Batam (ANTARA) - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno mengenakan topi khas adat Melayu yang biasa disebut dengan 'Tanjak' sebagai upaya mendorong promosi produk dalam negeri.
Sandiaga saat menghadiri bazar UMKM Batam Jazz and Fashion (Bajafash) di Batam, dirinya menjajal 'Tanjak' berwarna hijau yang bermakna "Putra Kayangan' yang biasa dipakai oleh kaum bangsawan Melayu.
"Warna Tanjak-nya bagus sekali. Tadi awal pakai kesempitan, tapi untungnya bisa di-adjust, jadi pas di kepala saya," ujar Sandiaga di Batam, Jumat.
Menurutnya, Tanjak berwarna hijau tersebut menjadi simbol pembangunan ekonomi hijau yang berkelanjutan, sehingga ia langsung membeli topi adat tersebut.
"Warna cocok sekali, cocok dengan masa depan, ekonomi hijau, pariwisata hijau," kata dia.
Banyaknya pelaku UMKM dalam bazar Bajafash tersebut, Sandiaga mengatakan produk usaha mikro di Batam sudah sangat berkualitas dengan hasil barang yang bagus dan terkurasi.
Ia menyampaikan setiap UMKM menciptakan empat hingga enam lapangan pekerjaan bagi daerah setempat.
"UMKM di Batam keren banget. Tadi saya lihat kualitasnya sudah bagus, sudah terkurasi. Dan setiap UMKM menciptakan lapangan kerja 4 sampai 6 lapangan kerja, dan ini bagian dari target kita menciptakan 4,4 juta lapangan kerja," kata Sandiaga.
Tanjak yang dikenakan Sandiaga adalah karya desainer dari Baskoro dengan nama brand Raja Qisty.
Baskoro menjelaskan produknya memang memiliki target pasar yang khusus, yaitu orang-orang Melayu baik dalam maupun luar negeri.
Untuk di Indonesia sendiri wilayah yang menjadi sasarannya adalah Kalimantan Barat, Medan, Lampung, Palembang, dan Pekanbaru.
Sementara untuk pasar luar negeri yakni negara Singapura, Thailand, dan Malaysia.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Menparekraf kenakan "Tanjak" untuk dorong promosi produk dalam negeri
Sandiaga saat menghadiri bazar UMKM Batam Jazz and Fashion (Bajafash) di Batam, dirinya menjajal 'Tanjak' berwarna hijau yang bermakna "Putra Kayangan' yang biasa dipakai oleh kaum bangsawan Melayu.
"Warna Tanjak-nya bagus sekali. Tadi awal pakai kesempitan, tapi untungnya bisa di-adjust, jadi pas di kepala saya," ujar Sandiaga di Batam, Jumat.
Menurutnya, Tanjak berwarna hijau tersebut menjadi simbol pembangunan ekonomi hijau yang berkelanjutan, sehingga ia langsung membeli topi adat tersebut.
"Warna cocok sekali, cocok dengan masa depan, ekonomi hijau, pariwisata hijau," kata dia.
Banyaknya pelaku UMKM dalam bazar Bajafash tersebut, Sandiaga mengatakan produk usaha mikro di Batam sudah sangat berkualitas dengan hasil barang yang bagus dan terkurasi.
Ia menyampaikan setiap UMKM menciptakan empat hingga enam lapangan pekerjaan bagi daerah setempat.
"UMKM di Batam keren banget. Tadi saya lihat kualitasnya sudah bagus, sudah terkurasi. Dan setiap UMKM menciptakan lapangan kerja 4 sampai 6 lapangan kerja, dan ini bagian dari target kita menciptakan 4,4 juta lapangan kerja," kata Sandiaga.
Tanjak yang dikenakan Sandiaga adalah karya desainer dari Baskoro dengan nama brand Raja Qisty.
Baskoro menjelaskan produknya memang memiliki target pasar yang khusus, yaitu orang-orang Melayu baik dalam maupun luar negeri.
Untuk di Indonesia sendiri wilayah yang menjadi sasarannya adalah Kalimantan Barat, Medan, Lampung, Palembang, dan Pekanbaru.
Sementara untuk pasar luar negeri yakni negara Singapura, Thailand, dan Malaysia.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Menparekraf kenakan "Tanjak" untuk dorong promosi produk dalam negeri