Di Indonesia, kata dia, ditemukan tiga kasus di Jakarta sehingga mendapat perhatian khusus dari pemerintah mengingat virus yang menyerang hati anak-anak itu menyebabkan kematian.
"Virus ini masih diteliti, bentuknya mirip COVID-19. Apakah dapat dikelompokkan sebagai manifestasi COVID-19 atau tidak, belum terjawab sampai sekarang," katanya.
Menurut dia, posisi Kepri, terutama Bintan, sangat rentan karena berdekatan dengan Singapura. Akses dari Bintan ke Singapura maupun sebaliknya juga sudah dibuka pemerintah sejak akhir Februari 2022.
Mobilitas penduduk dari luar daerah ke Bintan juga semakin tinggi sejak menjelang Idul Fitri 1443 H sampai sekarang sehingga masyarakat harus mewaspadainya.
"Belum dapat dipastikan pola penularan virus ini, apakah melalui keringat, udara dan lainnya. Namun tetap harus diwaspadai," ucapnya.
Upaya antisipasi secara mandiri dapat dilakukan masyarakat yakni menjaga kebersihan diri, mengonsumsi makanan yang bergizi, olah raga yang teratur dan istirahat yang cukup. "Gunakan masker dan harus rajin membersihkan tangan," imbaunya.
Baca juga:
Dishub kerahkan kapal cadangan angkut penumpang ke Anambas
Pasien yang mengidap penyakit itu memiliki gejala mata kuning, sakit perut, muntah-muntah dan diare mendadak, buang air kecil berwarna teh tua, buang air besar berwarna pucat, kejang, penurunan kesadaran.
"Jika ada anak-anak yang memiliki gejala itu agar segera memeriksakannya ke fasilitas layanan kesehatan terdekat. Di Bintan sampai sekarang belum ditemukan pasien anak-anak yang mengidap gejala itu," ujarnya.
Gama mengemukakan virus hepatitis ini menjadi isu global, karena sudah menyerang berbagai negara sehingga ditetapkan sebagai kejadian luar biasa. Virus ini juga sudah masuk ke Singapura, negara yang berbatasan dengan Bintan.
Di Indonesia, kata dia, ditemukan tiga kasus di Jakarta sehingga mendapat perhatian khusus dari pemerintah mengingat virus yang menyerang hati anak-anak itu menyebabkan kematian.
"Virus ini masih diteliti, bentuknya mirip COVID-19. Apakah dapat dikelompokkan sebagai manifestasi COVID-19 atau tidak, belum terjawab sampai sekarang," katanya.
Menurut dia, posisi Kepri, terutama Bintan, sangat rentan karena berdekatan dengan Singapura. Akses dari Bintan ke Singapura maupun sebaliknya juga sudah dibuka pemerintah sejak akhir Februari 2022.
Mobilitas penduduk dari luar daerah ke Bintan juga semakin tinggi sejak menjelang Idul Fitri 1443 H sampai sekarang sehingga masyarakat harus mewaspadainya.
"Belum dapat dipastikan pola penularan virus ini, apakah melalui keringat, udara dan lainnya. Namun tetap harus diwaspadai," ucapnya.
Upaya antisipasi secara mandiri dapat dilakukan masyarakat yakni menjaga kebersihan diri, mengonsumsi makanan yang bergizi, olah raga yang teratur dan istirahat yang cukup. "Gunakan masker dan harus rajin membersihkan tangan," imbaunya.
Baca juga:
Dishub kerahkan kapal cadangan angkut penumpang ke Anambas
Komentar