Batam (Antara Kepri) - Mahasiswa sejumlah perguruan tinggi di Kepri yang ikut dalam Jambore Cibubur dan aksi di kawasan rumah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Mega Kuningan Jakarta menyayangkan banyaknya berita tidak benar menyudutkan kegiatan itu.
"Usai kegiatan itu banyak berita tidak benar yang menyudutkan kami, bahkan ada yang menyebut mahasiswa muslim diusir, padahal sebagian besar peserta adalah muslim. Kami dituding ditungganggi dan diarahkan karena menggelar aksi dikediaman Presiden keenam itu. Itu semua tidak benar," kata perwakilan mahasiswa dari Politeknik Negeri Batam, Chandara Maulana di Batam, Senin.
Ketua Jambore dan Silaturahmi Mahasiswa Indonesia di Bumi Perkemahan Cibubur Septian Prasetiyo sebelumnya juga sudah menyampaikan bahwa aksi tersebut murni dari mahasiswa dan tidak ada pihak manapun yang berada dibalik aksi.
Termasuk dari mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Antasari Azhar, dan Kepala Staf Kepresidenan, Teten Masduki yang hadir dalam acara tersebut.
"Kami hanya ingin minta dukungan pada Pak SBY yang merupakan tokoh dan Presiden keenam atas kesepakatan jambore. Kami hanya sebentar disana untuk membacakan keputusan jambore dan membagi-bagikannya, itupun jauh dari rumah Pak SBY," katanya.
Ia menyatakan, berita bahwa mahasiswa mengepung, hingga mengancam nyawa Presiden keenam tersebut sama sekali tidak benar.
Mahasiswa juga menyayangkan pernyataan Presiden keenam dalam media sosial yang seolah-olah sangat terancam hingga menyerahkan keselamatannya pada Tuhan.
"Posisi kami sangat jauh ada seratusan meter. Kami juga tidak membawa apa-apa, hanya dua sepanduk dan sejumlah bendera merah putih. Karena kami memang hanya minta dukungan atas keputusan Jambore, bukan yang lain," kata dia.
Dalam Jambore dan Silaturahmi Mahasiswa Indonesia yang diikuti oleh perwakilan kampus 21 provinsi dicapai empat kesepakatan yaitu peserta menolak dan lawan isu SARA dan seluruh upaya adu domba rakyat.
Selajutnya peserta sepakat menanamkan nilai-nilai Pancasila dalam kurikulum pendidikan. Selain itu juga disepakati tolak dan lawan organisasi radikal yang anti Pancasila.
"Terakhir kami meminta pengusutan tuntas kasus korupsi tanpa pandang bulu," kata dia.
Dipilihnya rumah Presiden keenam di Mega Kuningan, kata dia, karena merupakan lokasi terdekat saat mahasiswa bergerak dari Cibubur menuju Gedung DPR RI menyampaikan hal yang sama.
"Dalam rapat kami mengikuti dari awal sampai akhir. Kami pastikan kegiatan tersebut tidak ditungganggi siapapun. Murni keputusan peserta yang hadir sesuai undangan," kata Chandra.
Mengenai pengusiran mahasiswa dalam jambore, Chandra membenarkan meskipun hal itu dilakukan karena mahasiswa yang hendak ikut tersebut tidak diketahui dari mana asalnya dan ada indikasi penyusupan.
"Ada yang mengaku mahasiswa asal Kepri dan provinsi lain. Namun saat ditanyai tidak tahu siapa yang mengundang dan kami yang dari kepri sebanyak 36 orang tidak ada mengenali. Karena tidak ingin ada penyusup maka diusir dan tidak boleh mengikuti acara itu," kata dia.
Peserta lain dari Sekolah Tinggi Karya Anak Bangsa, Sumono mengatakan jika ada pihak menunggangi atau memfasilitasi tentu mahasiswa yang hadir tidak perlu susah-susah tidur di tenda yang basah hingga sakit karena makannya hanya dengan ikan asin dan telur.
"Banyak dari kami sakit dalam acara itu. Untuk makan saja kami harus antre. Tidur dalam satu tenda delapan orang itupun basah," kata dia.
Sumono mengatakan, seorang mahasiswa dari Awal Bros Batam juga sempat pingsan empat kali akibat kondisi badan menurun dan kelaparan.
"Saat hendak pulang saja ada yang ditahan rumah sakit karena tidak bisa bayar biaya berobat. Kami berangkat juga dengan dana pribadi menumpang KM Kelud kelas ekonomi," kata Sumono.(Antara)
Editor: Dedi
Mahasiswa Kepri Sayangkan Berita "Hoax" Aksi Kuningan
Posisi kami sangat jauh ada seratusan meter. Kami juga tidak membawa apa-apa, hanya dua sepanduk dan sejumlah bendera merah putih. Karena kami memang hanya minta dukungan atas keputusan Jambore, bukan yang lain
Komentar