SENYUMAN mengawali sambutan pria kelahiran Tambelan, 21 Januari 1955, itu kepada tamu-tamunya. Tanpa basa basi dia mempersilakan para tamunya masuk ke ruang tamu di kediamannya yang beralamat di Jalan DI Panjaitan KM 7 Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri).
Syed Muhamad Taufik, sang tuan rumah duduk di kursi yang berada di antara tamu-tamunya. Pria bersahaja itu tidak banyak berbicara ketika mendengar keluhan dari para tamu-tamunya yang memiliki usaha kerajinan tangan.
Sesekali dia menanggapi apa yang disampaikan para tamu-tamunya. Nasehat, motivasi dan masukan disampaikannya secara perlahan-lahan.
"Usaha butuh ketekunan, fokus, cermat dan doa. Tidak boleh gegabah dalam mengambil keputusan," kata Syed yang sudah sekitar lima tahun menjabat sebagai Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kepri.
Hampir setiap hari dia menerima tamu di rumahnya. Syed seperti bapak bagi pelaku usaha kecil menengah.
Baginya, urusan kerja tidak harus diselesaikan di tempat kerja, melainkan di rumah atau di tempat-tempat lainnya yang memungkinkan.
"Saya merasa senang jika industri kecil menengah berkembang pesat," katanya.
Pertemuan dengan tamu-tamunya itu hanya berlangsung setengah jam. Para pemilik usaha kecil dan menengah itu merasa puas setelah mendapat masukan dan motivasi dari Syed.
Klinik Kemasan
Hari itu ternyata hari terakhir Syed menjabat sebagai Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kepri.
"Besok saya pensiun," ucapnya.
Syed mengatakan peninggalannya yang paling berharga selama menjabat sebagai kepala dinas, membangun Klinik Kemasan untuk kepentingan industri kecil dan menengah. Klinik ini mengubah wajah industri kecil menengah yang sebelumnya kurang mendapat respons pasar.
Klinik Kemasan yang kini berusia tiga tahun itu tidak banyak dibangun di Indonesia. Bahkan Kementerian Perindustrian tertarik dengan pengelolaan Klinik Kemasan yang berhasil mengubah wajah-wajah industri kreatif Kepri.
"Jasa yang diberikan di klinik ini semuanya gratis. Kalau di daerah lain, pengusaha dikenakan biaya," ucapnya.
Klinik Kemasan yang beralamat di Batu Hitam Tanjungpinang seperti "ketok magic" yang mengubah mobil jelek menjadi bagus dan menarik. Klinik ini menambah rasa, mengubah kemasan produk industri rumahan menjadi menarik dan memandu pengusaha untuk mendapatkan pasar yang menarik.
Penampilan produk yang disukai konsumen menyebabkan barang-barang laku terjual. Pendapatan pelaku usaha kecil menengah pun menjadi meningkat.
"Kalau dulu hanya memiliki dua tenaga kerja, sekarang mereka bisa mempekerjakan lebih dari 20 orang. Ini industri rumahan yang menarik," katanya.
"Mereka kami didik hingga menjadi pengusaha yang sukses," ujarnya.
Sekitar 500 pelaku industri kecil menengah berguru di Klinik Kemasan secara gratis. Mereka juga belajar desain untuk kemasan produk yang dijual.
Klinik Kemasan melahirkan pelaku usaha kecil menengah semakin kreatif. Mereka mengubah kayu yang dianggap sampah menjadi barang yang menarik, seperti perhiasan dan lukisan.
Kulit gong-gong, hewan yang menjadi makanan khas Kepri, yang biasanya dibuang, ternyata menghasilkan produk yang berharga. Kulit gong-gong itu dijadikan berbagai barang kemasan yang unik dan menarik, seperti asbak dan perhiasan di rumah.
Untuk makanan kemasan, pelaku industri kecil menengah berhasil mengolah rumput laut menjadi aneka ragam makanan yang enak, dengan kemasan yang menarik.
Selain itu, pelaku usaha juga menjual ikan asap, yang cukup laris dan dijual dengan harga cukup tinggi.
Semua produk itu tidak hanya dijual di Kepri maupun daerah lainnya di Indonesia, melainkan sudah menembus pasar di Singapura dan Malaysia.
"Setiap tahun mereka kami ajak untuk studi banding ke daerah lain yang berhasil menjadi industri kreatif. Ini menambah pengetahuan dan motivasi mereka," ujarnya.
Syed mengatakan awalnya, Klinik Kemasan dibangun untuk membantu dan melayani industri skala kecil dan menengah yang belum mampu melakukan kegiatan pengemasan yang baik di tempat usahanya sendiri khususnya dalam hal konsultasi desain.
Kemudian fungsinya meningkat dengan pemberian sampel kemasan yang baik dan fasilitasi dalam penggunaan mesin-mesin kemasan sehingga industri kecil menengah dalam menghasilkan produk akan menjadi lebih baik dan bermutu serta dapat bersaing dengan produk serupa di pasaran.
"Kami juga membina di bidang pengemasan, khususnya untuk produk pangan. Keberadaan atau penempatan Klinik Kemasan idealnya adalah di tiap-tiap kabupaten terdapat satu atau dua Klinik Kemasan guna menjawab kebutuhan para pengusaha IKM sekitar dan dapat menjangkau pengusaha IKM yang berada di pelosok daerah," katanya.
Di Klinik Kemasan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kepri terdapat mesin pengemas yang pengoperasiannya menggunakan tangan (manual), mesin pengemas plastik (sealer) dengan menggunakan kaki, mesin pengemas plastik ini untuk industri makanan, penyegel dan pengontrol mikro komputer tipe terbaru dengan alat pemberi kode kedaluwarsa.
Selain itu, di Klinik Kemasan juga tersedia mesin menyegel dengan mengisian gas, mesin penutup gelas plastik otomatis, mesin untuk membuat tanggal kadaluarsa dan tanggal produksi, alat ini digunakan untuk mencetak angka pada kemasan dengan menggunakan pita warna, mesin pengemas vakum ini, mesin pengemas wrapping, timbangan digital, mesin Cutting Sticker pabrikan, digital printing dan mesin pond.
"Semua peralatan itu dapat digunakan pelaku usaha secara gratis," katanya. (Antara)
Editor: Rusdianto
Komentar