Batam (ANTARA) - Kepala Kepolisian Daerah Kepulauan Riau (Kapolda Kepri) Irjen Pol. Asep Safrudin menyebut isu keamanan menjadi krusial bagi iklim investasi di provinsi yang merupakan daerah industri sebagai penopang ekonomi.
Menurut dia, peristiwa unjuk rasa yang terjadi akhir Agustus di sejumlah daerah di Tanah Air, membuat kantor perwakilan sejumlah negara menghubungi dirinya untuk memastikan situasi keamanan di wilayah Kepri tetap aman terkendali.
“Di Kepri sangat sensitif sekali isu keamanan,” kata Asep saat menjadi narasumber dalam kegiatan bincang dengan mahasiswa se-Kota Batam di Kampus Universitas Internasional Batam, Kamis.
Baca juga: Pemprov Kepri alokasikan Rp110 miliar untuk membenahi RSUD RAT
Jenderal polisi bintang dua itu mengatakan pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepri nomor 3 tertinggi di Indonesia, setelah Maluku Utara dan Sulawesi Tenggara (Sulteng). Kepri mencatat pertumbuhan ekonomi sebesar 7,1 persen.
Kepri, kata dia, menjadi daerah tujuan investasi, khususnya Kota Batam yang dikelilingi kawasan industri, yang menjadi penopang utama perekonomian di provinsi berjuluk Negeri Segantang Ladang.
Sangat berbeda dengan Maluku Utara dan Sulawesi Tenggara yang memiliki sumber daya alam dari tambang Nikel.
Oleh karena itu, kata dia, agar posisi Kepri bisa menjadi pertama dalam pertumbuhan ekonomi atau mempertahankan pertumbuhan ekonominya, sangat bergantung pada persoalan keamanan dan ketertiban di masyarakat (Kamtibmas).
Dia mencontohkan pada saat pandemi COVID-19 terjadi, sektor pariwisata di Kepri terdampak, sehingga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, karena Kepri tidak memiliki sumber daya lain selain, kawasan industri.
Baca juga: DKPP Batam periksa kadar pestisida pada komoditas segar di dapur SPPG
Asep juga menjabarkan, apabila aksi unjuk rasa Agustus-September di Jakarta, Surabaya, Bandung dan lainnya juga terjadi di Kepri, akan berdampak signifikan bagi pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut.
“Kalau di daerah lain investor bisa balik lagi, kalau di Batam (Kepri) belum tentu selesai, karena investornya sudah tidak percaya lagi, sudah pindah ke Vietnam, ke Johor, FTZ nya pindah tidak lagi di Batam. Kenapa? karena ribut terus,” ungkapnya.
Perwira tinggi Polri itu menekankan para investor sangat berkepentingan untuk permasalahan keamanan.
Untuk itu, Asep mengajak para mahasiswa, para akademisi untuk bersama-sama menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas) di Kepri.
Mantan Kapolres Kabupaten Bogor dan Tanjung Priok itu menyebut, aura Kepri, khususnya Batam berbeda dengan daerah industri yang ada di Pulau Jawa.
Seperti di Kabupaten Bogor yang dikenal sebagai daerah padat penduduk, memiliki daerah industri semen dan juga sektor pariwisata.
Selamat menjabat jadi Kapolres Bogor, kata dia, belum pernah dihubungi oleh konsulat jenderal perwakilan negara-negara sahabat. Hanya satu negara yang menghubunginya, yakni Arab Saudi, terkait aktivitas warga Arab di kawasan Puncak.
Baca juga: Pemkot Tanjungpinang usulkan 7 lokasi kampung nelayan Merah Putih
Sementara di Batam, dirinya dihubungi oleh sejumlah perwakilan negara sahabat seperti China, Singapura, Amerika.
“Ketika unjuk rasa terjadi di mana-mana, itu dari Konjen Singapura, Konjen China, Dubes Amerika, dari mana-mana semua nanya apakah mereka perlu keluar (dari Batam) tidak. Kami sampaikan jangan (keluar), di sini (Kepri) aman,” ujar Asep.
Dengan kekhususan Kepri itu, Asep mengajak mahasiswa dalam berdemokrasi, menyampaikan pendapat di ruang publik dengan tetap menjaga stabilitas keamanan dan ketertiban masyarakat.
“Adik-adik harus paham gimana berdemokrasi, bukan berarti dibelenggu, bukan berarti tidak boleh menyampaikan pendapat, tapi bagaimana caranya pendapat yang disalurkan, masyarakat tau bahwa mahasiswa berjuang untuk masyarakat tapi tidak mengganggu stabilitas,” kata Asep.
Baca juga:
Kapolda Kepri sebut penanaman jagung kuartal IV perkuat ketahanan pangan
Polres dan Forkopimda Natuna tanam jagung dukung swasembada pangan

Komentar