Kota Padang (ANTARA) - Badan Geologi Kementerian ESDM melalui Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menjelaskan kejadian pergerakan tanah di Ngarai Sianok, Kota Bukittinggi, Sumatera Barat (Sumbar), yang mengharuskan sejumlah warga dievakuasi.
"Kawasan Ngarai Sianok merupakan lembah curam yang dibatasi oleh tebing-tebing terjal dengan kemiringan lereng yang dapat mencapai lebih dari 60 persen," kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Geologi Lana Saria melalui keterangan tertulis yang diterima di Padang, Selasa.
Lana Saria menjelaskan morfologi terjal ini terbentuk oleh proses erosi yang kuat pada batuan vulkanik dan dipengaruhi oleh struktur geologi regional. Morfologi yang curam dan berteras akibat reaktivasi patahan menjadikan kawasan tersebut secara alami rentan terhadap gerakan tanah, terutama saat terjadi curah hujan tinggi atau gempa bumi.
Kemudian, lanjut dia, tebing Ngarai Sianok tersusun, terutama oleh batuan piroklastik berupa ignimbrit dan tufa batu apung yang berasal dari aktivitas vulkanik masa lalu.
Di beberapa tempat, terutama mendekati dasar lembah, terdapat endapan koluvium serta material lepas hasil runtuhan tebing dan endapan sungai. Batuan piroklastik yang telah mengalami pelapukan cenderung rapuh, berpori, dan mudah jenuh air sehingga menurunkan kestabilan lereng saat terinfiltrasi air hujan.
Secara struktur geologi kawasan Ngarai Sianok berada dalam pengaruh langsung Patahan Besar Sumatera, terutama Segmen Sianok yang merupakan sesar aktif.
Aktivitas tektonik pada segmen ini dapat menimbulkan retakan-retakan baru atau memperbesar retakan lama pada tebing ngarai, mengurangi kekompakan massa batuan dan meningkatkan potensi longsor.
"Hasil pengamatan di lapangan oleh instansi daerah sebelumnya juga menunjukkan adanya rekahan pada dinding tebing yang berkembang setelah getaran gempa," kata Lana Saria.
Berdasarkan peta potensi gerakan tanah, lanjutnya, wilayah dengan kemiringan lereng curam serta tersusun oleh batuan vulkanik lapuk berada dalam kategori kerentanan gerakan tanah menengah hingga tinggi.
Kawasan pemukiman yang berdekatan dengan bibir tebing Ngarai Sianok termasuk dalam zona yang harus diwaspadai, kata dia, terutama pada periode hujan intensif atau saat terjadi aktivitas seismik.
Sebelumnya, puluhan warga di Kelurahan Bukik Cangang Kayu Ramang (BKCR) Kota Bukittinggi, Sumatera Barat mengungsi sementara akibat adanya laporan aktivitas tanah bergerak dan longsoran di bibir Ngarai Sianok, Senin.
"Laporan diterima dari warga pada pukul 10.00 WIB. Sekitar 60 orang diungsikan sementara waktu untuk menghindari kejadian buruk," kata Lurah BKCR Westi Wismar, Senin (24/11).
Ia mengatakan laporan warga mengungkap adanya gerakan dari tanah yang mereka tempati di lokasi rawan longsor karena berada di sudut Ngarai Sianok.
"Tidak ada korban atau belum ada laporan kerusakan, langkah pengungsian dilakukan untuk antisipasi," kata Westi.
Mereka yang mengungsi juga terdiri dari puluhan mahasiswa dan pelajar yang tinggal di kos-kosan milik warga setempat.
"Warga mengungsi di kantor lurah dan masjid yang berada di daerah relatif aman," ujar Westi.
Dari pantauan di lokasi, proses evakuasi itu dibantu oleh personel BPBD, TNI-Polri.
Beberapa warga juga mengeluarkan barang-barang dari rumahnya dan mengosongkan lokasi.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Badan Geologi paparkan kejadian tanah bergerak kawasan Ngarai Sianok

Komentar