Batam (ANTARA) - Rumah bernuansa sederhana dan teduh itu memiliki halaman di bagian belakang, yang disulap menjadi tempat produksi kain batik. Terlihat sejumlah kain batik dijemur, lemari berisikan banyak cap motif batik, dan beberapa botol berisi cairan pewarna.
Di lahan itu, tampak ibu-ibu sedang mewarnai pola motif batik. Tak jauh dari mereka berkarya, diletakkan tungku dan wajan yang digunakan untuk merendam dan mewarnai kain batik.
Di Kota Batam, Kepulauan Riau, gonggong dan ikan marlin merupakan motif kain batik unggulan yang diproduksi oleh pengrajin batik di tengah kota industri ini. Sebagai kota yang dikelilingi lautan, tak heran motif kain batiknya pun mengambil dari biota-biota laut.
Gonggong yang diambil dan dijadikan motif batik Batam merupakan siput laut yang hanya terdapat di Batam dan sekitarnya. Gonggong juga menjadi makanan laut yang sering dijumpai di Kepulauan Riau. Maka dari itu, pemilihan gonggong sebagai motif batik khas Kepri, khususnya batik Batam, sebagai ikon utama untuk mengenalkan batik kepada pelancong yang singgah ke kota itu.
Selain bermotif gonggong, ikan marlin juga menjadi pilihan motif batik Batam yang memiliki filosofi positif. Meskipun biota laut itu merupakan salah satu ikan predator, ikan marlin memiliki sisi positif dalam bertahan hidup di lautan. Ikan marlin menggambarkan sosok gesit dan tangkas dalam mencari makan, hal itu pun yang ingin diwujudkan bahwa dalam kehidupan berarti harus cerdas, giat, dan rajin mencari nafkah.
Saat ini ada 30 kelompok pengrajin batik cap dan batik tulis di Batam. Sejak 2018 hingga 2023, motif batik Batam semakin bertambah dan eksis dengan terus melakukan inovasi dan peningkatan kualitas produk.
Sedikitnya ada 36 motif batik Batam yang sudah menjadi hak kepemilikan dari pengrajin batik, yang sebagian besar motif itu menggambarkan biota-biota laut, mulai dari dua motif unggulan yang disebutkan sebelumnya, kemudian motif ubur-ubur, pucuk rebung, bunga kembang sepatu, dan masih banyak lagi.
Dari segi warna, kain batik Batam memiliki warna yang lebih cerah seperti kuning, hijau, hingga biru, sementara kain batik Jawa non-pesisir lebih dominan dengan warna yang gelap seperti cokelat dan hitam.
Setiap hari, kelompok pengrajin dapat memproduksi 20 helai kain batik cap. Adapun untuk batik tulis memerlukan waktu yang lebih panjang pengerjaannya, yaitu mencapai 4 hari per helai.
Ketua Asosiasi Batik Batam Suratno menyatakan harga kain batik Batam bisa dibilang lebih mahal dari batik-batik yang ada di Jawa karena bahan baku pembuat batik Batam masih didatangkan dari Pekalongan, Jawa Tengah.
Bahan baku yang didatangkan dari Pekalongan itu, antara lain, kain, lilin atau malam, hingga pewarna kainnya.
Adapun harganya, untuk batik cap berkisar Rp150 ribu per helai, sementara batik tulis antara Rp800 ribu hingga jutaan rupiah per helai.
Dulu, pasokan bahan baku untuk membatik tersedia di koperasi, namun seiring berjalannya waktu, program tersebut tidak berjalan sesuai harapan sehingga tidak mencukupi kebutuhan pada pengrajin batik Batam. Akhirnya, kini masing-masing kelompok pengrajin batik secara mandiri memenuhi bahan baku untuk membuat batik.
Meskipun hal tersebut menjadi kendala bagi para pengrajin untuk memenuhi bahan baku, kenyataannya semakin banyak warga masyarakat Kota Batam yang tertarik belajar membatik. Tak jarang, pengrajin batik melibatkan lima hingga delapan perempuan di sekitar rumahnya untuk ikut serta dalam menyelesaikan pesanan. Tidak hanya ibu-ibu, bahkan anak-anak muda juga ada yang ikut membatik.
Batik Batam berkembang pesat berkat dorongan dan dukungan dari pemerintah setempat untuk memfasilitasi para pengrajin batik terutama untuk ikut serta dalam sertifikasi.
Selain itu, sebagai upaya memperkenalkan batik Batam kepada pelancong dalam negeri maupun luar negeri, sering kali pengrajin batik mengikuti pameran dagang yang dilaksanakan di sejumlah daerah bahkan negara. Baru-baru ini, pengarajin batik Batam juga mengikuti pameran dagang di negara Malaysia dan berhasil menjual beberapa lembar kain batik kepada warga Malaysia.
Dengan sering mengikuti pameran dagang, semakin besar peluang memperkenalkan dan mempromosikan batik Batam kepada wisatawan domestik maupun mancanegara.
Tidak hanya itu, untuk menarik minat pelancong terhadap batik Batam, pengrajin batik menyediakan media untuk latihan membatik yang mirip kanvas yang sudah disediakan pola motif, yang kemudian pola itu dapat diikuti atau ditiru oleh pelancong tersebut.
Selain melalui pameran dagang, acara tahunan Batam Batik Fashion Week (BBFW) juga menjadi salah satu ajang memperkenalkan dan mengapresiasi hasil kerja keras dari kelompok pengrajin batik. Diharapkan melalui kegiatan tersebut, roda perekonomian masyarakat akan terus berputar dan memberi tetesan rezeki kepada kepada banyak orang.
Sebagai wujud apresiasi terhadap kerajinan batik, sejak 2018 Pemerintah Kota Batam menetapkan tanggal 1 September sebagai Hari Batik Batam.
Penetapan tersebut juga sebagai upaya meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap keberadaan batik Batam yang merupakan produksi usaha mikro, kecil, dan menengah Kota Batam.
Berita Terkait
Polres Karimun tangkap pria asal Batam curi emas tukang pijat
Sabtu, 16 November 2024 20:52 Wib
Pemkot Batam tingkatkan kesadaran literasi digital mahasiswa
Sabtu, 16 November 2024 17:21 Wib
Polresta Barelang-Kepri gagalkan pengiriman 24 PMI ilegal
Sabtu, 16 November 2024 16:27 Wib
Pemeliharaan Masjid Agung Batam dilanjutkan usai revitalisasi
Sabtu, 16 November 2024 16:11 Wib
Kaum perempuan sulap gersangnya Pulau Pemping jadi sejuk
Sabtu, 16 November 2024 14:26 Wib
KPU Karimun gunakan kapal untuk distribusi logistik pilkada ke 10 kecamatan
Sabtu, 16 November 2024 14:14 Wib
KPU Natuna sediakan layanan khusus untuk disabilitas dan lansia di TPS
Sabtu, 16 November 2024 13:44 Wib
KPU dan Bawaslu Karimun pastikan APK diturunkan sebelum masa tenang
Sabtu, 16 November 2024 13:17 Wib
Komentar