Batam (Antara Kepri) - Unjuk rasa pekerja berturut-turut dalam sebulan terakhir mengganggu iklim investasi di Kawasan Perdagangan dan Pelabuhan Bebas Batam, Kepulauan Riau, kata pemilik Kawasan Industri Panbil Johannes Kennedy Aritonang.
"Demo buruh di Batam kini sudah mencapai titik rawan. Pengusaha asing melihat, aksi demo ini seperti persoalan yang tidak kunjung selesai," kata Johannes Kennedy Aritonang di Batam, Selasa.
Penanam modal yang menyewa ruang pabrik di Panbil resah, dan banyak yang mempertanyakan keamanan berinvestasi, apalagi serikat pekerja memaksa buruh ke luar pabrik untuk ikut serta berunjuk rasa, sehingga mengganggu produktivitas perusahaan.
Investor yang masih berencana untuk membuka usahanya di Batam juga menjadi bimbang, mempertimbangkan kembali keputusannya.
"Banyak pengusaha asing yang ragu masuk ke Batam, melihat tingginya aksi-aksi demo di Batam, yang umumnya diprakarsai pengurus serikat pekerja," kata dia.
Ia meminta pemerintah menangani unjuk rasa buruh dengan baik. Jangan sampai kegiatan itu membuat investor takut dan melarikan usahanya dari Batam.
Aparat kepolisian juga diminta bertindak tegas, terutama kepada pekerja yang mendatangi kawasan industri dan memaksa pekerja ke luar untuk ikut mogok bersama.
"Kalau hal ini tidak ditangani secara serius oleh Pemerintah, akan menjadi penghambat bagi masuknya investor. Unjuk rasa ini menimbulkan kegaduhan," kata dia.
Sementara itu, hingga berita ini diturunkan, ratusan pekerja masih berunjuk rasa di depan Kantor Pemerintah Kota Batam, menolak PP nomor 78 tahun 2015, tentang pengupahan dan mendesak ditetapkan upah sektoral.
"PP nomor 78 Tahun 2015 hanya berpihak kepada pengusaha. Upah kelompok yang disepakati dewan pengusahaan kota tak diakomodir Gubernur. Kita harus tolak," kata pengunjuk rasa, Setia Tarigan dalam orasinya. (Antara)
Editor: Rusdianto
Komentar