Jakarta (ANTARA) - Pemimpin Umum Kompas Jakob Oetama menyatakan bersyukur surat kabar harian itu telah diterima masyarakat Indonesia selama 45 tahun dan media cetak akan tetap eksis di tengah perkembangan media televisi dan Internet.
"Media cetak, seperti Kompas, akan tetap eksis karena dengan membaca akan memberikan ruang waktu bagi pembaca untuk berpikir, menelaah dan menganalisa. Sesuatu yang tidak kita dapat hanya dengan menonton," katanya saat bertemu dengan Dirut Perum LKBN Antara Ahmad Mukhlis Yusuf di Jakarta, Selasa 2 November 2010.
Jakob didampingi Pemimpin Redaksi Kompas Rikard Bagun. Sedangkan Mukhlis Yusuf didampingi Pemred Antara Saiful Hadi dan anggota Dewan Pengawas Antara Asro Kamal Rokan.
Menurut Jakob, teknologi informasi berkembang sangat cepat, sehingga orang bisa mengakses berita melalui berbagai media, termasuk Internet. Akan tetapi, suratkabar tetap dibutuhkan. "Orang kan harus baca, masak nonton terus," katanya.
Selama suratkabar seperti Kompas tumbuh, katanya, maka ia akan tetap membutuhkan kantor berita. "Kantor berita Antara tetap diperlukan sebagai perbandingan dan pengayaan," katanya.
Dulu, lanjut Jakob, berita Antara merupakan sumber utama untuk dikutip suratkabar.
Berita Antara lebih cepat karena kantor berita nasional itu punya hubungan sangat dekat dengan narasumber yang umumnya para pejabat.
Sekarang, katanya, zaman sudah berubah dan media pelanggan Antara memiliki sumberdaya manusia dan peralatan yang memungkinkan juga bisa lebih cepat dalam laporannya.
"Tapi kami masih membutuhkan Antara untuk perbandingan dan pengayaan. Satu dua juga untuk pengutipan. Antara harus mencari celah-celah berita yang tidak dibuat oleh wartawan surat kabar," katanya.
Salah satu berita yang diperlukan pelanggan seperti Kompas adalah berita-berita daerah. Jaringan Antara di daerah diakui lebih kuat dari Kompas.
Sebagai contoh Kompas tidak memiliki wartawan di daerah Madura. Berita-berita dari daerah itu diliput oleh wartawan Kompas dari Surabaya.
"Setiap daerah punya permasalahannya sendiri. Gali itu. Angkat figur-figur di daerah, persoalan otonomi dan perbatasan. Koran tidak punya koresponden di setiap daerah seperti Antara," lanjutnya lagi.
Menjawab pertanyaan apa kiatnya sehingga Kompas bisa eksis selama puluhan tahun, Jakob mengatakan, karena mengusung masalah kemanusiaan, ke-Indonesia-an dan keimanan.
"Dengan senantiasa bersyukur atas berkah yang sudah didapat, rendah hati, jujur dan memelihara keimanan yang teguh kepada sang Maha Pencipta, dari latar belakang agama manapun, maka kita akan menemukan jalan menyatukan pluralitas serta menggerakkan sinergi," kata Jakob Oetama. (ANTARA)
Berita Terkait
Erick sebut PSSI perpanjang kontrak STY sesuai peta jalan timnas hingga 2027
Kamis, 25 April 2024 16:05 Wib
Bea Cukai Kepri selamatkan potensi kerugian negara sebesar Rp1,4 miliar
Rabu, 24 April 2024 14:59 Wib
Realisasi penerimaan Bea dan Cukai Batam Kepri capai Rp98,42 miliar
Rabu, 24 April 2024 12:55 Wib
Menko Polhukam godok satgas pemberantasan judi online
Selasa, 23 April 2024 18:29 Wib
PDI Perjuangan siap jadi koalisi ataupun oposisi
Selasa, 23 April 2024 6:54 Wib
Direktur RSUD RAT Pemprov Kepri mundur karena lanjutkan pendidikan
Senin, 22 April 2024 19:36 Wib
Kunjungan pasien RSUD RAT Pemprov Kepri capai 600 orang per hari
Senin, 22 April 2024 17:01 Wib
KPK tetapkan Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor sebagai tersangka korupsi
Selasa, 16 April 2024 11:24 Wib
Komentar