BPK Kepri perkenalkan kembali tradisi makan berhidang di Batam

id kepri batam,wbtb,warisan budaya melayu,makan berhidang,pelestarian budaya

BPK Kepri perkenalkan kembali tradisi makan berhidang di Batam

Warisan Budaya Tak Benda dari Kab Lingga Makan Berhidang yang dilakukan di Kota Batam, Kepri, Selasa (21/10/2025). ANTARA/Amandine Nadja

Batam (ANTARA) - Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah IV Kepulauan Riau memperkenalkan kembali salah satu warisan budaya takbenda (WBTB) khas Melayu, yaitu tradisi makan berhidang, dalam kegiatan Kenduri Warisan Budaya Takbenda Indonesia yang digelar di Kota Batam.

Kepala BPK Wilayah IV Kepulauan Riau Jumhari menjelaskan bahwa makan berhidang bukan sekadar kegiatan makan bersama, melainkan simbol nilai kebersamaan dan empati dalam budaya Melayu.

“Makan berhidang itu tradisi Melayu, tetapi dalam konteks yang lebih luas, makan bersama adalah bagian dari karakter bangsa Indonesia yang menonjolkan kebersamaan, kedermawanan, dan gotong royong,” ujarnya di Batam, Selasa.

Ia juga mengatakan bahwa tradisi ini merupakan bagian dari upaya pelestarian dan pewarisan nilai-nilai kebudayaan Melayu kepada generasi muda, dengan menghadirkan anak-anak dari Pulau Lengkang yang ikut langsung pengalaman makan berhidang bersama.

Menurut dia, pelaksanaan Kenduri Budaya ini menjadi wadah untuk melahirkan kembali jati diri budaya bangsa melalui pelestarian tradisi leluhur.

“Ini bagian dari cara kita mengingatkan kembali bahwa tradisi leluhur mengajarkan empati, kemurahan hati, dan toleransi. Kenduri budaya menjadi platform dalam ekosistem pemajuan kebudayaan, baik benda maupun takbenda,” kata dia.

Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Batam Ardiwinata menyebut makan berhidang sebagai bagian penting dari warisan budaya takbenda yang harus dilestarikan.

“Kegiatan ini memperlihatkan bahwa kuliner bukan hanya soal cita rasa, tetapi juga tentang nilai dan tata cara penyajiannya. Dalam makan berhidang, semua dilakukan dengan aturan dan simbol yang penuh makna,” katanya menjelaskan.

Dalam kegiatan tersebut, masyarakat disajikan berbagai kuliner tradisional Melayu seperti pajeri nenas, kari, terong, rendang, dan nasi biryani.

“Semuanya juga memakai baju adat Melayu, ada tudung saji, ada teko untuk mencuci tangan dan semua duduk lesehan. Ini bagian dari makan berhidang,” katanya.

Ardiwinata berharap kegiatan ini dapat memperkuat kesadaran masyarakat terhadap pentingnya melestarikan budaya daerah.

Pewarta :
Editor: Yuniati Jannatun Naim
COPYRIGHT © ANTARA 2025


Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Komentar

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE